Bab 1. Bag 3.4. Segala Sesuatu Merupakan Pendukung Dalam Mencapai Kebuddhaan

Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana 
- Sngagsrim Chenmo -
Oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu 
21 Juli 1994
 
Bab 1. Bag 3.4. Segala Sesuatu Merupakan Pendukung Dalam Mencapai Kebuddhaan
 
Kita buka buku ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’ ( Sngagsrim Chenmo / Mi-zong Dao Ci-di Guang-lun /密宗道次第廣論 ) halaman sembilan : Bagian 3.4. Segala Sesuatu Merupakan Pendukung Dalam Mencapai Kebuddhaan.
 
Dapat dikatakan seluruh pembahasan dalam bagian ini menyatakan bahwa sesungguhnya Tiga Yana ( Tri-yana ) merupakan Yana Tunggal ( Eka-yana ). Demikianlah menurut pembabaran Hyang Tathagata, meskipun Buddha membagi ‘yana’ menjadi tiga bagian maupun dua bagian, namun sesungguhnya hanya ada Yana Tunggal. 
 
Mengapa Yana Tunggal ? Sebab :  “Segala Sesuatu Merupakan Pendukung Dalam Mencapai Kebuddhaan”. Tidak peduli apakah Anda adalah Yana Tunggal, Dua Yana atau Tiga Yana, semuanya adalah demi pencapaian Kebuddhaan. Tentu saja di dalamnya ada perbedaan berdasarkan tahapan.
 
Ada upaya kausalya ( metode yang disesuaikan ), ada pula Uttara ( Yang Tertinggi / Final ), namun perbedaan tahapan dilakukan berdasarkan besar kecilnya tekad. Di sinilah letak kehalusan dan keindahan Buddha Dharma.
  
Saya berikan sebuah contoh, dalam Vimalakirti-nirdesa Sutra ada dibahas mengenai ‘mara’,  yang bertentangan dengan Buddha adalah mara, menurut sutra tersebut mara dan pengemis adalah Maha-bodhisattva. Hal ini patut Anda renungkan.
 
Aneh ? Mara yang ahli dalam menciptakan rintangan bagi Buddha Dharma adalah Maha-bodhisattva. Selain itu, apa hubungan antara pengemis dengan Buddha Dharma ? Mengapa pengemis di jalanan disebut sebagai Maha-bodhisattva ? Sekarang saya tanya pada kalian : “Mengapa pengemis adalah Maha-bodhisattva ?” Ini ada tertulis dalam Vimalakirti-nirdesa Sutra. Bagi yang mampu menjawab, saat ini juga ada hadiah sebesar U$ 100, jawabannya hanya satu. Apabila Anda menjawabnya dengan tepat, maka ada hadiah U$ 100. ( Ada siswa yang menjawab dengan benar ) Saya menyangka Anda tidak bisa ! Baiklah ! U$ 100 untuk Anda ! Sekarang hadiahnya untuk Anda ! “For you ! One hundred U.S.$” ( Siswa mengatakan : “Dipersembahkan kepada Mahaguru.” ) Tidak boleh ! Sekarang harus dibawa, yang lain belakangan saja !
 
Buddha Dharma ini sangat halus dan indah. Vimalakirti memiliki pandangan yang sangat luas dan mendalam, sebab segala yang berwujud maupun tidak berwujud, persoalan apapun, semuanya adalah demi menuntun para insan untuk melebur dalam Kebuddhaan. Oleh karena itu ini merupakan filosofi yang sangat agung ; Bukan suatu hal yang awam dan biasa.
  
‘Mara’ adalah demi memberikan pengajaran kepada para insan, demikian pula dengan pengemis. Pengemis memperlihatkan kepada Anda sebuah kondisi yang memprihatinkan, tubuh yang cacat, namun tentu saja banyak orang yang tidak bergeming dan berlalu begitu saja . Tapi ada beberapa orang yang begitu melihat pengemis bangkitlah rasa belas kasihannya. Semula tiada perasaan apapun, begitu membangkitkan rasa belas kasih, maka jadilah fondasi untuk Kebuddhaan. 
  
