2017-11-04 Menjelang Wafat Mesti Mengingat Istadevata atau Trini Arya dan Memohon Amitabha Buddha untuk Menjemput Terlahir di Sukhavatiloka
Ceramah Lamdre ke-112 oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Puja Bakti Sadhana Istadevata Amitabha Buddha, 4 November 2017 di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Terlebih dahulu marilah kita bersembah puja pada segenap Guru Silsilah, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Zhengkong, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna Mandala, sembah puja pada Istadevata puja bakti hari ini: Amitabha Tathagata, sembah puja kepada Avalokitesvara Bodhisattva, sembah puja kepada Mahastamaprapta Bodhisattva.
Gurudara, para Acarya, Dharmacarya, Bhiksulama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet. Tamu agung hari ini, antara lain, Dubes Liao Dongzhou dari Kedutaan Besar Taiwan di Swedia dan Norwegia, beserta istrinya sdri. Judy. Dubes Liao sudah lama tidak datang, sekarang ia lebih sibuk, sekarang ia juga merupakan duta besar Norwegia. Bhavananya sangat baik, dalam sadhana ia dapat melihat sinar. Akuntan TBF, sdri. Teresa, ia adalah pengelola keuangan utama kita, sangat penting. Produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Sdri. Xu Yaqi. dr. Zhuang Junyao, dan masih banyak lagi umat yang datang dari jauh. Selamat malam semuanya! (Bahasa Mandarin) Apa kabar! Apa kabar semuanya! (Bahasa Kanton)
◎ Hari ini kita berpuja bakti Sadhana Istadevata Amitabha Buddha, Amitabha Buddha menjemput Acarya Lian-han (蓮翰上師) terlahir di Negeri Buddha. Acarya Lian-han merupakan senior dalam aliran kita. Saya ingat ketika dulu menetap di vila di Taiping Jingwu di Taichung, saat itu di sana hanya ada 2 rumah yang saling bertetangga, satu rumah di depan ditempati oleh Bhiksu Yinshun, sedangkan rumah di bagian belakang ditempati oleh saya, memiliki satu tembok yang sama, dipisahkan menjadi 2 vila, yang satu ditinggali oleh Bhiksu Yinshun, dan yang satu saya tinggali. Di depan ada sebuah tiang listrik, dan di sekitarnya adalah rerumputan, tidak ada rumah lain, saat itu disebut vila Jingwu. Dari jalan Jingwu belok masuk, dan tempatnya cukup jauh. Saat itu Acarya Lian-han masih sangat muda, beliau dan Bhiksuni Lian-hui (蓮蕙法師) mondar-mandir di sekitar tiang listrik, demikianlah pertama kali. Asisten dari Bhiksu Yinshun, Bhiksu Mingsheng, beliau keluar menyapa mereka berdua : “Apakah kalian berdua hendak mencari Bhiksu Yinshun?” Mereka mengatakan tidak, mereka ingin mencari Lu Shengyan. Bhiksu Mingsheng mempersilakan mereka untuk masuk dan duduk, kemudian mereka keluar lagi. Sebenarnya saat itu saya tidak ingin menjumpai siapa pun, karena mereka tidak kunjung pergi, akhirnya, kami membuka pintu dan mempersilakan mereka masuk, itulah pertama kalinya saya berjumpa dengan Acarya Lian-han.
Setelah menemui mereka, saya pun berpesan supaya mereka mendirikan tempat ibadah, mereka pun mendirikan Cetya Xinfa (信法堂) yang paling awal di Hong Kong, sangat kecil, kemudian pindah lokasi, dan akhirnya menjadi Vihara Vajragarbha Hong Kong (Xianggang Leizangsi - 香港雷藏寺). Ini adalah peristiwa yang sudah sangat lama. Setelah melalui tempaan, akhirnya Acarya Lian-han parinirvana. Saya hanya selisih 1 tahun dengan Acarya Lian-han, jika dihitung berdasarkan tahun Taiwan, tahun ini saya berusia 73 tahun, Acarya Lian-han berusia 74 tahun, beliau lebih tua 1 tahun dari saya?! Lebih tua 1 tahun, beliau berusia 74 tahun. Ada sebuah kalimat : “Melihat orang lain telah berpulang, hati ini sepanas bara api, bukan panas karena orang lain, tapi entah kapan giliran saya.” Hidup manusia sungguh singkat, ibarat menelepon, jika bukan Anda yang menutupnya terlebih dahulu, maka saya yang menutupnya terlebih dahulu. Satu gulung tisu toilet setebal ini, semestinya bisa digunakan dalam waktu lama, namun tak disangka, mencabutnya seperti ini, terus tarik, dalam sekejap sudah habis, dan mesti diganti dengan yang baru.
◎ Kepulangan Acarya Lian-han juga cukup susah, saya juga menggunakan waktu selama beberapa hari, sebab sebelum ia berpulang, ia mengabari saya, mendadak ia melihat para Adhinatha di altarnya telah lenyap, semua lenyap? Melihat para Adhinatha di altar telah lenyap, dalam Tantra ini adalah pertanda kematian, artinya sudah hampir meninggal dunia. Seorang sadhaka yang melihat para Adhinatha di altar rumahnya telah lenyap, ini merupakan sebuah pertanda yang sangat buruk.
