Dharmaraja Lian-sheng Mengulas Satya Buddha Sutra
( Pengulasan Kelima )
Dharmadesana 19 November 1988
Kutipan Teks Sutra Mandarin :
爾時。摩訶雙蓮池。大大震動。
Ěrshí. Móhoshuāngliánchí. Dàdà zhèndòng.
無量諸天皆感受之。佛菩薩聲聞皆感受之。
Wúliàng zhū tiān jiē gǎnshòu zhī. Fo púsà shēngwén jiē gǎnshòu zhī.
均至摩訶雙蓮池。三十三天主均趕赴摩訶雙蓮池。
Jūn zhì Móhoshuāngliánchí. Sānshísān tiānzhǔ jūn gǎnfù Móhoshuāngliánchí.
集諸二十八天眾。帝釋。梵王。八部四眾。廣說法要。
Jí zhū èrshíbā tiān zhòng. Dìshì. Fànwáng. Bābù sìzhòng. Guǎngshuō fǎyào.
Kutipan Teks Sutra Bahasa Indonesia :
Pada saat itu, Maha-padminiloka berguncang dahsyat, sehingga di setiap alam-alam surga yang tak terhingga banyaknya semua merasakannya. Para Buddha Bodhisattva dan Sravaka pun merasakannya , semua berdatangan ke Maha-padminiloka, para Penguasa Surga Trayas-trimsa berdatangan ke Maha-padminiloka.
Para dewa dari 28 Surga, beserta Sakra-devanam Indra, Maha Brahma, delapan kelompok makhluk, serta Catasrah-parsadah berkumpul bersama untuk mendengarkan pembabaran Esensi Dharma.
Pengulasan oleh Dharmaraja Lian-sheng :
“Pada saat itu, Maha-padminiloka berguncang dahsyat, sehingga di setiap alam-alam surga yang tak terhingga banyaknya semua merasakannya. Para Buddha Bodhisattva dan Sravaka pun merasakannya , semua berdatangan ke Maha-padminiloka, para Penguasa Surga Trayas-trimsa berdatangan ke Maha-padminiloka.
Para dewa dari 28 Surga, beserta Sakra-devanam Indra, Maha Brahma, delapan kelompok makhluk, serta Catasrah-parsadah berkumpul bersama untuk mendengarkan pembabaran Esensi Dharma.”
Kata pertama adalah ‘Pada saat itu’, apakah maksudnya ? Bukan saat ini juga bukan dahulu kala, singkat kata adalah pada saat itu. Di dalam ada banyak sekali ‘Pada saat itu’, ini berarti tidak ada atribut waktu, cukup ‘Pada saat itu’.
Di Padminiloka yang besar, di tempat tersebut, di seluruh lokasi Buddha-ksetra tersebut, seluruh lokasinya sedang berguncang. Biasanya Buddha-ksetra jarang berguncang, jika terus-terusan berguncang bisa-bisa semua ambruk. Namun di dalam Sutra Buddha ada disebutkan mengenai enam jenis guncangan dahsyat, saat itu semua mengandung arti.
Yang paling ternama adalah enam jenis guncangan. Saat Sakyamuni Buddha terlahir, juga terjadi enam guncangan. Saat Sakyamuni Buddha mencapai Kebuddhaan di bawah Pohon Bodhi, saat Beliau mencapai Pencerahan, juga terjadi enam jenis guncangan. Selain itu, saat Sakyamuni Buddha Parinirvana juga terjadi enam jenis guncangan. Adakalanya saat Sakyamuni Buddha Berdharmadesana dan sampai saat yang penting, juga akan terjadi enam jenis guncangan. Saat Sakyamuni Buddha meninggalkan keduniawian juga terjadi enam jenis guncangan.
Saat ini kita mengharap supaya tidak terjadi guncangan. Saat ini mereka di San Francisco California juga sangat takut gempa. Mahaguru tidak berani membabarkan Dharma yang sangat penting, sebab jika Anuttara Mahadharma dibabarkan, akan terjadi enam jenis guncangan, gawat.
Di Mahapadminiloka terjadi enam jenis guncangan, yang dimaksud dengan enam jenis guncangan tidak seperti yang kita alami yaitu hanya guncangan bumi. Enam jenis guncangan mencakup guncangan langit, guncangan angin, guncangan kanan-kiri, guncangan atas-bawah, guncangan depan dan belakang, keseluruhan ada enam jenis guncangan dahsyat. Termasuk bintang-bintang juga runtuh, bulan runtuh, semua bergerak. Suaranya bergemuruh, yang demikian itulah disebut enam jenis guncangan.
