527 - Nisprapancayoga (3)
Kita lanjutkan pengulasan Nisprapancayoga.
Sebelumnya kita telah membahas mengenai penekunan Nisprapancayoga, yaitu ‘Tiada baik dan buruk’. Selanjutnya, dalam Nisprapancayoga juga ada ‘Tiada mengambil dan melepas’, dan ‘Tiada memperoleh dan kehilangan’. Kondisi semacam ini bisa dibilang sadhaka telah sangat istimewa, sebuah kondisi yang suci.
Dalam Nisprapancayoga, karena dia menetap dalam pedalaman gunung, seperti sadhaka di masa lampau, adakalanya menetap di gunung, selama 40 tahun tidak pernah turun gunung, tentu saja sepenuhnya telah meninggalkan segala permainan.
Tidaklah mungkin untuk menyatakan bahwa di dunia saha ini ‘Tiada benar dan salah’ (perselisihan), sebab tiap pagi, begitu Anda membuka mata, yang terlihat adalah perselisihan. Lihatlah di dalam surat kabar, di sana ada perselisihan. Tanpa perselisihan, bagaimana bisa menghasilkan ‘News’. Berita atau ‘News’, semua berisi perselisihan. Dalam skala besar adalah perselisihan antar negara, sedangkan dalam skala kecil adalah perselisihan antar orang, semua mengenai perselisihan.
Di dunia saha ini, begitu Anda menyalakan televisi, film yang diputar, semua berisi perselisihan. Tanpa perselisihan, tidak akan menjadi sebuah film. Di dalamnya pasti ada cinta dan benci. Surat kabar juga sama, televisi dan film juga demikian.
Oleh karena itu, kenapa Nisprapancayoga mesti menetap di pedalaman gunung? Yaitu supaya meninggalkan berbagai permainan konsep, berbagai perselisihan, semua tiada.
Untuk mencapai kondisi ini memang tidak mudah. Sebab, walau tiada surat kabar, tiada televisi, namun begitu Anda keluar rumah, bicara dengan orang, yang dibahas adalah perselisihan, jika tidak, apa yang hendak dibicarakan? Pembicaraan seperti “Cuaca hari ini sangat baik”, “Pohon sangat hijau”, “Air sangat sejuk”, “Tanah sangat kuning”, dan “Ada tupai”, pembicaraan netral semacam ini sangat jarang, kita menyebut pembicaraan ini sebagai ‘basa-basi’. “Sudah makan kenyang?” , “Sudah kenyang.”, ini ucapan ‘basa-basi’.
Begitu pembicaraan dibuka, perselisihan pun dimulai. “Cuaca hari ini sangat baik.” , “Hari ini turun hujan.”, “Hari ini ada angin topan.”, “ Hari ini hujan es.”, “Hari ini hujan salju.”, pembicaraan semacam ini, bagi sebagian orang adalah membosankan. Apa yang benar-benar tidak membosankan? Membahas perselisihan.
Oleh karena itu, Anda yang mempelajari Nisprapancayoga, menetap di pedalaman gunung, tidak ada lawan bicara, benar-benar ‘Tiada pembicaraan’ (membosankan). ‘Tiada pembicaraan’ adalah Nisprapancayoga. Ada pembicaraan berarti ada perselisihan.
Apakah menetap di pedalaman gunung ada perolehan dan kehilangan? Tentu saja tidak ada. Di dunia ini, jika bukan memperoleh, pasti kehilangan, sesungguhnya antara perolehan dan kehilangan adalah setara. Tunggu sampai Anda berada dalam kondisi kesetaraan antara perolehan dan kehilangan, ini disebut ‘Tiada perolehan dan kehilangan’. Anda dapat memahami bahwa perolehan dan kehilangan adalah setara, setelah Anda memperoleh popularitas, Anda pun kehilangan kebebasan. Setelah Anda memperoleh popularitas, Anda pun mendapatkan hujatan. Pujian pasti diikuti dengan hujatan, setelah memperoleh nama, pasti juga memperoleh hujatan.
Sebuah contoh yang sederhana, sebelum presiden Amerika menjabat sebagai ‘America President’, dia tidak mendapat gugatan apa pun. Karena menjabat sebagai presiden, maka memperoleh gugatan. Kita tidak membahas gugatan yang bagaimana, singkat kata, siapa mengganggu siapa, semua masih belum pasti.
Namun persoalan ini, semua karena dia memperoleh ‘nama’, muncul ketika dia memperoleh kedudukan tertinggi. Apabila Anda tidak punya nama, maka tidak akan ada persoalan tersebut.
Ketika Anda memperoleh sesuatu, maka Anda akan kehilangan hal tertentu. Misalnya pernikahan, Anda pun kehilangan kebebasan, demikianlah, perolehan dan kehilangan adalah setara. Setelah Anda memperoleh perceraian, Anda pun kembali memperoleh kebebasan.
Perolehan dan kehilangan adalah setara, apabila demikian cara Anda memandang segala hal, maka Anda akan mencapai kondisi ‘Tiada perolehan dan kehilangan’, kondisi inilah yang ditekuni dalam Nisprapancayoga.
Tiada perolehan dan kehilangan, di dunia ini, mana ada perolehan? Mana ada kehilangan? Semua hanya sebuah sandiwara, di bawah adalah sandiwara, di atas adalah ‘Tiada perolehan dan kehilangan’.
‘Tiada mengambil dan melepas’, di pedalaman gunung, tiada mengambil dan melepas. Di pedalaman gunung, apa yang Anda sukai? Apa yang tidak Anda sukai? Menyukai, berarti mengambil. Tidak suka, berarti melepas.
Namun, ketika bhavana Anda mencapai tingkat tertinggi, di angkasa, apa yang bisa diambil? Apa yang bisa dilepas? Inilah ‘Tiada mengambil dan melepas’.
Dengan demikian, Nisprapancayoga menjadi satu, lebih maju lagi, menjadi Samarasa.
Ketika mencapai keberhasilan ‘Tiada baik dan buruk’, ‘Tiada mengambil dan melepas’, ‘Tiada benar dan salah’, ‘Tiada perolehan dan kehilangan’, berarti ini adalah kondisi Samarasa.
Samarasa adalah tingkat ketiga dari Mahamudra, sedangkan tingkat kedua adalah Nisprapancayoga yang barusan kita bahas.
Makna dari ‘Nisprapanca’ juga sangat subtil dan luhur. Sesungguhnya telah meninggalkan berbagai permainan konsep di dunia saha. Permainan konsep ini adalah cinta, benci, hasrat, dan dendam.
Om Mani Padme Hum.