Bab 1.1 Berbagai Metode Berbeda Dari Tahapan Memasuki Ajaran Mulia
Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana
Oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu
13 Juli 1994
Hari ini kita hendak memulai pengulasan ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’
( Sngagsrim Chenmo / Mi-zong-dao-ci-di-guang-lun /密宗道次第廣論 ) .
Risalah ini ditulis oleh Guru Leluhur Tantrayana : Mahaguru Tsongkapa.
Di antara Para Guru Leluhur Tantrayana, yang mempunyai keberhasilan agung dalam mengumpulkan dan menyusun ajaran tantrayana kemudian menuliskannya dalam sebuah buku, mencakupi sutrayana dan tantrayana, adalah Mahaguru Tsongkapa. Oleh karena itu Beliau mempunyai dua karya yang masih lestari hingga saat ini, yaitu ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan’ ( Lamrin Chenmo / Pu-ti-dao-ci-di-guang-lun /菩提道次第廣論 ) dan ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’ ( Sngagsrim Chenmo / Mi-zong-dao-ci-di-guang-lun /密宗道次第廣論 ) .
Menurut yang saya dengar, sudah ada orang yang mengulas ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan’, namun sangat sedikit orang yang mengulas dan membabarkan mengenai ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’. Saya pribadi yakin mampu membabarkan dan mengulas ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’ ini dengan sangat sempurna.
Mengapa demikian ? Sebab seperti yang telah saya katakan bahwa risalah ini adalah barang kepunyaan sendiri. Tentu saja saya memahami barang kepunyaan sendiri, saya mampu mengulasnya dengan sempurna, bahkan mengulas dengan lancar. Mampu mengulas makna sejati di dalamnya dengan sangat mendetail.
Siapa tahu kelak saya merupakan orang yang terbaik dalam mengulas ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’ .
Sebelum memulai pengulasan, saya ingin bertanya kepada Anda sekalian : Siapakah yang telah membaca keseluruhan risalah ini tanpa terlewat satu aksara-pun ? Silahkan angkat tangan !
Tidak peduli Anda memahaminya atau tidak, pokoknya telah membaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir, satu aksara tidak terlewat, tidak melewatkan satu bagian pun. “Apakah Acarya Lian-deng sudah membacanya sampai habis ?” , “Pernah membacanya !” , “Pernah membacanya ? Keseluruhan atau hanya membaca sedikit bagian saja ?” , Acarya Lian-deng menjawab : “Hanya sedikit bagian saja.”
“Pernah membaca sedikit, ini sangat jujur ! Siapa lagi ? Bagaimana dengan Acarya Chang-ren ?”, Acarya Chang-ren menjawab : “Pernah tapi hanya sedikit.” , “Bagaimana dengan Acarya Lian-bao ?” , “Membacanya secara acak.” Singkat kata, tidak ada yang membacanya secara keseluruhan. Saya beritahu Anda semua, saya membacanya secara keseluruhan !
Risalah ini sangat tebal, buku yang sangat tebal ! Saya sendiri membacanya secara keseluruhan sampai selesai. Mengapa saya memutuskan untuk mengulasnya ? Sebab saya membacanya secara keseluruhan, saya mampu melebur di dalamnya, bahkan dia adalah aku, aku adalah dia. Oleh karena itu saya mampu mengulasnya, membabarkan makna utama di dalamnya secara jelas ! Saya memiliki keyakinan dan penguasaan ini.
Karena kalian tahu saya akan mengulasnya, maka nanti sekembalinya dari sini Anda semua membeli. Kemudian Anda harus membaca semuanya dengan baik, sehingga nanti saat saya mengulas kalian dapat mengetahuinya, akan lebih jelas. Seperti dulu saat kita duduk di Sekolah Dasar, apa yang hendak diajarkan oleh guru hari ini, kita sudah harus mempersiapkannya di rumah, sehingga tiba di kelas, setelah guru menerangkannya, Anda telah mempelajarinya dua kali, sedangkan orang lain hanya mempelajarinya satu kali. Anda dapat lebih mendalam dibandingkan orang lain, lebih awal memahaminya. Ini sangat penting !
Saya harapkan , sebelum saya mengulas di sini, Anda sekalian telah membacanya terlebih dahulu, siapa tahu Anda punya pertanyaan, boleh diutarakan saat pengulasan. Tanyakanlah apabila ada yang ingin dipertanyakan.