Kemudian, ia melihat bala tentara Pasukan XX muncul di hadapan, ini sangat menakutkan, dalam bahasa Jepang disebut ‘kowai’, setelah melihatnya, saya merasa sangat panik, sebab Pasukan XX ingin menangkap Acarya Lian-han. Saat itu saya memberitahu banyak umat di True Buddha Foundation, mengapa ia tidak melafal: “Namo san-shi-liu-wan-yi, yi-shi-yi-wan, jiu-qian wu-bai, tong-ming tong-hao Amituofo.” (“Namo Amitabha Buddhaya dalam nama agung berjumlah tiga ratus enam puluh triliun seratus sembilan belas ribu lima ratus”), kenapa ia tidak melafalnya? 360 triliun, apakah Pasukan XX berjumlah 360 triliun? Tidak ada, mungkin hanya puluhan ribu, tapi pasti tidak sampai triliun. Ada 360 triliun Amitabha Buddha, “Kenapa Anda tidak melafal ini?” Saat itu saya sangat panik, saya memberitahu TBF : “Kenapa ia tidak melafalnya?” Di sini ada anggota TBF, yang saat itu mendengarnya silakan angkat tangan, yang mendengar apa yang saya ucapkan. Setiap hari kita melafalnya! Saat itu mesti lafal satu kalimat ini, sebanyak apa pun Pasukan XX tetap akan kalah dengan 360 triliun Amitabha Buddha. Sebanyak apa pun jumlah manusia di dunia, masih kalah banyak dengan 360 triliun Amitabha Buddha, semestinya diri sendiri bisa menyelamatkan diri sendiri.
Ia lupa melafalnya, lihatlah, di saat seseorang dalam kondisi koma, sunguh sangat tidak berdaya, tidak bisa mengingat : “Namo san-shi-liu-wan-yi, yi-shi-yi-wan, jiu-qian wu-bai, tong-ming tong-hao Amituofo.” Banyak yang bertanya : “Mahaguru, dari manakah kalimat ini?” Yang tahu silakan angkat tangan! Dari Amitabha Sutra? Salah! Saya beritahu Anda, ‘Naskah Ksetraparisuddhi karya Nagarjuna’, dulu saya membaca buku ini, di dalamnya ada kalimat ini, dan saya mengambilnya untuk dimasukkan ke dalam buku saya, mengajarkan kepada semua untuk melafalnya, sumbernya dari naskah tersebut. Dalam naskah tersebut tertulis ada seorang nenek yang telah berikrar untuk melafalkan “Amituofo” sebanyak butiran beras di dalam tempayan, melafal satu kali keluarkan satu butir beras, usianya sudah sangat lanjut dan sakit-sakitan, ia sadar tak lama lagi akan meninggal dunia, melihat beras dalam tempayan masih banyak, pelafalan masih belum usai, ia merasa panik, terus melafal : “Amituofo.”, meskipun setiap sekali pelafalan mengeluarkan sebutir beras, tapi beras di dalam tempayan masih sangat banyak, “Pelafalan tidak akan habis, bagaimana ini?” Ia terus berdoa, Buddha pun menampakkan diri, berwelas asih kepada nenek itu, “Saya ajari Anda untuk melafal : ‘Namo san-shi-liu-wan-yi, yi-shi-yi-wan, jiu-qian wu-bai, tong-ming tong-hao Amituofo.’ Melafal satu kali, semua beras dalam tempayan bisa dituangkan keluar, ibarat butiran beras dalam tempayan itu berjumlah 360 triliun.” Jadi langsung selesai dalam satu kali pelafalan. Akhirnya Amitabha Buddha menjemput nenek itu terlahir di Sukhavatiloka. Oleh karena itu, saya pernah katakan, pelafalan satu kalimat ini mengungguli banyak pelafalan. Kalimat ini saya temukan sendiri dari dalam ‘Naskah Ksetraparisuddhi karya Nagarjuna’, barulah kemudian saya mengajarkannya kepada Anda semua. Bisa dilafalkan sehari-hari, tapi tidak boleh curang, mengira sehari cukup lafal sekali, sehari-hari masih perlu melafal Nama Buddha dengan sungguh-sungguh, dan kelak pada saat mendesak, mesti melafal kalimat ini.
◎ Akhirnya dengan susah payah saya membuat simabandhana untuk Acarya Lian-han, mengusir Pasukan XX, saya menginstruksikan kepada Acarya Lian-yue (蓮悅上師) untuk segera menuliskan aksara mantra Amitabha Buddha, ini juga tidak boleh diajarkan dengan sembarangan, jika diajarkan kepada kalian, akhirnya kalian akan menggunakannya dengan sembarangan. Singkat kata, tulis satu aksara mantra di telapak tangannya, atau di ulu hatinya, atau segera memudrai kepalanya dengan aksara mantra ini, aksara mantra milik Amitabha Buddha. Pagi hari ini secara khusus saya menekuni satu kali sadhana. Akhirnya Amitabha Buddha datang memberi petunjuk, menyatakan telah menjemputnya terlahir di Sukhavatiloka, alam suci Amitabha Buddha, terhindar dari cengkeraman para hantu.
