494 - Fenomena Dalam Ekagrayoga (2)

Kita membahas fenomena dalam ekagrayoga.

Empat yoga dalam Mahamudra, yang pertama adalah ekagrayoga, yang kedua adalah nisprapanchayoga, yang ketiga adalah samarasayoga, dan yang keempat adalah abhavanayoga, abhavanayoga merupakan yang tertinggi.

Ada yang mengatakan bahwa Tantra menitikberatkan pada bentuk, terdapat mandala, Istadevata, Para Adhinatha, Dharmapala, dan Vajra, oleh karena itu dikatakan lebih mengutamakan bentuk.

Mengapa Anda tidak menekuni yang tanpa atribut? Ini ada sebabnya. Sebab Tantra mengajarkan sebab berkondisi, sangat penting. Shakyamuni Buddha juga mengajarkan sebab berkondisi, ini sangat penting. Oleh karena itu dalam Tantra diajarkan utpattikrama (tahap pembangkitan), utpattikrama ini adalah sebab berkondisi. Sampannakrama (Tahap Sempurna) merupakan tingkatan abhavana, tingkatan yang paling tinggi. 

Bhavana mesti dimulai dari ekagrayoga. Kemudian adalah nisprapanchayoga, dilanjutkan dengan samarasa, dan yang terakhir adalah abhavana. Mengapa? Sebab sebelum Anda menguasai pelajaran SD, bagaimana mungkin bisa mempelajari materi SMP? Tanpa menguasai pelajaran SMP, bagaimana mungkin Anda mempelajari materi perguruan tinggi? Tanpa menguasai materi perguruan tinggi, bagaimana mungkin Anda langsung menjadi Mahasiswa Pascasarjana? Tahapan sangat penting, selangkah demi selangkah.

Lihatlah dalam Tantra, tangan kanan kita memegang vajra, tangan kiri memegang ghanta, ini artinya sebab berkondisi. Dari manakah asalnya? Dari Vajrasattva, inilah sebab berkondisi.

Sang Buddha juga mengutamakan sebab berkondisi, Arya Ananda mengatakan: “Saya telah memahami sebab berkondisi.” Shakyamuni Buddha tertawa, “Sebab berkondisi apa yang Anda pahami? Wahai Ananda, sebab berkondisi sangat mendalam, apakah Anda memahami semuanya?” Kita menekuni Tantra, mulai dari yang berwujud, bersadhana hingga mencapai tanpa wujud.

Tanpa wujud adalah Sampannakrama, yang berwujud adalah utpattikrama. Semua dilakukan sesuai dengan tata cara. Dalam Tantra ada empat bagian sadhana, yaitu kriyatantra, caryatantra, yogatantra, dan Anuttarayoga, dimulai dari awal, terus hingga kesempurnaan. Ini tidak dapat dikritik, ada yang mengkritik, lebih baik kita langsung mulai penekunan abhavanayoga. Bagaimanakah itu abhavanayoga? Keberhasilan dalam satu gerak pikiran. Namun apakah batin Anda telah terlatih? Telah terpusat? Tanpa konsentrasi, dari manakah datangnya abhavana?

Banyak orang mengira, begitu pikirannya bergerak, maka tidak perlu lagi menekuni bhavana. Apakah perhatian Anda telah terpusat? Inilah persoalannya. Apakah Anda telah mencapai keberhasilan dalam utpattikrama? Dalam utpattikrama Anda sudah bisa berjumpa dengan Istadevata. Jika Anda belum berhasil dalam utpattikrama, bagaimana mungkin Anda memasuki samarasa?

Ini perlu dijelaskan pada Anda semua, jangan dikira lebih baik langsung menekuni yang tertinggi, aku menekuni abhavanayoga, sekali gerak pikiran, segalanya beres, segalanya berhasil, Anda tidak bisa berpikiran demikian.

Sebab berkondisi adalah permulaan Anda, bersadhana sesuai tahapan, mulai dari ekagra, hingga nisprapancha, samarasa, kemudian abhavana, dan Anda telah mencapai yang tertinggi. Saat itu, tidak diperlukan altar mandala. Namun pada permulaan, sebab berkondisi, tentu memerlukan altar mandala, memerlukan ghanta, vajra, damaru kulit manusia, dan japamala, semua lengkap, inilah sebab berkondisi yang sangat baik sebagai permulaan.

Ekagrayoga tidak bisa dilompati, tanpa keberhasilan konsentrasi, tidak akan mungkin mencapai keberhasilan dalam ketiga tahap selanjutnya, ini sangat sederhana.

Kita mengulas fenomena dari ekagra, dalam pengamatan Anda dapat melihat Istadevata, seperti ketika Mahaguru bersadhana, seperti tadi kita melakukan sadhana bersama, Anda memohon Vajrasattva untuk memancarkan cahaya simabandhana, Vajrasattva telah hadir.

“Om. Borulanzheli.”, ketika menjapa Mantra Vajrasattva, Beliau telah hadir. Beliau memancarkan sinar bagai kapas, memberikan simabandhana bagi altar mandala dan kita semua. Simabandhana bagi diri dan bagi seluruh altar mandala.

Dalam abhisamaya, Guru Padmasambhava berjumpa dengan Vajrasattva. Ketika Beliau mencapai keberhasilan, dalam satu jentikan jari, Guru Padmasambhava langsung menjadi Vajrasattva, sehingga ada dua Vajrasattva, saling bertatap muka. Bagaimana mungkin saya adalah Vajrasattva, dan Anda juga adalah Vajrasattva?! Ini merupakan tingkatan ekagrayoga, memasuki samarasayoga.

Kelak ketika Anda berhasil, juga akan mengalami anubhava yang sama. Dalam satu jentikan jari, menjadi Istadevata. Saat itu, tidak hanya antara hati saling beryukta, juga memiliki segala kualitas kebajikan yang sama pula. Saat itu akan menyadari, ternyata seluruh dunia adalah Ksetraparisuddhi, semua adalah Buddhaksetra, semua insan adalah Buddha dan Bodhisattva. Setiap gerakan adalah mudra, tiap lagu yang dinyanyikan merupakan mantra, tiap pikiran adalah kemurnian. Kondisi samarasa ini diungkapkan oleh Sang Buddha ketika mencapai Pencerahan, semua makhluk memiliki Buddhata, ini adalah tingkatan samarasa.

Setelah mencapai samarasa, satu tingkat lebih tinggi, adalah abhavana. Dalam satu gerakan pikiran, mencapai keberhasilan aktivitas. Anda cukup menggerakkan pikiran, langsung terlaksana, ini adalah abhavana.

Oleh karena itu, ada tahapan dalam bhavana, mulai dari utpattikrama, terus hingga Sampannakrama. Tanpa menguasai utpattikrama, Anda tidak mungkin bisa mencapai Sampannakrama. Tanpa menguasai ekagrayoga, Anda tidak mungkin bisa mencapai abhavanayoga.

Inilah tiga fenomena dalam ekagrayoga, terlebih dahulu adalah air terjun, kemudian air sungai mengalir perlahan, dan yang terakhir adalah danau yang tenang, kondisi permukaan danau jernih bagaikan cermin. Dari dalam keheningan, Anda berjumpa dengan Istadevata.

Om Mani Padme Hum.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。