Makna Gatha
Pada hari pertama ini, terlebih dahulu saya mengulas gatha ini. Pada pembukaan Bab 1 langsung terdapat gatha. Saya tidak perlu membaca ulang gatha tersebut, kalian bisa membacanya sendiri.
Makna yang terkandung di dalamnya sangat luas ; Sebab, dapat dikatakan merupakan sebuah ‘Ringkasan Umum’. Sebelum isi sebuah buku, terlebih dahulu dijelaskan makna utamanya, melalui gatha ini menampilkan makna sebenar dan keutamaan dalam risalah ini.
Namun sesungguhnya tidaklah mudah untuk menampilkan keseluruhan isi risalah dalam satu gatha ini. Makna yang terkandung dalam tiap gatha sangatlah mendalam dan sangat luas. Menurut saya dalam gatha ini terdapat tiga makna utama yang sangat penting :
1. Risalah ini mentransmisikan amala-marga, yaitu sebuah kebenaran tanpa noda.
Di dalam ada satu kalimat : ‘Berbelas kasih untuk mengajarkan amala-marga.’ Jalan tanpa noda. Risalah ini mengajarkan kebenaran tanpa noda.
Apakah itu ‘Kebenaran Tanpa Noda’ ? Yaitu menunjuk pada ‘Sunya’, Kesunyataan, Kebenaran Semesta. Mengapa disebut sebagai Kebenaran Semesta ? di dalam ada dinyatakan : “ Bagaikan di tengah kemurnian angkasa menampilkan awan penuh warna”, Kemurnian Angkasa adalah Kebenaran Sejati ; Yang murni, sepenuhnya sangat murni, Kebenaran Sejati Kesadaran Semesta di angkasa. Kebenaran inilah yang diajarkannya.
‘Memadamkan Semua Prapanca dan Tak Tergoyahkan.’
Satu kalimat di bawah ‘Angkasa’ adalah : ‘Memadamkan Semua Prapanca ( argumen yang tak bermanfaat ) dan Tak Tergoyahkan’. Angkasa adalah tak tergoyahkan, di dunia ini apakah yang tidak tergoyahkan ? Bumi ini bergerak ; Semua unsur pembentuk semesta adalah bergerak. Bumi dapat berguncang. Dalam sejarah kita terdapat proses orogenesis gunung ; Pergantian gunung dan lautan, Gunung Himalaya pada mulanya adalah dasar lautan ; Gunung adalah samudra, samudra adalah gunung, inilah proses orogenesis gunung, keseluruhan kerak bumi bergerak.
Air mengalir, orang yang mempelajari geomansi akan mengetahuinya, bagaimana mengalirnya prana air, di manakah tempat berkumpulnya air ? Di manakah penampungannya ? Di manakah aliran itu dilepaskan ? Ini pengamatan air, mengamati pergerakan prana ; Air dan prana saling berkaitan. Anda dapat melihat betapa banyaknya transformasi air. Kadang berubah menjadi awan, kemudian menjadi hujan, menjadi air, menjadi es, dari es menjadi uap. Transformasi air ini terus bergerak.
Bumi ini mengalami perubahan, air juga mengalami perubahan ; Apakah api juga berubah ? Api juga bergerak ! Suhu adalah api. Setelah memanas dia akan naik, jika mendingin , maka dia akan turun. Dia juga terus berpindah kesana kemari ; Api mendadak berkobar, mendadak mati, terus bergerak. Coba Anda amati di alam ini yang tergolong elemen api, termasuk suhu bumi, panas bumi ; Termasuk magma. Di alam semesta ini, api dari matahari, mampu bersinar selama miliaran tahun, bahkan suhunya tiap hari mengalami perubahan.
Tanah – air – api dan angin, apakah angin bergerak ? Tentu saja ! Seperti saat ini kipas angin sedang menghembuskan angin, angin ini sedang bergerak. Pohon bisa bergoyang, dari manakah angin berasal ? Dia datang dan pergi, semua bergerak. Hanya satu yang tidak bergerak , yaitu dari berbagai elemen dalam tantra, seperti tanah – air – api – angin dan akasha, hanya akasha yang tidak berubah.