Guncangan semacam itu terasa sampai ke semua surga, seluruh Mahapadminiloka juga terjadi enam jenis guncangan, mereka merasakannya. Termasuk Buddha-ksetra, Bodhisattva, Sravaka, semua merasakannya. Mereka merasakan enam jenis guncangan dan mengetahui bahwa akan terjadi peristiwa yang sangat penting, maka mereka semua berdatangan ke Mahapadminiloka.
‘Para Penguasa Surga Trayas-trimsa berdatangan ke Maha-padminiloka. ‘
Surga Trayas-trimsa ini merupakan surga kamadhatu yang berada di puncak Sumeru, surge yang berada di tengah disebut Trayastrimsa, yaitu Surga dari Sakradevanam Indra. Surga Indra ada di tengah, di sekelilingnya ada 32 surga. Yaitu di satu arah terdapat 8 surga, jadi empat arah dikalikan 8 surga adalah 32, ditambah dengan satu yang di tengah yaitu Surga Indra, menjadi 33 Surga. Semua sejajar. Bagaimana dengan di atasnya ? Ada 28 Surga.
Apa yang disebut dengan 28 surga ? Yaitu Surga dalam Triloka, termasuk kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu, dalam ruang lingkup tiga tingkat surge ini dijumlahkan, dari aas ke bawah total ada 28 tingkat, yaitu 28 surga. Di antaranya ada banyak sekali Pimpinan masing-masing surga, seperti Sakradevanam Indra, Raja Brahma, semua merupakan pimpinan, Mahbrahma Devaraja, Brahma Sikhin dan Dewa Indra, mereka merupakan Raja Dewa.
Apa yang disebut dengan Delapan kelompok makhluk ? Yaitu seperti drama televisi yang kita lihat ‘ Tian-long Ba-bu’, yaitu Delapan Kelompok Makhluk Dewa Naga. Mereka adalah Dharmapala, juga merupakan pelindung Para Devata tersebut, atau melindungi Bodhisattva, Devata perisai keemasan pelindung Buddha, berupa dewa juga naga.
Apa yang disebut dengan Catasrah-parsadah ? Yaitu bhiksu, bhiksuni , sadhaka pria perumah tangga atau upasaka dan sadhika perumah tangga upasika. Demikian secara keseluruhan merupakan empat golongan siswa.
Di musim dingin, Mahaguru sangat ingin menumbuhkan rambut, untuk menghindari supaya saat turun salju tidak menjadi makan es krim. Tapi saat ini menumbuhkan rambut juga tidak baik, sebab sudah beruban, sedang dipertimbangkan.
Semua hadir untuk berkumpul, termasuk Sakradevanam Indra, Raja Brahma, Delapan kelompok makhluk, Catasrah-parsadah dan Para Devata, Buddha Bodhisattva, semua hadir ; Untuk apa ? Sebab ada Dharmadesana, sebab ‘Mendengarkan pembabaran Esensi Dharma.’ Di Mahapadminiloka ada peristiwa atau pembabaran Dharma yang sangat penting. Oleh karena itu Para Devata, Buddha, Bodhisattva, Sravaka, berkumpul hendak mendengarkan Dharma yang sangat penting.
Banyak sekali para Mahadeva , dewa, bahkan Buddha Bodhisattva hadir. Saat Mahaguru Berdharmadesana di New York dan San Francisco di angkasa terdapat Dharmacakra berwarna biru, semacam cahaya berwarna biru yang berputar melingkar. Sinar Dharmacakra berwarna biru, ini merupakan Sinar Pemutaran Dharmacakra.
Apakah sebabnya ? Buddha, Bodhisattva dan Para Devata dari angkasa semua mengetahui ada Mahadharmaraja yang hendak membabarkan Dharma pada pasamuan, Beliau juga hadir mendengarkan Dharma. Sebab Beliau hadir, tidak mungkin duduk bersama kita, Beliau duduk di angkasa mendengar Dharma, diumpamakan Beliau semua duduk di lantai dua, sedangkan kita di lantai satu. Saat Beliau semua duduk di sana, membentuk sebuah lingkaran, sebuah Cakra Cahaya, Beliau duduk di dalam Cakra Cahaya untuk mendengarkan Dharma.
Oleh karena itu, saat pembabaran Dharma, sering dihadiri oleh Buddha Bodhisattva dan Para Devata untuk turut mendengarkan Dharma.
Hari ini sampai di sini.
Om. Mani . Padme. Hum