Saya juga merasa sangat sedih. Amitabha Buddha berwelas asih, Avalokitesvara Bodhisattva, Mahastamaprapta Bodhisattva! Terus terang, Mahaguru sudah hampir tidak tahan lagi, setiap hari sekian banyak yang datang mohon purifikasi, semua sangat menderita, setiap umat menderita karena gangguan itu, banyak sekali yang punya niat bunuh diri, banyak yang tidak bisa tidur, banyak yang jatuh sakit, dan banyak pula yang meninggal karena kecelakaan. Bahkan Acarya Lian-han pun melihatnya, puluhan ribu bala tentara, Buddha Bodhisattva di altarnya sudah lenyap, sadhana selama bertahun-tahun, umat senior yang sudah bertahun-tahun, hampir saja…., melihat kondisinya, terpikirkan diri sendiri, di saat itu, apakah masih bisa membedakan dengan jelas, bisa mengingat Istadevata diri sendiri, mengingat Trini Arya, apakah bisa mengubah diri sendiri menjadi sebuah aksara “Hum”, angkasa menjadi sebuah aksara “A”, diri sendiri dalam sekejap berubah menjadi aksara “A”, dibawa serta oleh Istadevata, ini merupakan materi pelajaran yang sangat penting. Hari ini kita telah mendapatkan pelajaran yang sangat penting, dalam kondisi sakit, dalam kondisi koma, apakah Anda bisa mempertahankan terang di hati Anda, mempertahankan kemurnian hati Anda, ini sangat penting. Semoga Amitabha Buddha, membuat supaya kita semua setiap siswa dapat mengenang Amitabha Buddha di saat penting, setiap siswa dapat mengingat Istadevata, Istadevata muncul, menjemput untuk terlahir di Negeri Buddha, tidak munudr lagi, dan akhirnya mencapai Kebuddhaan; Semoga para Buddha, Bodhisattva, Vajra, Dharmapala, Dakini, dan para Devata membantu kita semua, supaya kita semua memiliki kekuatan, memiliki hati yang bersih dan terang untuk mengenali jalan masa depan.
◎ Saat ini, Acarya Lian-han juga berada di tengah-tengah kita, setelah ia mencapai Negeri Buddha, hatinya mengenang Mulacarya, ketika berpulang ia juga sempat meneteskan air mata, di sini Mahaguru berkontak batin dengannya, air mata bisa menular, ia meneteskan air mata, saya juga meneteskan air mata, demikianlah persahabatan antara Guru dan siswa; Ikatan batin antara Guru dan siswa. Beliau adalah siswa senior, sudah sangat lama, meskipun di antaranya pernah ada liku-liku, tapi adalah siswa senior, ia mengenang Mulacarya, dan Mulacarya juga mengenangnya.
◎ Lanjutkan pengulasan Lamdre, “Pada saat berada di posisi hetu (sebab), berkat abhiseka dari Guru yang sesuai dengan tata Dharma, merupakan abhiseka hetu awal dari kesinambungan upaya, instruksi di dalamnya, sesuai dengan apa yang dikatakan dalam sloka: ‘Kesinambungan upaya tubuh sama dengan 4 dan 3 takhta dari abhiseka hetu’, makna bagian seperti dalam sloka: ‘Kesinambungan upaya tubuh’, pada Garbha Hati, mengandung benih kemampuan untuk menghasilkan phala Paripurna Bodhi atau makna ajaran hetu, dengan nidana marga dan abhiseka, berhimpun pada tubuh sebagai upaya kausalya untuk realisasi.”, sesungguhnya, penjelasan kalimat ini sangat sederhana, Mulacarya memberikan abhiseka sesuai dengan tata Dharma kepada Anda, dan berkat ‘hetu’ inilah, sehingga sesuai bagi Anda untuk berbhavana.
Berkat abhiseka, barulah Anda bisa berbhavana, Anda juga melakukan bhavana abhiseka hetu dengan metode yang telah disesuaikan, dengan menggunakan tubuh Anda dan berdasarkan instruksi dalam abhiseka tersebut, menjadi upaya tubuh, sebab setelah Anda menerima abhiseka, tubuh Anda bisa berbhavana sesuai dengan instruksi dari Mulacarya, sebab tubuh Anda menggunakan metode upaya kausalya dari Buddhadharma, sehingga dapat berbhavana, ini merupakan benih daya dari tubuh dan Buddhata yang tersimpan dalam hati Anda yang dapat menghasilkan phala (buah / hasil) berupa Paripurna Bodhi, artinya adalah, tubuh Anda bisa merealisasikan itu semua.
“Dalam sloka aksara ‘Deng’ mengandung ‘Kesinambungan penjelasan tubuh’, yang akan dituturkan kemudian.” Akan dibahas belakangan, “Hati merupakan akar dari samsara dan Nirvana.” Hati Anda merupakan akar dari samsara atau Nirvana, “Dengan nidana menghimpun tubuh dan membangkitkan pencerahan internal, disebut sebagai ‘Kesinambungan penjelasan tubuh’” Tubuh Anda menerima abhiseka, tapi pada akhirnya, Anda dapat mencerahi Buddhata dalam hati. Bukankah dalam sloka ini ada: “Abhiseka hetu empat empat dan tiga takhta.”, aksara ‘takhta’ ini berarti taktha dari Istadevata, yang mengandung makna membangkitkan Istadevata. “Takhta yang disebutkan dalam sloka, merupakan taktha yang membangkitkan Istadevata. Aksara ‘Deng’ dalam sloka merupakan: Takhta Buddha dan Bodhisattva, takhta Vidyarajni dan Devi, takhta Krodha pria dan wanita, mengandung tiga takhta ini.” Dengan kata lain, dalam bhavana, ada takhta Buddha dan Bodhisattva, ada takhta Vidyarajni dan Devi, ada takhta Krodha pria dan wanita.
◎ Apa yang disebut dengan Krodha pria dan wanita? Yaitu Adhinatha Krodha pria dan wanita, seperti Yamantaka Vajra yang merupakan Adhinatha Krodha, pasangan Beliau adalah Sarasvati Devi. Saat itu, Sarasvati Devi tampil sebagai Krodha wanita, Krodha pria dan wanita adalah Dharmapala; Vidyarajni dan Devi merupakan yana yang lain lagi, dengan kata lain, di samping Buddha dan Bodhisattva, ada Vidyarajni dan Devi, hanya dalam Tantra baru ada Vidyarajni dan Devi, demikianlah membedakannya.