Di sini dikatakan : : “ Bagaikan di tengah kemurnian angkasa menampilkan awan penuh warna”. Awan-awan bergerak, namun Angkasa Nan Murni tidak bergerak ; ‘Awan-awan’ adalah prapanca ( argumen – argumen ) , sedangkan ‘Angkasa Nan Murni’ adalah Kebenaran Sejati. Dalam Kesadaran Alam Semesta ini, ia tidak bergerak, tak tergoyahkan, apapun yang bergerak adalah prapanca ( argumen-argumen ). Saat Anda melebur dalam Kebenaran Sejati Semesta, dengan batin yang tak tergoyahkan, kemudian merefleksikan segala fenomena yang bergerak.
Oleh karena itu dalam Vajrachedikka Sutra dikatakan dengan jelas : Semua rupa akan melebur dalam sunya ; Semua fenomena adalah sunya ; Sementara itu sunya juga merupakan semua rupa. Mengapa sunya adalah semua rupa ? Sebab sunya tidak dapat tampil, tampil melalui semua rupa.
Seorang sadhaka harus memahami ‘Segala Sesuatu Sepanjang Masa Dalam Angkasa’ ( Semesta Sunya ) , juga harus memahami ‘Menghadap Angin dan Rembulan’ ( Nampak Segala Rupa ). Apakah itu ‘Segala Sesuatu Sepanjang Masa Dalam Angkasa’ ? Yaitu ‘Rupa adalah sunya’. Sedangkan ‘ Menghadap Angin dan Rembulan’ merupakan ‘Sunya adalah rupa.’
Di dalam sini telah dikatakan bahwa risalah ini mengajarkan ‘Bukan Murni pun Bukan Bernoda.’
Selanjutnya, ‘Kesemuanya mampu mengajarkan Prajna Terunggul.’
Kesemuanya mampu mengajarkan Prajna Terunggul yang Anuttara, yang Tertinggi.
Mahaguru menguasai empat Metode Agung dalam Tantrayana : Dalam Nyingmapa disebut Dzogchen, dalam Gelugpa adalah Mahabhairavatantra, dalam Kagyudpa adalah Mahamudra dan dalam Sakyapa adalah Mahaparipurnavijayaprajna. Sesungguhnya empat metode ini dapat disebut secara kolektif sebagai : Dharma Agung Anuttara Yang Terunggul Yang Paling Sempurna Dalam Tantrayana, dapat dikatakan merupakan Mahaparipurna, juga dapat dikatakan Dharma Mahamanggala, Dharma Mahaparamarthasatya, semua dapat disebut demikian ; Hanya saja berbeda dalam sebutan belaka. Sesungguhnya semua merupakan Dharma Anuttara Prajna yang paling agung dan paling unggul.
Saat ini siapakah yang menguasai metode ini ? Sangat sedikit yang mengetahuinya ! Risalah ini sedang membahasnya. Oleh karena itu dikatakan : ‘Kesemuanya mampu mengajarkan Prajna Terunggul.’ , ‘Menembusi Batin Guhya Buddha Yang Mendalam .’
Menembus adalah mencapai Makna Kebenaran Tathagata yang paling mendalam dan rahasia, demikianlah risalah ini ; Di dalamnya ada banyak metode , ada banyak sadhana tantra, semua tersimpan dalam risalah ini. Acarya Lian-bao pernah mengatakan : “Di dalam sini ada banyak metode !” Tidak salah ! Memang tercantum banyak metode ; Namun, apabila berbagai metode tersebut tidak ditransmisikan, maka akan sangat sukar untuk dipahami, sebab ia sangat mendalam.
Dalam mengulasnya juga ada tahapannya, mulai dari yang paling dangkal hingga yang paling tinggi dan mendalam. Untuk mengulasnya, saya telah mempertimbangkan satu hal, di dalamnya ada banyak yang dangkal juga lebih rumit, contohnya saat mengulas perihal elemen ‘prthivi’ ( bumi ), penjelasannya sudah sangat banyak ; Hanya perihal ‘mendirikan mandala’, penjelasannya sangat-sangat banyak, sangat rumit !
Saya mempertimbangkan, apakah sebaiknya yang rumit ini dibabarkan dengan sederhana, hanya diambil intinya saja kemudian yang lain dapat dilompati ; Sebab apabila tidak demikian, maka dikuatirkan hanya satu risalah ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam mengulasnya ; Apabila saya mengulasnya tiap kalimat, dikuatirkan butuh waktu bertahun-tahun. Oleh karena itu saya mengulas inti dari gatha yang ada.
