553 - Lima Jenis Bodhicitta (3)
Kita mengulas lima jenis Bodhicitta.
Yang pertama adalah Pranidhana-bodhicitta, yang berarti membangkitkan ikrar. Yang kedua adalah Carya-bodhicitta, setelah membangkitkan ikrar, Anda mesti menerapkannya, mesti mempraktikkannya, dan bersungguh-sungguh membina diri. Yang ketiga disebut Paramartha-bodhicitta, ini lebih sukar untuk dijelaskan.
Jenis ketiga dari lima jenis Bodhicitta, disebut Paramartha-bodhicitta. Dalam Tantra sering disebutkan satu hal yang disebut: Terang Kebenaran Terunggul. Ini maksudnya, Anda telah membangkitkan ikrar, dan telah menjalankannya, akan tetapi, di dalamnya ada makna yang lebih mendalam, Anda telah melakukannya, namun tanpa disertai pamrih, tidak mengharapkan balasan apa pun. Setelah melakukannya, sepenuhnya melebur dalam sunyata. Inilah bagian yang lebih sukar, ini disebut Paramartha-bodhicitta, yang berarti memberi tanpa pamrih, sepenuhnya alamiah dalam menjalankan ikrar. Bodhicitta semacam ini disebut Paramartha-bodhicitta.
Ini cenderung lebih sukar, karena pada umumnya, setelah melakukan sesuatu, orang akan mengharapkan pujian, jika tidak, ia tidak akan melakukannya. Setelah melakukan sebuah perbuatan bajik, dan dimuat dalam surat kabar, ia pun merasa sangat gembira. Selama belum dimuat, setiap hari ia akan menelepon redaksi surat kabar: “Kenapa belum dimuat?”
Mengharapkan sebuah penghargaan, setelah melakukan suatu kebajikan, ia mengharapkan imbalan, atau sebuah penghargaan tertentu, saya terus mengakumulasikan banyak perbuatan bajik, dan setiap perbuatan bajik yang saya perbuat, selalu saya daftarkan, setelah didaftarkan, dikirimkan ke institut tertinggi, seperti Nobel atau yang lain, mendaftarkan diri sebagai penerima penghargaan, atau penghargaan perdamaian. Anda telah berikrar untuk berbuat bajik, setelah melakukan banyak kebajikan, semua jenis kebajikan didaftarkan, dan ketika sudah terakumulasi sangat banyak, dikirimkan ke badan yang lebih tinggi, semua demi memperoleh sebuah penghargaan.
Bagaimanakah Paramartha-bodhicitta bagi orang pada umumnya? Setelah Anda melakukannya, Anda pulangkan pada sunya, di sini letak kesukarannya. Ini disebut ‘Paramartha’, yang berarti terkandung makna yang sangat unggul dan istimewa. Dengan kata lain, apa yang telah Anda ikrarkan dan jalankan, semua dipulangkan pada angkasa, hal ini lebih tinggi dan mendalam.
Buddhisme mengajarkan bahwa kehidupan adalah ilusi, merupakan sebuah mimpi, sebuah sandiwara. Tri-mandala-parisuddhi yaitu, tiada penderma, tiada penerima, dan tiada objek yang didermakan, ini disebut ‘Tri-mandala-parisuddhi’.
Pada hakikatnya, segala yang Anda perbuat akan kembali pada angkasa, masih ada apa lagi? Oleh karena itu, jangan melekati ikrar dan perbuatan Anda, cukup lakukan dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, inilah yang disebut sebagai kebajikan tak terhingga. Yang disebut sebagai kebajikan tak terhingga adalah, Anda memiliki tekad dan menjalankannya, akan tetapi, semua dipulangkan pada angkasa, demikianlah ‘kebajikan tak terhingga’ yang sesungguhnya.