Oleh karena itu mereka adalah Maha-bodhisattva yang menjelma, supaya para insan membangkitkan maitri-karuna. Demikian pula dengan mara, yang ditampilkan oleh mara adalah vama-adhistana ( Penguatan secara bertentangan )
 
Mengenai perihal adhistana , ada yang disebut sebagai daksinadhistana ( Penguatan yang berwujud menyenangkan atau sesuai harapan ). Contohnya adalah perjalanan yang lancar, ini tergolong daksinadhistana ; Sedangkan perjalanan yang tidak lancar , itulah vamadhistana. Mara merintangi bhavana Anda, sebab setelah adanya rintangan, seperti yang pernah saya katakan , apabila tidak berhasil melawan ombak, maka tingkatan Anda tidak akan naik ; Begitu menembus ombak dan mampu melampauinya, maka Anda akan mengalami peningkatan. Inilah vamadhistana.
  
Seperti ‘Ksanti-paramita’, apabila Anda tidak dihina, bagaimana mungkin meraih keberhasilan ‘ksanti’ ( kesabaran ) ? Anda tidak mempunyai kesempatan untuk mempraktekkan ‘Ksanti-paramita’. Namun Anda yang telah memperoleh kesempatan, malah mempersalahkan langit dan bumi, padahal mereka telah menciptakan kesempatan bagi Anda untuk mempraktekkan ‘Ksanti-paramita’, Anda bukannya berterima kasih kepadanya, malah membencinya, Anda malah meminta Dharmapala untuk menghukumnya, benar tidak ? ! Jangan demikian ! Anda harus berterima kasih, hendaknya membangkitkan rasa syukur terhadap segala sesuatu di dunia ini.
 
Sesungguhnya ‘mara’ adalah Maha-bodhisattva yang menjelma demi menuntun para sadhaka. Filosofi yang sangat luas dan mendalam dalam Vimalakirti-nirdesa Sutra ini sungguh luar biasa. Kita mengetahui bahwa segala sesuatu merupakan sebuah ‘hetu’ ( penyebab ) dalam memasuki Buddha Dharma, oleh karena itu perlu untuk berterima kasih pada semua. Kepada siapapun yang merintangi bhavana Anda, harus berterima kasih ! Tiada kata ‘benci’, tidak mengkambing hitamkan langit dan bumi, tidak memaki langit dan bumi.
 
Setiap sadhaka di dunia ini pasti akan menghadapi rintangan mara.  Dalam setiap tingkatan pasti akan muncul mara yang merintangi, justru itulah kesempatan Anda untuk mempraktekkan ‘Ksanti-paramita.’ Kalimat dalam bagian ini :  ‘Segala Sesuatu Merupakan Pendukung Dalam Mencapai Kebuddhaan’, maknanya adalah seperti yang telah saya tuturkan mengenai mara dan pengemis.
 
Dalam risalah tertulis : “Semua sadhaka Hinayana, meskipun menapaki jalan bukan demi pencapaian Kebuddhaan, namun semua jalannya juga merupakan upaya kausalya yang menuntun pudgala untuk melangkah dekat dengan pencapaian Kebuddhaan. Oleh karena itu janganlah terus melekat pada pandangan bahwa Hinayana-marga merupakan rintangan bagi Kebuddhaan.”
 
Banyak orang mengatakan : “Mengapa harus ada Hinayana ? Tidak perlu ada Hinayana, sebab Hinayana merupakan rintangan dalam pencapaian Kebuddhaan.”  Sesungguhnya tidak boleh berkata demikian, sebab Hinayana juga merupakan sebuah upaya-kausalya untuk mencapai Kebuddhaan.
 
Demikianlah Tathagata mengatakan : “ Sebab Hinayana juga dapat menuntun insan memasuki Kebuddhaan.  Meskipun merupakan upaya kausalya, namun tersembunyi dan tidak terungkapkan, sesungguhnya merupakan metode yang menuntun pada Kebuddhaan. ” Tidak peduli Yana apapun, semua merupakan metode untuk mencapai Kebuddhaan. Kalimat ini sangat penting ! Di sini juga ada argumentasinya.
 