Di dalam gatha tersebut juga ada dijelaskan bagaimana Anda harus menekuni bhavana. Coba Anda baca gatha ini :
“Berhasil memahami sedikit saja makna luar dari sebuah sutra, tapi tidak menggunakan kemurnian batin dalam memandang Dharmasasana ; Atau banyak pengetahuan tapi tidak tekun melaksanakannya, itu semua tidak dapat membuat Buddha bersukacita.”
Kalimat ini telah mengajarkan kepada kita semua mengenai bagaimana mendalami Buddha Dharma.
“Berhasil memahami sedikit saja makna luar dari sebuah sutra.”
Saat membaca sutra , kita harus mengethaui bagaimana ‘Memutar Sutra’. Apa maksudnya ? yaitu mengaplikasikan Kebenaran dalam sutra, bukan malah membabi buta terhadap sutra tersebut. Banyak orang dalam mendalami Dharma, hanya tahu sedikit, sudah menyangka sempurna, sudah puas, sudah sangat sombong. Kemudian membabi buta terhadap sutra tersebut, hanya mengikuti sutra tersebut, tidak memahami bagaimana caranya mengaplikasikannya dalam bhavana, tidak memahami bagaimana memutarnya dalam hidup. Fenomena tersebut telah tertulis dalam risalah ini .
“Tidak menggunakan kemurnian batin dalam memandang Dharmasasana.”
Ajaran dari Hyang Buddha adalah mengajarkan kita untuk memurnikan diri, oleh karena itu adalah keliru jika kita tidak menggunakan kemurnian dalam mempelajari Buddhasasana !
Kemurnian merupakan Kebenaran Semesta ! Murni dan tak tergoyahkan. Kesunyataan, Buddha, Tathagata, Tathata, Svabhava, ini semua tergolong kemurnian. Ajaran Buddha adalah ajaran yang murni. Apabila Anda melihat ajaran Buddha tidak dengan batin murni, maka Anda akan mudah tersesat, demikianlah risalah ini mengajarkan kepada kita semua.
“Banyak pengetahuan tapi tidak tekun melaksanakannya.”
Hanya mendengar saja tanpa melaksanakannya, “Wah ! Mahaguru mengulasnya dengan baik ! Yang diulas setiap hari, semua saya dengarkan, semua membuat saya bersukacita ! Pengulasan Mahaguru juga tidak seperti bhiksu lain yang membosankan. Pengulasan Mahaguru sangat enak untuk disimak. Sangat menentramkan , besok saya akan hadir untuk mendengar lagi !” Setahun kemudian mendengarnya lagi, sepuluh tahun kemudian hanya mendengar, namun saat meminta Anda untuk pergi, “Tolong ke dapur untuk memasak satu lauk saja.” , Anda menjawab “Tidak ! Saya tidak mau !” , meminta Anda untuk membersihkan toilet, Anda mengatakan : “No ! I don’t want !” Meminta Anda memotong rumput, merapikan lingkungan, Anda tidak sudi melakukan itu semua.
Saya beritahu Anda : Saat beraktivitas, berdiam, duduk maupun berbaring, semua adalah Buddha Dharma ! Tidak hanya mendengar. Hanya mendengar tidak akan Tercerahkan. Memegang sapu baru bisa Tercerahkan, masuk ke dapur menanak nasi bisa Tercerahkan, membersihkan lingkungan juga bisa Tercerahkan, demikianlah yang dilakukan oleh Mahaguru sendiri.
Saya pernah membersihkan toilet ! Dulu semasa sekolah tiap siswa punya kewajiban untuk menjaga kebersihan tiap wilayah, rumput dan membersihkan sampah, termasuk atap sekolah. Meskipun saya mempunyai fobia ketinggian, saya juga harus naik ke atap, sekalipun membuat celana menjadi hitam. Anda semua tahu bahwa atap sangat kotor, itu semua harus dibersihkan, termasuk daun-daun yang berguguran di atap juga harus disapu. Saya sangat ketakutan ! Saya mempunyai fobia ketinggian.
Dulu saat saya melakukan survei , mendaki gunung bukanlah masalah bagi saya, setinggi apapun saya mampu mendakinya, sebab di samping masih ada daratan, tidak merasakan takut. Tahukah Anda saat melakukan survei unuk mengukur tandon air, yaitu bagian paling atas dari tandon air di sekolah, alat itu harus ditata di sana, demi mengamati gunung, membuat titik kontrol, saat itu saya pergi kesana, saya melihat tandon air yang sangat tinggi itu, tangga besinya vertikal, tegak lurus ! Saya harus membopong alat-alat, membawa braket, harus naik ke atas, kepala bintara mengamati saya.