Setelah Anda melakukan segala yang berwujud, Anda mengingatnya, hari ini saya telah melakukan suatu kebajikan, keesokan harinya juga mengingat perbuatan bajik yang telah dilakukan, dan kelak Anda mengatakan: “Saya telah melakukan sekian banyak perbuatan bajik, kenapa masih belum mendapatkan balasan yang baik?” yang demikian ini tidak sesuai dengan Paramartha-bodhicitta.
Banyak yang bertanya kepada Mahaguru Lu: “Bagaimana Zhenfo Zong kelak?” Saya hanya menjawabnya dengan delapan patah kata, “Berupaya dengan sekuat tenaga, dan biarkan berjalan alamiah.” Demikian pula dalam berbuat kebajikan. Lakukan dengan sekuat tenaga, dan biarkan berjalan secara alamiah, tanpa mengharapkan balasan apa pun, segala sesuatunya sangat alamiah.
Saya sering menuliskan “Mencapai keberhasilan kebajikan sebanyak butiran pasir sungai, namun semua hanyalah mimpi belaka.” Inilah Paramartha-bodhicitta.
Ada juga yang bertanya kepada saya: “Mahaguru Lu, Anda telah menulis sekian banyak buku, sebenarnya Anda ingin menulis sampai berapa banyak?” Saya juga tidak tahu, ‘I don’t know’. Saya hanya berupaya dengan sekuat tenaga, dan membiarkannya berjalan secara alamiah.
“Anda ingin melukis berapa banyak?” Sekuat tenaga, dan biarkan berjalan alamiah. Hati selaras dengan sunya angkasa, demikianlah kemunculan Paramartha-bodhicitta, hati yang selaras dengan sunya angkasa.
Anda ingin menjadi apa? Ketua True Buddha Foundation? Jika Anda punya niat seperti ini, berarti Anda tidak punya Paramartha-bodhicitta. Ketua True Buddha School Vajrayana Association of R.O.C. atau ketua ini dan itu, saya menginginkan semuanya, tidak boleh luput satu pun, sebab saya paling banyak berkarya, tidak ada orang yang bisa mengungguli saya, saya menginginkan semuanya. Saya menginginkan semua nama dan keuntungan itu, ingin memperoleh semuanya, yang demikian ini tidak mempunyai Paramartha-bodhicitta.
Paramaratha-bodhicitta bersifat alamiah, dipulangkan pada prinsip ilusi mimpi kebajikan sebanyak butiran pasir sungai, pahamilah makna dari ‘Paramartha’. Jika Anda memiliki Paramartha-bodhicitta, maka semua yang Anda perbuat akan bertransformasi menjadi terang, inilah Terang Kebenaran Terunggul.
Oleh karena itu, saya sering katakan, “Yang disebut sebagai ‘Yayasan amal’, bukanlah amal kebajikan, dan karena bukan amal kebajikan, barulah ia merupakan sebuah jasa kebajikan.” Apa makna dari kalimat ini? Yaitu ‘Paramartha’.
Dalam Vajracchedika Sutra dikatakan, yang disebut sebagai jasa kebajikan bukan jasa kebajikan, karena bukan jasa kebajikan, maka merupakan jasa kebajikan. Dua patah kata: ‘Parama dan artha’.
Oleh karena itu dalam bersadhana, Anda mempelajari Buddhisme, mempelajari ajaran, dan telah membangkitkan Pranidhana-bodhicitta, juga telah menjalankan Carya-bodhicitta, namun Anda tidak menganggapnya sebagai sebuah jasa kebajikan. Karena tidak menganggapnya sebagai jasa kebajikan, maka barulah merupakan sebuah jasa kebajikan yang tak terhingga, dan tak terbayangkan. Semua ini merupakan penjelasan untuk ‘Paramartha’.
Apabila Anda memahami hal ini, maka Anda juga akan memahami apa yang dikatakan oleh Bodhidharma, “Tiada jasa kebajikan”. “Tiada jasa kebajikan” bermakna Paramartha. Kaisar Liang tidak memahami makna Paramartha, ia hanya menjalankan tekadnya, tanpa memahami Kebenaran Terunggul atau Paramartha.
Om Mani Padme Hum.