“Aksara ‘Deng’ di akhir merupakan mandala dari Tiga Dharma Guhya, masing-masing mengandung ketiganya, kata ‘4 dan 3’ dalam sloka berarti: Dari mandala apa, memperoleh abhiseka apa, dan membersihkan kotoran apa. Ketiganya masing-masing selaras dengan 4 jenis abhiseka.” Semisal, saat kita hendak menyingkirkan ketamakan, dalam Tantra, kita menggunakan Tiga Dharma Guhya: Buddha dan Bodhisattva, Vidyarajni Devi, dan Krodha pria dan wanita, sedangkan dalam Sutrayana (eksoterik), untuk menyingkirkan lobha (tamak), dvesa (kebencian), dan moha (kebodohan) memerlukan ‘Sila, samadhi, dan Prajna’, Anda menaati sila dapat menyingkirkan lobha, Anda bisa bersamadhi, dapat menyingkirkan dvesa, Anda memiliki kebijaksanaan, dapat menyingkirkan moha, oleh karena itu penekunan ‘Sila, samadhi, dan Prajna’ dapat menyingkirkan ‘lobha, dvesa, dan moha’.
◎ Dalam Tantra dikatakan, untuk menyingkirkan lobha, menyingkirkan lobha yang sesungguhnya, gunakan lobha untuk menyingkirkan lobha, gunakan dvesa untuk menyingkirkan dvesa, gunakan moha untuk menyingkirkan moha, Tantra menggunakan metode yang sangat istimewa. Oleh karena itu dikatakan, ‘Lobha, dvesa, dan moha’ juga merupakan Buddhadharma, ‘Hasrat, kebencian, dan kebodohan’ juga merupakan Buddhadharma, ini ada disebutkan dalam 2 sutra, yang satu adalah Sutra Paribodhi, dan yang satu adalah Sutra Avatamsaka. Selain itu, dalam Sutra Vimalakirti yang semasa dengan Sang Buddha juga ada tercatat, ‘Hasrat, kebencian, dan kebodohan’ , ‘lobha, dvesa, dan moha’ semua adalah Buddhadharma, merupakan upaya kausalya untuk bhavana.
◎ “8.1, dari mandala apa. Dari mandala apa, abhiseka kalasa: Mendirikan takhta Istadevata yang sempurna tanpa sisa, tiga takhta sempurna dari Ekavira dan 9 Istadevata: 1. Berdasarkan kepada kesucian, 2. Berdasarkan pada adhisthana aktivitas.”, dalam abhiseka kalasa yang pertama adalah abhiseka Istadevata, dalam Zhenfo Zong yang terutama adalah abhiseka sampai tahap Istadevata. “Tiga jenis abhiseka yang lebih tinggi”, adalah abhiseka kedua, ketiga, dan keempat, “Tiga jenis abhiseka yang lebih tinggi”, termasuk “Tiga jenis abhiseka”, “Nadi tubuh”, “Mandala aksara Pojia”, “Bodhicitta”, dan “Prana Garbhajnana”. “Saat diperlukan abhiseka dalam mandala kesempurnaan tiga takhta, ‘tiga takhta’ mesti berpadu dengan empat mandala: Terlebih dahulu menggunakan abhiseka kalasa, bagaimana menyempurnakan tiga takhta ini? Bagaimana dalam tiga abhiseka yang lebih tinggi memperoleh abhiseka dari tiga mandala tiga kesempurnaan taktha yang ditekuni?” Dalam Tantra Tibet, mandala sangat penting, saya pernah katakan ada mandala pasir, ada mandala aksara mantra atau Mandala Dharma, dan ada juga Mandala para Adhinatha, ‘Tiga jenis mandala’, mandala pasir adalah mandala yang dibuat menggunakan pasir warna, Mandala Dharma menggunakan aksara mantra atau cakra mantra, Mandala Istadevata menggunakan pratima Buddha dan Bodhisattva, melakukan abhiseka dengan menggunakan mandala.
“Pada awalnya ada 2: Mendirikan takhta Istadevata yang sempurna tanpa sisa, tiga takhta sempurna dari Ekavira dan 9 Istadevata.” Apa itu Istadevata Ekavira? Dalam abhiseka kalasa, semua adalah Istadevata Ekavira atau Istadevata tunggal.
Poin pertama adalah, “10.1, mendirikan takhta Istadevata yang sempurna tanpa sisa.” , “Takhta Buddha ada di tengah, takhta Bodhisattva berada di sudut lingkar dalam, mengenai dua Vidyarajni, Vidyarajni Prajna ada di tengah, Vidyarajni fisik ada di takhta kiri.” Seperti pratima Guru Padmasambhava, Beliau duduk di tengah, di sebelah kanan Beliau adalah Vidyarajni Yeshe Tsogyal, dan Mandarava ada di sebelah kiri-Nya, inilah kedua Vidyarajni. Mengenai dua Vidyarajni, kadang yang dimaksud adalah Vidyarajni Istadevata Prajna di angkasa, bisa juga dijelaskan sebagai Vidyarajni Istadevata di angkasa dan Vidyarajni fisik, keduanya berbeda. Ini membahas mengenai mandala para Adhinatha, “Takhta Devi berada di 6 sudut lingkar dalam dengan samarasa, takhta Krodha pria dan wanita ada di sudut persegi di lingkar luar: mempersemayamkan 37 Istadevata Sri Cakrasamvara atau 32 Istadevata Guhyasamaja.” Semua thangka dibuat dengan cara ini, mandala dan thangka dibuat dengan cara ini, ada ketentuannya. “10.2, tiga takhta sempurna dari Istadevata Ekavira dan 9 Istadevata.” Semua membahas mandala, bagaimana cara membuat mandala, di manakah seharusnya posisi Vidyarajni, di mana seharusnya posisi Devi, di mana seharusnya posisi Istadevata, semua ini mengenai mandala.