Saya adalah petugas survei, jabatan saya lebih tinggi dari dia, dia adalah bintara, usianya sudah sangat lanjut, namun pengalaman surveinya sangat kaya. Dia naik hingga ke puncak tandon air, berdiri di atas, Anda tahu puncak tandon air hanya sebatas lingkaran, dia berdiri di sana sambil mengatakan : “Petugas survei naiklah ! Naiklah !” di bawah saya melihatnya, memandang ke atas terasa pusing ! Mata terpejam dan mengatakan : “Baik ! Saya pasti naik !”
Ingin menangis tapi tidak ada air mata, mata terpejam, berjalan menghampiri, kemudian tangan menggenggam tangga besi itu, naik ! Tidak melihat ke bawah. Terus naik saja, naik sampai separuh , sejenak mengintip ke bawah, Ah ! Tidak berani bergerak, langsung terpaku di atas tangga. Saya mengatakan : “Saya tidak bisa naik.”, Dia mengatakan : “Saya sudah naik, jika Anda tidak naik, bagaimana kita melakukan survei ?” Kami hanya berdua, dia ada untuk membantu saya, saya harus melakukan survei, dia hanya bertugas untuk membaca angkanya. Saya kembali memberanikan diri untuk naik. Tandon itu ada di Zhanghua, ada sebuah tandon yang disebut Pabrik Obat Huacheng, saya masih mengingatnya sampai sekarang.
Tiba di atas, angin sangat kencang, saya beritahu Anda : Rasanya tubuh ini seolah-olah akan tertiup angin jatuh dari tandon, pijakan tandon tidaklah lebar, di sisinya juga tidak ada pegangan. Kaki rasanya kesemutan, orang – orang di bawah terlihat kecil.
Harus melakukan survei gunung di atas tandon, bahkan harus membawa walkie talkie untuk saling mengabarkan posisi dengan semua di atas gunung, seperti menyerukan : “Gunung pertama !” , “Gunung kedua !” , “Gunung ketiga”, “Gunung Selatan”, berseru demikian kepada tiap gunung. Inilah ‘Praktek’.
Saya beritahu Anda, adakalanya hanya mendengar, sekalipun banyak juga tidak bermanfaat, harus mempraktekkannya. Segala sesuatu yang Anda praktekkan langsung barulah dapat Anda sadari makna sebenarnya ada di mana.
Bhavana adalah usaha nyata, bukan hanya di bibir belaka. Harus tekun melaksanakannya. Apabila Anda sungguh – sungguh, maka coba lakukan. Apabila Anda tidak bisa, setelah belajar melakukannnya Anda akan bisa.
Saya mendengar bahwa Bhiksuni Huijun sangat baik dalam menghasilkan karya tulis, kebijaksanaanya sangat tinggi, namun saat memintanya untuk praktek, benar-benar masuk ke dalam dapur, apakah Huijun ada ? Karena dia orangnya kecil jadi tidak nampak, terhalang oleh alat ini.
“Apakah Anda bisa menanak nasi ?”, “Bisa !”, “Bisa memasak lauk ?” , “Bisa !” Jika Anda diminta untuk mengepalai dapur, menjamu orang-orang , mengadakan perjamuan, apakah Anda bisa ? Haru demikian ! Jangan sampai apapun suka mengatakan : “Saya tidak mampu !” ; Asalkan Anda mau belajar dengan sungguh-sungguh, Anda akan bisa.
Sebenarnya ada banyak hal yang saya tidak bisa, saya pernah mengatakan saya punya fobia ketinggian. Bhiksu Lian-xin juga takut ketinggian. Saat di Jepang, saat berada di puncak gunung tinggi dia ketakutan ! Saya menariknya untuk melihat-lihat di samping tebing, coba Anda lihat ! Setelah terbiasa melihatnya Anda tidak akan takut lagi ! Anda harus naik kereta kabel sendirian, kereta kabel yang terbuka, yang tidak ada pegangan tangan. Coba naik beberapa kali maka Anda tidak akan takut lagi. Pertama kali pasti takut, kedua kalinya masih takut, ketiga kali juga takut ; Setelah duduk seratus kali, Anda tidak akan takut ! Oleh karena itu untuk menghadapi fobia, tiap kali saya naik ke tingkat teratas, saya akan pergi ke samping untuk melihat ke bawah, mengamatinya lebih lama, yang paling baik tidak ada pagarnya. Tapi jangan sampai jatuh !