Buddha juga mengatakan : “Pada hakikatnya hanya ada Yana Tunggal , tiada dua juga tiada tiga, sebab saat Buddha berada di dunia, demi upaya kausalya, maka dibabarkan banyak ‘yana’.”  
 
Mengapa perlu dibabarkan ‘Tiga Yana’ maupun ‘Dua Yana’ ? Kenapa harus demikian ? Ini semua adalah upaya kausalya Hyang Buddha, demi menuntun para insan yang memiliki akar Hinayana, tentu saja Buddha harus memberikan metode Hinayana. Ajaran disesuaikan supaya dapat diterima oleh pihak penerima, dikarenakan para insan yang memiliki sifat Hinayana, maka Beliau juga merasa perlu untuk mentransmisikan metode Hinayana ; Sedangkan bagi insan yang berakar Mahayana, Beliau mentransmisikan metode Mahayana.
 
Contoh sederhananya , dulu saya pernah tiba di Sukhavatiloka, dan sekarang semua mengetahui bahwa Sukhavatiloka merupakan sebuah negri maya, merupakan Buddha-ksetra yang muncul dari batin Amitabha Buddha. Di sana bukanlah suatu lokasi yang merupakan ‘Uttara’ ( Kebenaran Tertinggi ), bukan merupakan Buddha-ksetra yang final, masih dapat meningkat memasuki Buddha-ksetra yang lebih tinggi. 
 
Oleh karena itulah dalam Sukhavatiloka terdapat Catur- ksetra, yaitu empat tingkat Buddha-ksetra. Mulai dari tingkatan ‘Negri Awam dan Suciwan’ terus hingga yang tertinggi yaitu : ‘Negri Terang Nirvana’. Namun sesungguhnya Sukhavatiloka merupakan Negri Maya.
  
Dulu ada bhiksu bernama Huan-sheng mengatakan : “Sheng-yen Lu menyatakan pernah berkunjung ke Sukhavatiloka, maka mintalah kepadanya untuk membawa sebuah benda dari Sukhavatiloka sebagai bukti, supaya kita bisa mengetahui di Sukhavatiloka ada benda apa. Kalau berhasil membawa sebuah benda, barulah dapat dibuktikan memang pernah berkunjung ke Sukhavatiloka. Namun apabila tidak mampu membawa apapun, berarti dia tidak pernah berkunjung ke Sukhavatiloka.”  
 
Saya bisa menjawab demikian, banyak Buddha Bodhisattva juga pernah ke Sukhavatiloka ! Hyang Buddha juga pernah ke sana ! 
 
Amitabha Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva, Mahastamaprapta Bodhisattva dan Para Maha-bodhisattva pernah berkunjung ke Sukhavatiloka. Jadi mari kita minta Amitabha Buddha, Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahastamaprapta Bodhisattva untuk membawa sebuah benda dari Sukhavatiloka sebagai bukti untuk diperlihatkan kepada kita, dengan demikian kita bisa membuktikan adanya Sukhavatiloka !
  
Bahkan Anda kesulitan untuk meminta Amitabha Buddha , Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahastamaprapta Bodhisattva untuk menampakkan diri ! Meminta Beliau semua untuk hadir-pun sukar, saya suka makan ice cream dari Sukhavatiloka ( Mahaguru tertawa ) ! Nanti saya akan berkunjung ke Sukhavatiloka dan membawa es krim dari sana untuk Bhiksu Huan-sheng, benar tidak ? Apakah Anda mau ? Saya beri es krim untuk Anda !  
  
Semua yang dikatakannya adalah absurd, pertanyaannya juga pertanyaan yang tidak masuk akal, maka jawaban saya juga absurd, jadi jawaban absurd diberikan untuk pertanyaan absurd. Tema Anda sudah absurd , benar tidak ? ! Sukhavatiloka merupakan negri maya, semua orang tahu, semua yang mempelajari Buddhisme juga tahu ini, apakah Bhiksu Huan-sheng tidak mengetahuinya ? Mana mungkin dalam negri maya ada benda material ? Tiada benda material, sebab ia tercipta dari ‘maya’, oleh karena itu disebut Negri Maya, Anda bahkan tidak mengerti hal ini, apakah Anda masih pantas disebut sebagai Guru Dharma ? 
 