Tahukah Anda, cahaya prajna yang biasa kita potret? Perbesar cahaya prajna, di dalamnya ada sebuah mandala, orang Tiongkok kuno menyebutnya: “Langit bundar dan bumi persegi, menitahkan 9 bagian.” Langit bundar, pada umumnya mandala berbentuk lingkaran, di bagian luarnya berbentuk persegi empat, di dalamnya berbentuk lingkaran. cahaya prajna yang berhasil kita potret, jika Anda perbesar, di dalamnya ada helai-helai garis, dan di tengah sinar prajna duduk Istadevata. Apakah kalian pernah lihat cahaya prajna yang diperbeser? Setelah diperbesar, di dalamnya ada banyak garis, dan yang duduk di tengah adalah Istadevata, Beliau duduk di mandala, sesuai dengan mandala pasir. Wah! Berhasil memotret cahaya prajna, siapa yang memotretnya? Acarya Lian-man (蓮滿上師) yang memotretnya, ini adalah cahaya prajna, perbesar, begitu cahaya prajna diperbesar, di dalamnya ada sebuah mandala, berwarna, di tengah ada sebuah titik, Istadevata ada di dalamnya, di bagian tengah adalah Istadevata, demikianlah jika cahaya prajna diperbesar, ini sangat jelas, lihatlah, Istadevata duduk di tengahnya. Ada sebuah contoh, bukankah kita punya Vajradhatu Mandala dan Garbhadhatu Mandala? Garbhadhatu Mandala adalah mandala bhumi hetu (sebab), Vajradhatu Mandala adalah mandala bhumi phala (pencapaian). Mandala bhumi hetu berarti ketika awal berbhavana, disebut sebagai Garbhadhatu; Ketika telah mencapai realisasi dalam bhavana, menjadi Vajradhatu, semua tergolong sebagai mandala.
◎ Yang kita bahas hari ini, semua mengenai mandala, jadi saya katakan, ketika memotret cahaya prajna, Anda bisa memperbesarnya, dan akan nampak sebuah mandala yang sangat indah. Ada mandala dari Buddha yang tertinggi, ada mandala dari Bodhisattva, ada mandala dari Vajra, ada mandala berbagai Adhinatha, ada mandala Vidyarajni dan Devi, ada mandala Vajra, ada mandala Vajri, banyak sekali, kadang memotret ribuan mandala, ribuan Adhinatha hadir bersamaan, fenomena para Buddha dan Bodhisattva hadir bersamaan.
Ada sebagian yang, “1. Dengan sifat bersih mendirikan tiga takhta kesempurnaan”, ini juga merupakan mandala, “Yang telah membersihkan pancaskandha, takhta Buddha dapat berupa Istadevata apa pun, bersihnya batin dan kesadaran kedelapan merupakan takhta Bodhisattva, lima jenis sifat bersih utama merupakan takhta Vidyarajni, bersihnya lahiriah merupakan takhta Devi; Bersihnya delapan sendi utama tubuh sendiri, pusat telapak kaki, ubun-ubun dan sepuluh bagian lainnya merupakan takhta Krodha pria dan wanita.”,”Takhta Krodha pria dan wanita” adalah Vajra, Daka dan Dakini; “Takhta Devi” adalah yang sering kita lafal: Berpujana kepada Devi pelindung empat arah, Dakini delapan arah, 20 Devi, semua adalah Vidyarajni; “Bersihnya delapan sendi utama tubuh sendiri, pusat telapak kaki, ubun-ubun dan sepuluh bagian lainnya merupakan takhta Krodha pria dan wanita”, merupakan tempat keberadaan Deva Vajra. Ubun-ubun merupakan tempat keberadaan Deva Vajra, sendi di berbagai bagian tubuh juga merupakan tempat keberadaan Deva Vajra; Pusat telapak kaki, dan delapan sendi utama, semua merupakan tempat keberadaan Deva Vajra.
Tukang pijat akan tahu di mana lokasi sendi, dua bagian kaki ini adalah sendi, dua sendi tangan, ini adalah sendi yang sangat penting, dua di sini juga adalah sendi (bahu kiri dan kanan), ini adalah sendi yang lebih kecil (pergelangan tangan), ini juga adalah sendi yang paling kecil (jari tangan), semua adalah sendi! Ini semua adalah sendi, ini merupakan lokasi di mana Deva Vajra bersemayam. Mahabala Vajra ada di sendi Mahaguru (sendi ibu jari kiri).
Pengulasan Lamdre hari ini, semua membahas tentang mandala, Lamdre sangat rumit, jika saya lanjutkan pengulasan, sebenarnya saya tidak begitu bersedia membahas bagian ini, penjelasan yang demikian banyak, mandala pasir, mandala aksara mantra, mandala Dharma, mandala Istadevata, atau menggambar berbagai kelengkapan utama dari mandala. Seperti mandala di Jepang, Vajradhatu Mandala dan Garbhadhatu Mandala, sangat jelas. Mandala dibuat berdasarkan sutra, bagaimana cara mendirikan mandala, tidak digambar secara sembarang, ada instruksi dari Buddha Bodhisattva melalui sutra bagaimana mendirikan mandala. Mandala tidak boleh keliru, apabila keliru, akan sama seperti mandala dari 13 Vajrakila, semula Guru Padmasambhava hendak mentransmisikan 13 Vajrakila kepada Yeshe Tsogyal, tapi di antara 13 mandala yang didirikan oleh Yeshe Tsogyal ada yang keliru, jadi Beliau tidak bisa mengundang kehadiran 13 Vajrakila untuk ditransmisikan kepada Yeshe Tsogyal. Sehingga Abhiseka Vajrakila yang diperoleh Yeshe Tsogyal tidak lengkap, sebabnya adalah kekurangan dalam pembuatan mandala, menyebabkan ketidaklengkapan.