Bhiksu Lian-xin punya fobia ketinggian, bagaimana dengan sekarang ? , “Sudah ada peningkatan !” Sebab saya minta dia mengamati tebing, mengamatinya dari tepi tebing, melihat air , air yang sangat dalam. Melihat gunung di kejauhan. Harus demikian ! Sebab semua rasa takut timbul dari batin sendiri, apabila kita ingin menaklukkannya maka kita harus menghadapinya.
Buddha Dharma membicarakan pelatihan nyata, Anda harus menghadapi berbagai macam kondisi, kemudian secara nyata mengaplikasikan Dharma. Oleh karena itu yang dikatakan oleh Mahaguru Tsongkapa : “Banyak pengetahuan tapi tidak tekun melaksanakannya.”, jika Anda hanya mendengar Dharma, tidak bermanfaat ; Sekalipun Anda telah membaca banyak sutra Buddha, sudah membaca keseluruhan isi Mahapitaka, tetap tidak bermanfaat !
Anda harus mengamalkan Dharma, mewujudkannya, melatih dan merealisasinya ! Dengan demikian barulah bermanfaat !
Namun dalam pelatihan nyata juga ada banyak metode. Anda tidak boleh terlampau tergesa-gesa, juga tidak dapat terlampau lamban, Anda harus mengaturnya dengan pas. Ini juga sebuah ilmu, sebab jika Anda terlampau tergesa, setiap hari duduk mematung, ingin membangkitkan apinya, sebelum timbul apinya , Anda malah jatuh sakit duluan. Usaha ekstrim Anda sendiri juga sudah tergolong sebuah penyakit. Jangan terlampau ditekan, ada tahapannya. Inilah yang dimaksud dengan tahapan dalam ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’
Apabila Anda memperoleh sangat sedikit, kemudian menjadi fanatik membuta, Buddha pun tidak akan bersukacita ! Anda hanya mendengar saja tanpa mengaplikasikannya dalam bhavana, Buddha juga tidak akan bersukacita ! Inilah yang dimaksud dengan : “Itu semua tidak dapat membuat Buddha bersukacita.”
Oleh karena itu dalam risalah ini ada tiga Makna Luhur yang utama :
1. Ia mengajarkan Kebenaran Semesta, yaitu bukan murni juga bukan kotor, merupakan Kebenaran Sejati Kesunyataan.
2. Mengulas Mahasadhana Tantra yang paling mendalam, paling tajam, paling unggul dan Tertinggi. Dia benar-benar telah mengajarkannya.
3. Ia mengulas makna dan kiat sadhana. Di dalamnya ada banyak metode, semua tergolong tantra.
Gatha ini sangat mendalam dan sangat luas, tentu saja tidak hanya mencakup tiga hal ini, hanya saja saya mengungkapkan tiga macam ini. Sebab di dalam ada dikatakan : “Bernamaskara dengan penuh rasa hormat kepada Kaki Padma Guru.” Menggunakan kepala kita untuk menghormati Guru, supaya kaki Guru diletakkan di atas kepala kita. Ini merupakan penghormatan tertinggi.
Banyak Dharmapala yang melindungi risalah ini.
Dharmapala dari Mahaguru Tsongkapa adalah Yamantaka Vajra, Dharmapala saya sendiri juga Yamantaka Vajra ; Di dalamnya terdapat sebuah afinitas yang sangat erat. Di antaranya ada satu kalimat : “Dakini memandangku bagaikan Ibu terhadap putranya.” Benar sekali ! Para Dharmapala Dakini, memandang Anda, melindungi Anda bagaikan ayah dan ibu melindungi putra putrinya sendiri. Dharmapala dan Dakini melindungi dan menopang sadhaka, bagaikan orangtua menopang putra putrinya, sikap hati yang penuh kasih.
Banyak Dharmapala yang berharap supaya Mahaguru Tsongkapa menuliskan semua tahapan urutan dari sadhana tantra ! Demikian pul, banyak Dharmapala dan Dakini yang mengharapkan supaya saya dapat mengulas risalah ini dari awal sampai akhir dengan jelas, supaya banyak insan memperoleh manfaat Dharma.
Demikianlah makna dari gatha pembukanya. Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum
13 Juli 1994