Sukhavatiloka disebut sebagai ‘Maya’, merupakan Buddha-ksetra upaya kausalya, semua orang juga tahu. Oleh karena itu kita yang menekuni Buddhisme harus mengetahui apa itu ‘upaya-kausalya’ dan apa itu ‘Uttara’. Sedangkan yang disebut dengan Tiga Yana, Buddha menyatakan bahwa Tiga Yana juga dapat disebut sebagai Yana Tunggal . Sesungguhnya Tiga Yana adalah Yana Tunggal. Ini merupakan : Bermula dari upaya kausalya ( Metode yang disesuaikan ) dituntun menuju ‘Uttara’ ( Kebenaran Tertinggi / Final ).
  
Dalam risalah ini : “Wahai Manjusri, demi para insan Aku membabarkan berbagai metode ini, supaya mereka memperoleh Sarvajnana, mengarah pada Bodhi, dituntun pada Mahayana, merealisasi Sarvajnana ; Pada akhirnya tiba pada Eka-yana (Yana Tunggal) , oleh karena itu saya tidak mendirikan yana-yana yang berbeda.” Kalimat ini sudah sangat jelas.
   
Sesungguhnya Buddha membabarkan ini semua hanya demi menuntun para insan memasuki Buddhisme Yana Tunggal, Beliau bukannya bertujuan mendirikan beberapa yana yang berbeda. Sesungguhnya berawal dari Yana Tunggal, demi menuntun para insan berakar Hinayana memasuki jalan Kebuddhaan, maka barulah ada perbedaan-perbedaan. Hal ini telah dibabarkan dengan sangat jelas.
 
Selanjutnya, silahkan dibuka halaman sepuluh : “Metode Hinayana bagi insan yang berakar Mahayana merupakan rintangan Kebuddhaan, namun bagi insan yang berakar Hinayana merupakan upaya kausalya yang menuntun pada Kebuddhaan, di sini sama sekali tiada kontradiksi.” Kalimat ini dapat dijelaskan dengan sangat sederhana. Apabila Anda adalah orang yang memiliki akar Mahayana, yang mampu menolong semua makhluk, namun hanya diberi metode Hinayana, berarti tidak sesuai, sebab Anda adalah orang yang berbakat namun tidak ditransmisikan metode yang sesuai, ini menyebabkan tidak selaras dengan akar pembawaan sadhaka, hal ini dapat menimbulkan sedikit rintangan.
  
Namun apabila saya mentransmisikan metode Hinayana kepada orang yang berakar Hinayana, berarti telah sesuai ! Bagi orang yang berakar Hinayana, ini merupakan upaya kausalya bagi pencapaian Kebuddhaan, menjadi sebuah metode yang sesuai untuk menuntun bhavananya kelak dalam mencapai Kebuddhaan, hal ini menjadi sangat sesuai. 
  
Dari sini saya teringat perihal transmisi sadhana, sadhana dalam tantrayana dibagi menjadi empat tahapan, sesungguhnya semua adalah demi Kebuddhaan. Saat permulaan, Anda harus menekuni sadhana yidam, semua sadhana di bawah yidam merupakan sadhana yang berada dalam ruang lingkup yidam. Tahapan pertama adalah yidam, sedangkan tahapan berikutnya adalah sadhana dalam, yaitu khusus mengolah prana ; Tahap ketiga adalah Anuttara-tantra dan Sadhana Vajra, ini tergolong dalam tahapan ketiga ; Bagaimana dengan tahap keempat ? Yaitu Maha-paripurna, menekuni realisasi kesunyataan. 
  
Dapat juga dikatakan bahwa tahap pertama adalah sadhana yidam, yaitu Ksetra-parisuddhi Anda kelak, merupakan sadhana untuk terlahir di Ksetra-parisuddhi ( Tanah Murni Buddha ).
 
Sedangkan tahap kedua, penekunan olah prana, nadi dan bindu, dapat dikatakan merupakan sebuah kendaraan yang sangat besar, merupakan fondasi olah prana.
 