Ada tiga bersaudara minum arak keras, saat sudah sedikit mabuk, Si Sulung mengatakan: “Lampu nampak bergoyang!” Si Tengah mengatakan: “Kenapa saya merasa kursinya terus bergoyang?” Si Bungsu mengatakan: “Apa yang terjadi? Kenapa cara berjalan saya miring?” Saat itu, mendadak tetangga mengetuk pintu: “Bodoh! Cepat lari! Gempa bumi!” ternyata bukan karena mabuk, melainkan gempa bumi. Oleh karena itulah, kita mesti mengenali yang sejati, minum sedikit arak kapan mulai mabuk? Begitu keluar melihat, hah? Kenapa ada 3 bulan? Sebenarnya, bulan hanya ada 1, Anda tidak boleh menggambar 3 bulan! Jadi mandala mesti asli, semakin asli, Istadevata Prajna akan hadir pada mandala Anda.
◎ Abhiseka tertinggi adalah mandala tubuh, apa itu mandala tubuh? Anda telah berkontak yoga dengan Panca Buddha, dengan Vairocana Buddha, Aksobhya Buddha, Amitabha Buddha, Amoghasiddhi Buddha, dan Ratnasambhava Buddha. Di manakah Panca Buddha? Ada di tubuh Anda, cakra ajna adalah Vairocana Buddha, cakra visuddha adalah Amitabha Buddha, cakra anahata adalah Aksobhya Buddha, cakra manipura adalah Ratnasambhava Buddha, cakra svadhisthana adalah Amoghasiddhi Buddha, semua Deva Vajra ada di sana, ada di setiap persendian tubuh Anda. Bodhisattva siapa yang bersemayam di mata? Bodhisattva siapa yang bersemayam di telinga? Bodhisattva siapa yang bersemayam di hidung? Bodhisattva siapa yang bersemayam di lidah? Di setiap bagian ada Bodhisattva. Jadi dalam Dao ada sebuah lagu: “Dalam tubuh ini, ada 36,000 Devata!”, Anda dapat mencapai tingkatan Buddha, Bodhisattva, Vajra, Dharmapala, Dakini dan para Devata, saat semua ada dalam tubuh Anda, ini disebut sebagai mandala tubuh.
Anda bisa berkontak yoga dengan semua Adhinatha, tubuh Anda adalah mandala, saat itu, setiap saat Anda bisa mengabhiseka orang lain, abhiseka apa pun yang ia minta, Anda dapat mengabhisekanya. Namun mesti sesuai dengan aturan. Hanya tingkatan yang tertinggi baru bisa demikian, tingkatan yang lain tidak bisa. Dalam lagu Dao ada: “Dalam tubuh ini, ada 36,000 Devata, semoga tubuhku leluasa, senantiasa berdiam dalam tiga mestika.”, 36,000 Devata ada dalam tubuh Anda, ini adalah mandala tubuh, setelah Anda berbhavana sampai merealisasi mandala tubuh diri sendiri, Anda gunakan tubuh untuk mengabhiseka umat, inilah abhiseka yang tertinggi.
Suatu hari, kami sekeluarga pergi bertamasya, saat kembali, kami beli banyak barang, mama membeli sepatu, saya membeli novel, papa tidak membeli apa pun, tapi ia mengatakan: “Mama beli sepatu, kamu beli buku, hanya saya yang hemat, tidak beli apa pun.” , “Ada! Papa bayar tagihan!” Bayar tagihan berarti membeli semuanya, maksudnya adalah, Anda bisa membuat para Buddha dan Bodhisattva memasuki tubuh Anda dan duduk di posisi masing-masing. Kelak akan membabarkan Bodhisattva siapa yang bersemayam di mata, di telinga, di hidung, di mulut, di lidah, dalam sutra ada tertulis, kalian akan tahu jika kalian memeriksanya.Istri menanyai suami: “Menurutmu, siapakah pemimpin di rumah kita?” Suaminya menjawab: “Tentu saja kamu, istri yang mulia!” Istrinya tertawa dan mengatakan: “Bagaimana dengan kamu?” Suami menjawab: “Saya selisih sedikit dengan kamu.” Dengan marah istrinya mengatakan: “Selisih yang mana? Apa maksudnya? Apakah kamu ingin menjadi raja di keluarga ini?” Selisih sedikit pun tidak boleh, seperti aksara ‘Da’ (besar), hanya selisih sedikit dengan aksara ‘Tai’ dari kata ‘Istri’. Di Jepang ada sebuah kalimat yang sangat aneh, ‘Tarou’ atau Tailang, ‘Ichiro’ atau Yilang, sebenarnya Tailang lebih besar, atau Yilang yang lebih besar? Tailang lebih besar, ‘okay’, Yilang lebih kecil. Yilang ada di urutan berapa? Kedua, ini agak berbeda dengan bayangan kita. Dahulu saat saya berada di Jepang, kehidupan lampau saya, disebut ‘Omoritaro’, saya lahir di perfektur Gunma, saya punya seorang siswa bernama Chen Yan, ia ada di Jepang, keluarga Omori di perfektur Gunma punya silsilah keluarga, di antaranya ada Omoritaro, tapi ia tidak punya keturunan, sebab ia adalah seorang jenderal, ia ikut Oda Nobunaga, Omoritaro adalah seorang samurai. Oleh karena itu, ketiga samurai dari Pasukan XX, Nakamura Hajimu, Watanabe Ichiro, dan Kobayashi adalah junior saya, ada satu yang hidup pada masa Meiji, mereka bertiga adalah junior saya, saya adalah Omoritaro dari perfektur Gunma, seorang jenderal, sekaligus seorang samurai, saat ketiga samurai itu melihat saya, mereka mesti berlutut. Apa-apaan kalian! Kalian adalah junior saya! Saya hidup pada zaman Sengoku. Kita jangan terlalu membuta, kita mesti punya kebijaksanaan.
