485 - Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana (1)

Hari ini kita mengulas Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana.

Sadhana ini dibabarkan oleh Acarya Norlha, nidananya terjalin ketika berada di Tiongkok Daratan, Acarya Norlha telah membabarkan banyak sadhana.

Ada beberapa siswa yang menginginkan sebuah metode yang bersifat langsung, mereka ingin segera mencapai Siddhi, sehingga mereka mengancam Acarya Norlha. Saat itu beberapa siswa membawa pisau, sambil mengancam Acarya Norlha: “Anda harus mentransmisikan sebuah sadhana yang paling cepat, dan langsung mencapai Siddhi.” Bila tidak, mereka mengancam hendak membunuh Acarya Norlha, perbuatan siswa itu sungguh keterlaluan.

Acarya Norlha mengatakan: “Baiklah, yang paling segera, paling cepat!”, Beliau pun membabarkan sebuah sadhana yang sangat sederhana. Beliau mengatakan: “Hiruplah prana sampai penuh, kemudian hembuskan. Hembusan prana tersebut mesti halus, pelan dan panjang. Ketika menghembusnya, hati Anda juga harus dihembuskan keluar.” Beliau mengatakan ini adalah: Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana, merupakan metode yang paling cepat.

Tentu saja sadhana yang ditransmisikan pada para siswa tersebut sangat sederhana, menghirup napas, kemudian menghembusnya, turut menghembuskan hati, dan langsung mencapai Kebuddhaan, sungguh sederhana. Namun entahlah, apakah siswa tersebut mencapai Kebuddhaan, sesungguhnya sadhana ini sangat cepat, dan sama sekali tiada kesalahan. Sepengetahuan saya, ini juga merupakan sadhana yang paling sukar.

Dahulu, Mahasiddha menggunakan metode ini untuk mencapai Kebuddhaan dalam kondisi menjelang wafat, demikianlah saya beritahukan pada Anda sekalian. Hati ikut keluar bersama prana, dalam Tantra, hati manunggal dengan prana. Begitu prana keluar, maka hati ikut keluar, tentu saja dapat mencapai Siddhi.
 
Dahulu, ketika menjelang wafat, para Sthavira menggunakan metode ini. Apa itu hati? Tidak berwujud, mengeluarkan kesadaran Anda, menggunakan kesadaran Anda, dihantarkan ke Ksetraparisuddhi, tentu saja dapat mencapai Kebuddhaan, dan tentu saja ini merupakan metode paling sederhana.

Namun persoalannya ada pada kesadaran Anda sendiri, apakah hati Anda dapat keluar mengikuti prana. Sangat sederhana, ketika Anda menghembuskannya melalui lubang hidung, hati ikut keluar, maka Anda mencapai Siddhi. Ketika seorang Sthavira bermeditasi dan bersiap hendak Parinirvana, raut mukanya juga masih terlihat segar. Dia duduk bersila, semua orang melafal Nama Buddha, kemudian dia berkata: “Saya akan pergi.”, dia memejamkan mata, menghembus prana, mengeluarkan kesadaran bersamaan dengan prana, ditujukan ke Ksetraparisuddhi, dengan demikian tentu saja mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini.

Siswa menghampirinya, meraba lubang hidungnya, sudah tidak bernapas. Napasnya telah habis, dan kesadarannya telah keluar mengikuti prana.

Apa yang dikatakan oleh Acarya Norlha memang benar, apabila kalian ingin mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini, di manakah letak persoalannya? Apakah ketika Anda menghembuskan prana, kesadaran ikut keluar? Di sinilah letak persoalannya. Apakah Anda dapat mencapai kondisi yang Anda dambakan? Di sinilah persoalannya. Bukan justru ketika Anda buang gas, kesadaran Anda turut keluar bersama kentut, ada orang yang demikian.

Saya dengar, ada orang yang sedang berada di dalam toilet, dia menderita tekanan darah tinggi, ketika dia mengejan terlampau kuat, saat itu juga dia meninggal dunia dalam posisi duduk di atas kakus, kesadarannya keluar mengikuti kentut. Apakah ini mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini? Ini sungguh sukar. Hidupnya telah berakhir. Apakah mencapai Siddhi? Di sinilah letak persoalannya.

Dalam sejarah Agama Buddha, banyak Bhiksu Agung yang langsung wafat begitu menyatakan hendak wafat, inilah Kebuddhan dalam satu hembusan prana, seperti yang dibabarkan oleh Acarya Norlha, inilah Kebuddhan dalam satu hembusan prana. Sesungguhnya metode ini tidak mudah, sebab hati harus ikut keluar, serta harus sanggup mencapai Ksetraparisuddhi yang Anda harapkan.

Oleh karena itu, ini juga mengandalkan upaya Anda dalam bhavana sehari-hari, apabila Anda telah cakap, dalam ilmu spiritual dikatakan Tubuh Sinar Bintang Anda dihantarkan keluar melalui ubun-ubun dan mencapai Siddhi.

Inilah Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana, saya harap Anda menekuni bhavana dengan sebaik-baiknya. Ketika prana keluar, hati Anda juga turut keluar, suatu hari kelak, Anda juga bisa menyamai Para Sangha Agung, di hadapan khalayak, dalam kondisi segar, mengatakan: “Saya akan pergi.”. Anda menghirup napas secara perlahan, kemudian mengembuskan dengan panjang, semua orang sedang melafal Nama Buddha untuk Anda, “Namo Amituofo.”. Setelah menjapa seharian penuh, Anda membuka mata, ternyata belum meninggal dunia. Mengapa demikian? Sebab kesadaran Anda tidak bisa mengikuti keluarnya prana, belum cukup cakap. Prana yang Anda hirup belum bisa manunggal dengan kesadaran, tidak bisa menghantarkan kesadaran untuk keluar, ini semua mengandalkan pelatihan diri.

Sesungguhnya, bagaimanakah Sadhana Kebuddhaan Dalam Hembusan Prana? Apakah ini merupakan Sadhana Tantra? Sebab olah prana tergolong Tantra, ini juga tergolong dalam aliran Dhyana (Chan), dapat dikatakan juga merupakan Siddhi dalam aliran Dhyana.  Hati sesungguhnya merupakan sunyata, kesadaran ini pada hakikatnya sunya. Setelah Anda mengenali sunyata, kemudian memisahkan elemen tanah, air, api dan angin pada tubuh, dan Anda mencapai Kebuddhaan.

Om Mani Padme Hum.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。