Tahap ketiga, olah ‘Rajas’ ( hasrat ), mentransformasikan dan melampaui semua hasrat Anda, merupakan Anuttara-tantra.
 
Tahapan keempat, merupakan Kesunyataan Tathagata, Buddhata – Mahaparipurna.
 
Namun dalam mentransmisikan metode juga perlu berhati-hati,  mengapa demikian ? Sebab apabila Anda sungguh merupakan siswa berakar baik, maka metode yang saya transmisikan dapat Anda terima dan pergunakan dengan sebaik-baiknya, Anda mampu merealisasi dan mengajarkannya. Namun apabila Anda bukanlah siswa berakar baik, sekalipun saya memberikannya, tetap saja akan bocor dan sia-sia, Anda juga tidak akan mampu merealisasi dan mengajarkannya.
  
Oleh karena itu apabila seorang Guru hendak mentransmisikan Dharma kepada Anda, harus dilakukan seleksi. Seperti yang dinyatakan oleh Buddha : Kepada seorang berakar Hinayana, apabila Anda mentransmisikan metode Mahayana kepadanya, ini tidaklah tepat ! Kepada seorang yang berakar Mahayana, Anda mentransmisikan Hinayana, ini juga tidak tepat ! Transmisi harus dilakukan sesuai dengan akar pembawaan Anda sendiri, diberikan pengajaran sesuai pembawaan siswanya ;  Dengan demikian barulah benar-benar bermanfaat, transmisi yang dilakukan oleh Guru tidak akan sia-sia.
  
Mengenai transmisi, dulu kita lebih mudah memberikan Abhiseka Acarya, sebab pada permulaan tidak ada Acarya yang membantu, oleh karena itu, mau tidak mau harus memilih beberapa orang untuk diberikan Abhiseka Acarya, supaya mereka dapat menjalankan kewajiban sebagai Acarya, menuntun para insan. Kenapa kelak harus lebih sukar ? Proses saat ini akan lebih sukar. 
  
Mengapa Abhiseka Acarya kelak akan lebih sukar ? Sebab saat ini sudah harus menitik beratkan pada pemilihan berdasarkan akar pembawaan siswa, demikian pula dengan pewarisan Dharma, bukan dilakukan demi kemudahan, melainkan dilakukan berdasarkan kondisi sesungguhnya, pewarisan Dharma dilakukan berdasarkan tingkatan bhavana sesungguhnya. Oleh karena itu pelantikan Acarya kelak akan menjadi lebih sukar.  
 
Pada dasarnya untuk menjadi seorang Acarya harus memenuhi banyak persyaratan ! Transmisi tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Sebab dulu pada permulaan hanya saya seorang, tidak ada Acarya lain , tidak bisa demikian, maka saat itu menjadi dipermudah, tapi kelak akan menjadi lebih sukar. 
 
Kelak kandidat yang dipilih harus memenuhi banyak persyaratan. Yang pertama adalah Anda harus sepenuhnya memahami Tata Ritual Sadhana Tantrayana, Anda memahami semuanya dengan jelas ; Paling tidak adalah telah memahami tata ritual, kiat dan kunci sadhana. 
  
Yang kedua adalah Anda harus mendukung aliran ini, ini merupakan syarat yang paling mendasar. Apabila Anda tidak mendukungnya, apakah Anda pantas sebagai Acarya aliran ini ? Benar tidak ! 
  
Apabila Anda tidak mendukung Mulacarya, maka Anda tidak akan mampu membawa silsilah, dengan demikian apakah Anda merupakan Acarya aliran ini ? Oleh karena itu harus mendukung Mulacarya. 
 
Yang keempat, Anda harus membangkitkan maitri-karuna-citta, yaitu sikap batin yang benar-benar demi menuntun para insan ; Bukan setelah Anda diberi sertifikat Acarya, Anda langsung menghilang tidak diketahui rimbanya. Anda menyimpan sertifikat Acarya di dalam kas, Anda bahkan lupa untuk apa sertifikat tersebut, Anda sendiri juga belum terbebas dari kelahiran dan kematian, juga tidak membabarkan Dharma menuntun para insan, bahkan kompetensi sebagai sadhaka Hinayana pun Anda tidak punya, apalagi untuk Mahayana.
 