Saat berkendara, Laowang terhadang oleh kabut tebal, bahkan kelima jari pun tidak nampak, hanya bisa merapat dan mengikuti kendaraan di depan, kita sering seperti ini, saat turun kabut tebal, di depan ada kendaraan yang sedang melaju, kita pun mengikutinya. Mendadak, mobil di depan berhenti, Laowang tidak sempat mengerem dan menabrak bumper belakang dari mobil di depan.
Laowang pun marah, ia turun untuk berdebat: “Anda cari mati?! Dalam kabut yang demikian tebal, mana boleh Anda mengerem mendadak? Mengakibatkan saya menabrak!” Orang di mobil depan menurunkan kaca jendela dan mengatakan: “Apakah Anda sendiri benar? Untuk apa Anda mengendarai mobil sampai ke garasi rumah saya?” Di dalam kabut tebal, ia kembali ke garasi di rumahnya sendiri, apakah mau diikuti terus? Jadi ini disebut membuta.
Para hantu dalam Pasukan XX, puluhan ribu bala tentara, menyerang kediaman saya, mereka membabi buta, tidak menyadari bahwa saya adalah raja dari para raja setan, saya adalah sesepuh penangkap hantu, berani datang berarti cari mati! Saya sangat meremehkan kelima kepala pasukan hantu. Saya bisa menggunakan mereka sebagai perbandingan, Huang Jinquan apaan? Taklukkan! Lin Liangzhi apaan? Taklukkan! Nakamura Hajimu, taklukkan! Ichiro Watanabe, taklukkan! Kobayashi, taklukkan! Saya berani menghadapi mereka, mereka tidak berani mencari saya. Jika hendak mencari saya, sebenarnya mudah sekali, dia hanya perlu memerintahkan hantu cantik, maka saya pasti akan menyambutnya, selain itu, jika hantu pria yang datang, habisi semua! Ada seorang wanita yang mengatakan: “Kekasih pertama saya berjualan pangsit, setelah kami berpisah, saya tidak mau lagi makan pangsit. Kekasih saya yang kedua membuka sebuah warnet, setelah berpisah, saya tidak lagi daring.” Saat itu, kekasihnya yang sekarang berbicara: “Berarti kamu tidak bisa meninggalkan saya, karena saya berjualan pakaian.” Tidak mungkin tidak berpakaian! Adakalanya, jangan gunakan cara semacam itu untuk melakukan sesuatu, puluhan ribu bala tentara mencari saya, tentu saja semua lari tunggang-langgang, dan yang tidak sempat kabur, semua dipenggal!
◎ Mereka mengerahkan bala tentara untuk mencari Acarya Lian-han, ini berbeda dan tidak bisa dibandingkan. Coba Anda (XX) minta kepada pasukan yang mencari Acarya Lian-han untuk mencari saya, lihat saja, tidak akan sama, saya akan memenggal mereka semua. Saat saya hendak berpulang, saya pasti akan membuat simabandhana, semua Dharmapala mengitari, melindungi saya, tidak gentar akan bala tentara. Oleh karena itu, apa yang mesti Anda lakukan sehari-hari, bagaimana cara berpulang saat menjelang wafat, bagaimana yang telah diajarkan kepada Anda, bagaimana melakukannya, kalian mesti memikirkannya dengan matang terlebih dahulu.
Ibu guru menanyai Xiaoming: “Saat ujian, apakah kamu pakai otak?” Xiaoming bertanya: “Ada apa bu guru?” Guru: “Kenapa pada soal pilihan ‘benar atau salah’ semua kamu jawab: ‘Benar’?” Xiaoming: “Sebab di atas lembar ujian tertulis: Jawaban salah mengurangi nilai.” Maka semua ia jawab: ‘Benar’, semua soal tidak boleh dijawab sama, semua dijawab dengan melingkari kata ‘benar’, tidak memilih ‘salah’, ini keliru, pada soal pilihan pasti ada yang benar dan ada yang salah, tentu saja jika jawabannya salah maka nilai akan dikurangi, yang dimaksud adalah jika jawabannya keliru, jawaban keliru tentu saja nilainya dikurangi. Jadi jangan membuta, mesti gunakan otak untuk berpikir, dalam banyak hal jangan membuta. Semua yang sampai saat ini masih ikut XX, sungguh membuta! Matanya sudah buta! Coba Anda renungkan! Di luar ruangan tertulis ‘Ruang Dharmapala’, tapi apa yang disemayamkan di dalamnya? Anda sebutkan sendiri! ‘Para Arwah yang Termasyhur’, 5 kepala pasukan hantu, Anda menjadikan hantu sebagai pelindung Anda! Dalam ruang Dharmapala mestinya memuja Lima Mahavajra Vidyaraja, Asta Mahavidyaraja, dan para Dharmapala, demikian baru benar. Bagaimana mungkin Anda menjadikan hantu sebagai Dharmapala? Lian-dong, kemarikan fotonya, perlihatkan lagi kepada semua, cukup foto isi ruang Dharmapala, ada 2 lembar! Ini difoto oleh ayahnya, ayah Acarya Lian-dong juga dirasuki hantu, memintanya untuk mati, Mahaguru yang menolongnya. Sungguh tidak tahan lagi, sungguh! Ini tampak luarnya (Ruang Dharmapala), di dalam tertulis: ‘Para Arwah yang Termasyhur’, apa itu