Acarya macam apa yang tidak membangkitkan maitri-karuna-citta ?
 
Anda tidak mampu merelakan waktu dan kehidupan diri sendiri, Acarya macam apa itu ? Harus mampu merelakan. Inilah persyaratan yang kelima. Anda harus mampu merelakan waktu dan kehidupan untuk memberi manfaat bagi para insan.  Ada beberapa Acarya yang saat diminta : “Pergilah kesana untuk membabarkan Dharma.” , ia menjawab : “Saya tidak punya waktu !”, “Saya tidak enak badan !” , atau ia hanya menjawab : “Saya takut, I scare !” ( Tertawa )
 
Takut apa ? Apakah penakut pantas menjadi Acarya ? Seorang Acarya harus mampu merelakan. Anda merelakan semua termasuk waktu dan kehidupan Anda, semua harus direlakan. Apabila Anda benar telah merelakan semuanya termasuk waktu dan kehidupan, maka apalagi yang patut ditakutkan ?   
 
Dulu saat awal pembabaran Dharma, para siswa Buddha tidak takut walau harus pergi ke tempat yang paling terbelakang dan terpencil sekalipun. Mereka mengatakan , tidak masalah, sekalipun harus mengorbankan nyawa juga tidak menjadi soal, inilah semangat pembabaran Dharma yang sejati.  Harus mampu merelakan segalanya. 
  
Tanpa semangat seperti itu, Anda tidak boleh menjadi seorang Acarya. Anda harus jelas akan lima syarat mendasar tersebut, itu adalah seorang Acarya yang paling dasar. Ada perbedaan tingkatan yaitu Acarya, Maha-acarya dan Vajra Acarya. Pertama yang paling mendasar adalah Anda harus memahami semua tata ritual tantra.  Jelas akan semua tahapan dan Anda mampu mengajari orang lain. Yang terakhir , seperti Maha Acarya dan Vajra Acarya, harus jelas dan telah menekuni teori dan praktek.
 
Pada akhirnya Anda harus terbebaskan dari kelahiran dan kematian, Anda harus merealisasi : Mahavidyadharavajracarya, mencapai realisasi yang sama dengan Vidyadhara Buddha sendiri, yang berarti adalah Kebuddhaan. ‘Mahavidyadharavajracarya’ inilah Acarya yang sejati.
  
Ada juga siswa yang datang dari tempat yang sangat jauh untuk memohon Abhiseka Acarya, saya katakan : “Baiklah ! Anda telah bersarana berapa lama ?” Dia menjawab : “Tujuh tahun.” ; “Baiklah ! Anda telah menuntun berapa orang ?” Dia menjawab : “Saya menuntun tujuh orang. Setahun satu orang.” Setahun satu orang juga lumayan ! Daripada tidak ada sama sekali. Lebih lanjut saya menanyainya ,  “Bagaimana kondisi bhavana Anda ?” Dia bersadhana dengan tekun, tapi cara berbicaranya tidak jelas , ini juga tidak boleh ! 
  
Sebab menjadi seorang Acarya harus  mempunyai cara berbicara yang jelas, dengan demikian barulah dapat membabarkan Dharma menuntun para insan. Untuk membabarkan Dharma harus memenuhi berbagai macam syarat, dia bukan akar pembawaan yang baik, sebab apabila Anda merupakan sarana yang baik maka Anda pasti memenuhi semua persyaratan. Memohon abhiseka Acarya boleh saja, bukannya tidak boleh, namun saya harus mengamati apakah Anda memenuhi syarat sebagai Acarya, oleh karena itu saat ini lebih sukar, harus melewati berbagai ujian, Anda harus memenuhi persyaratan mendasar, selain itu sesuai dengan yang tertulis dalam Mulatantra, seorang Acarya harus memiliki berkah dan Prajna. 
 
Anda harus memiliki Prajna. Dari manakah Prajna ini ? Prajna yang berasal dari berbagai sumber. Apabila Anda memiliki Prajna yang mencukupi, maka Anda mampu memahami semua Buddha Dharma, semua dapat Anda babarkan ,ini memerlukan Prajna. Anda tidak boleh mengatakan : “Standar saya sangat rendah, tidak mampu membangkitkan Prajna, tidak mampu menghadapi para insan.” Ini berarti Prajna Anda tidak cukup, tidak berkompeten menjadi seorang Acarya. 
  
Selain itu juga berkah, seorang Acarya melakukan apa ? Dia berada di dapur menanak nasi, menjadi koki, menjadi pelayan ; Seorang Vajra Acarya sangat agung, tidak boleh menjadi pelayan. Anda harus memiliki sumber daya yang mencukupi, barulah dapat menjadi seorang Acarya. 
  
Dalam Mulatantra ada tertulis, apabila Anda tidak mampu menafkahi diri sendiri, bagaimana mungkin Anda mampu menggunakan Prajna dan berkah Anda untuk mengadhistana para insan ? Anda tidak mempunyai berkah, Anda kesulitan untuk mempertahankan hidup sendiri, bagaimana mungkin mampu mengadhistana para insan dengan berkah ? Anda tidak memiliki Prajna, bagaimana mungkin mampu mengadhistana para insan dengan Prajna ?  
  
Sebab Anda mengadhistana para insan dengan menggunakan Prajna dan berkah Anda. Dulu Vajra Acarya kita ada yang berprofesi sebagai sopir, ada juga yang menjadi penjual di toko kelontong. ( Tertawa ) ada juga yang menjadi waiter, waiter memang melayani para insan, namun saat Anda diminta melayani pesanan makanan orang lain, Anda telah kehilangan kepantasan sebagai seorang Acarya. 
 
Ingat, harus memiliki berkah dan Prajna, harus nampak bakat tersebut, dengan demikian barulah kelak dapat diberikan transmisi. Mentransmisikan Dharma kepada beberapa orang tersebut, kemudian kelak mereka saat mentransmisikan Dharma juga perlu mengamati orang, tidak boleh sembarangan, sebab apabila Anda belum beryukta dengan yidam, namun saya mentransmisikan ‘Sadhana Dalam’ kepada Anda, ini sudah melangkahi. Anda belum berhasil dalam ‘Sadhana Dalam’, namun saya telah mentransmisikan Sadhana Vajra kepada Anda, juga mentransmisikan Anuttara-tantra, ini juga tidak tepat ; Sebab sudah pasti hal tersebut akan sia-sia. Apabila Anda belum berhasil dalam Sadhana Vajra dan Anuttara-tantra, kemudian saya mengajarkan Anda pemancaran cahaya dalam Mahaparipurna, ini juga melangkahi.
 
Harus secara bertahap. Banyak orang yang belum beryukta dengan yidam namun sudah mulai menekuni Sadhana Dalam, kemanakah Anda hendak menghantar bindu ? Meskipun Anda memiliki bindu, namun hendak Anda hantar kemana ? Sebab bindu harus dihantarkan menuju yidam, dan apabila yidam Anda belum kokoh, belum terang, bagaimana mungkin dapat menghantarkan bindu ? 
 
Oleh karena itu semua saling berkaitan. Dalam Varga Raja tertulis : “Bagaikan samudra dimana berbagai aliran air mengalir kepadanya, demikian pula air sarvadharma Tiga Yana, semua mengalir pada Samudra Tathagata.” Kalimat ini menjelaskan meskipun ada banyak perbedaan dalam hal tahapan Yana, namun air Sarvadharma ini akan mengalir pada Maha Samudra Tathagata. Oleh karena itu ada upaya kausalya dan ada Uttara, sedangkan Maha Samudra Tathagata adalah Uttara, dan air Dharma Tiga Yana merupakan upaya kausalya. Demikianlah yang dibahas dalam bagian ini. 
 
Sampai di sini, saya akan berbincang ringan dengan Anda sekalian. Ada banyak orang yang ingin membabarkan Dharma. 
 