arwah? (Hadirin menjawab: “Hantu!”) benar! Berikutnya, lima kepala pasukan hantu, ini adalah Huang Jinquan, saya mengenalinya; Ini adalah Lin Liangzhi, saya mengenalinya. Di tengahnya adalah 3 hantu Jepang, dalam ruangan ini ada tulisan: ‘Para Arwah yang Termasyhur’, tapi tetap saja ada siswa Zhenfo Zong yang ikut XX menyembah hantu itu, bukankah ini membuta? Di dalam ruang Dharmapala tidak memuja Vajra Dharmapala, malah mempersemayamkan hantu! Papan hantu berwarna hitam ini adalah batu nisan di sebuah kuil yin (kuil hantu) di wilayah Tianmu, ia membawanya pulang dan mempersemayamkannya, ia memberikan konsultasi dengan bantuan hantu! Sekian banyak orang punya mata, semua masih bisa melihat, bahkan ada orang tepelajar yang ikut dia menyembah hantu! Dalam situsnya sendiri tertulis: “Asalnya adalah sebuah batu nisan di sebuah kuil yin di Tianmu”, ia membawanya pulang dan disemayamkan, ‘Para Arwah yang Termasyhur’! Wujud Ichiro Watanabe adalah satu tangan memegang sebuah lembing, Nakamura Hajimu membawa katana dan hendak mencabutnya, sedangkan yang membawa katana di punggungnya adalah Kobayashi, tiga hantu Jepang, sungguh membuat saya marah, sungguh memalukan kami orang Jepang. Di kehidupan lampau saya adalah seorang jenderal Jepang, Omoritaro. Mereka memalukan para samurai, tidak lagi berlaku benar! Mereka tidak mengindahkan aturan! Ayah dari Acarya Lian-dong mendekorasi altar Pasukan XX, bukankah semestinya ia adalah orang yang berjasa bagi mereka? Altar di Distrik Guanyin Taoyuan, didekorasi begitu indah sebagai tempat mereka bersemayam, tapi mereka malah merasukinya, dan menyuruhnya mati, apakah yang demikian ini masih punya aturan?
◎ Sdri. Ge ada di sini, nasibnya sama, hantu-hantu itu juga memintanya untuk mati, padahal ia hanya meminum secarik fu dari XX, benar tidak? Mahaguru juga yang menolong Anda, sehingga Anda baik-baik saja. Saat itu, putrinya memeluknya dan berteriak: “Mama, kamu tidak boleh mati, bagaimana nasibku jika kamu mati?” Banyak yang bernasib sama dengannya, semua dibisiki hantu dan diminta untuk mati.
Orang yang bunuh diri di Seattle, ia juga dibisiki oleh hantu yang menyuruhnya mati, kemudian, ia berkendara dan menabrak beton, semen yang berada dalam alat cor seperti saat perbaikan jalan, ia menabraknya sampai tewas. Yang berkonsultasi siang hari ini, ada beberapa yang punya niat untuk mati, dibisiki untuk mati, ada juga yang masih anak-anak, seorang anak sudah ingin mati, hanya berusia 16 tahun, ibunya memberitahu: “Kamu tidak boleh mati, karena kamu memuja Buddha, orang yang memiliki keyakinan pada Buddha tidak boleh bunuh diri.” Ada berapa orang yang seperti ini, sungguh membuta! Benar-benar membuta. Mengajari Anda supaya memuja Buddha, Bodhisattva, Vajra, Dharmapala, Dakini dan para Devata, Anda tidak mau, Anda malah mengambil batu nisan di kuil yin untuk dijadikan pelindung, mengambil batu nisan kuil hantu untuk dijadikan pelindung di rumah, faktor kejiwaan jenis apakah ini? Bagi yang mempelajari psikologi, di sini ada yang mempelajari psikologi, kejiwaan jenis apa ini? Malah masih banyak yang ikut dia untuk menyembah hantu!
Ceritakan lagi sebuah lelucon, suatu hari, seorang teman menelepon saya: “Bagaimana mengucapkan ‘rok’ dalam dialek Hokkian?” saya menjawab: “Gun!” (Homofon: “rok” dan “enyah!”), semenjak saat itu, ia tidak pernah lagi menelepon. Suatu hari, teman yang lain menelepon saya: “Bagaimana mengucapkan ‘talas’ dalam dialek Hokkian?” Saya menjawab: “Ou!” Semenjak saat itu, ia tidak lagi mengacuhkan saya. Suatu hari, ia menelepon lagi dan bertanya: “Bagaimana mengucapkan ‘bebek’ dalam dialek Hokkian?” Saya menjawab “A!”, ia langsung menutup telepon, tidak lagi mengacuhkan saya. Sampai saat ini saya masih tidak mengerti, bagi yang mengerti psikologi, bantu Mahaguru, kenapa XX tidak memuja Buddha, Bodhisattva, Vajra, Dharmapala, Dakini, dan para Devata, tapi malah memuja hantu? Ini hanya diketahui oleh mereka yang mempelajari psikologi, Mahaguru tidak tahu. Kenapa XX tidak menjadi manusia, tapi malah ingin menjadi hantu? Hanya psikolog yang bisa menjawabnya. Kenapa XX tidak menjadi pengikut para Guru, tapi malah mengikuti hantu? Ini juga hanya diketahui oleh psikolog. Bagi kalian yang bisa menjawab, silakan jawab, bagi yang tidak bisa, sudahlah, sebab saya juga tidak tahu.
Om Mani Padme Hum.