Banyak siswa yang memohon Abhiseka Acarya, mereka datang dari berbagai daerah. Namun saya ingin menyatakan kepada Anda sekalian, seperti yang barusan saya uraikan, harus memenuhi berbagai persyaratan. Anda renungkan sendiri, apakah mampu memenuhi berbagai persyaratan tersebut ? Kemudian melalui pengamatan dan pertimbangan Mahaguru, barulah memberikan Anda tanggung jawab dalam pembabaran Dharma. Namun ada beberapa orang yang menyangka dirinya sendiri telah sangat kompeten, sebagai manusia ketidaktahuan adalah tak terhindarkan .
  
Ada sebagian orang yang jelas-jelas sangat serakah, namun dialah yang pertama kali datang memohon sadhana tingkat tinggi. Saya mengetahui bahwa keserakahannya sangat berat, tidak ada orang yang berani memohon sadhana tersebut, hanya dia yang berani. 
 
Maka saya merasa juga perlu berwelas asih, menurut saya para insan ada kalanya penuh kegelapan batin ; Dia sama sekali tidak mengerti. Dia mengira : “Saya hanya perlu Abhiseka Acarya, maka saya sudah bisa makan gratis, menetap gratis, banyak hal gratis, bahkan bisa memperoleh persembahan dari para umat.” Dia merasa bisa menjadi makmur, keserakahannya sangat berat, dia tidak tahu apa itu ‘Merelakan’. 
  
Oleh karena itu silahkan Anda merenungkan  dengan seksama persyaratan yang baru saja saya ungkapkan . Seperti Sadhana Xian-tian Wu-ji Zheng-fa , begitu dikerahkan dapat mengambil daya dari semesta menjadi kekuatan karman bagi Anda, metode ini sangat agung, saya mengatakan , “Apabila Anda merasa bahwa diri sendiri adalah orang yang mampu merelakan segalanya, maka Anda boleh memohon sadhana ini.”  Pada suatu hari ada seseorang yang datang memohon sadhana ini, saya sangat sedih, sebab dia adalah orang yang paling serakah di dunia ini, namun dia mengaku mampu merelakan , dia mengaku telah sepenuhnya demi para insan. Ia mengaku telah mencapai sunya. Saya mengatakan : “Baiklah, apabila Anda ingin memohon sadhana ini, saya pasti akan memberikannya kepada Anda. Namun bukankah lebih baik saya mengamati Anda untuk sementara waktu ?”
 
Dia mengatakan : “Baiklah !” Dia-pun pergi. Tak sampai sebulan dia sudah menampakkan sifat serakahnya, dia adalah orang yang paling serakah di dunia dan menginginkan sadhana nomor satu di dunia. Tidak ada orang yang berani memohon Sadhana Xian-tian Wu-ji Zheng-fa, sampai saat ini tidak ada yang berani, hanya dia satu-satunya yang berani dan dialah orang paling serakah di dunia ! 
 
Coba Anda renungkan, bukankah ini merupakan kegelapan batin insan ? Dulu saat dia memohon kepada saya, ia mengatakan : “Kepala saya telah terbuka, seekor ular keluar dari dalamnya, ini berarti rintangan karma telah terkikis, ini merupakan fenomena baik.” Dia mengaku ular telah keluar, ia tidak lagi mempunyai hati ular, wah ! Bagus sekali ! Sudah menjadi hati manusia. Baik sekali ! Saya sungguh gembira mendengar ular keluar dari tubuhnya. Oleh karena itulah dia memutuskan untuk memohon Maha Sadhana paling agung di dunia. Setelah dia memohon, saya katakan perlu untuk melakukan pengamatan sementara waktu, pada akhirnya saya mengamati dia, ular yang keluar telah kembali ke tempatnya semula, ia tetap saja menjadi orang paling serakah di dunia !
  
Maka saya katakan sekali lagi, bagi yang memohon Abhiseka Acarya atau memohon Maha Sadhana Anuttara, mohon merenung dan menimbang diri sendiri, pertimbangkan terlebih dahulu, kemudian biar Mahaguru menguji, barulah Anda datang kembali.
 
Om Mani Padme Hum !
  

21 Juli 1994
「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。