555 - Ego dan Svabhava
Hari ini kita mengulas perihal ego dan Svabhava (hakikat diri).
Pada umumnya ketika kita membaca kata: ‘ego’ dan ‘hakikat diri’, akan cenderung menganggapnya sama, dengan kata lain, ‘ego’ adalah ‘hakikat diri’. Dalam Buddhisme, ‘ego’ tidak sama dengan ‘hakikat diri’, ada perbedaannya. Akan tetapi, apakah ‘ego’ ini penting? Menurut saya, ‘ego’ masih sangat penting.
Di masa kecil, saya sering memikirkan banyak persoalan. Persoalan ini selamanya ada, sampai saat ini, masih banyak orang yang punya persoalan semacam ini. Untuk apakah keberadaan ‘aku’ di dunia ini? Ini merupakan sebuah tanda tanya, Anda lahir untuk apa?
Di masa kecil, kita juga sering memikirkannya, duduk dan merenungkannya. Anda memikirkan persoalan ini: “Apa hubungan antara aku dengan dunia ini?”
Justru karena adanya ‘aku’, barulah Anda bisa mengenal dunia ini. ‘Aku’ sangat penting, tanpa ‘aku’, tentu saja dunia masih ada. Saat itu saya juga berpikir demikian, semisal ‘aku’ tidak ada, tentu saja dunia ini masih ada.
Akan tetapi, seandainya ‘aku’ tiada, bagaimanakah keberadaan dunia ini?
Coba kita renungkan, suatu hari nanti, ketika Anda sudah tidak di dunia ini lagi, apa hubungan antara dunia ini dengan Anda? Sesungguhnya, tidak ada hubungan sama sekali. Tapi, ketika Anda ada di dunia ini, apa hubungan antara Anda dengan dunia ini?
Saat itu saya sering memikirkan persoalan ini, berpikir sampai kepala ini mau XX, ini merupakan suatu hal yang sangat kontradiksi. Jikalau Anda tidak lahir, berarti menurut Anda dunia ini tidak ada. Sesungguhnya ada, tapi sama saja dengan tiada.
Anda telah parinirvana, meninggalkan dunia ini, dunia ini tetap ada, namun menurut Anda, dunia ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anda, sama saja dengan tiada.
Oleh karena itu, dalam hal ini, saya memikirkan suatu hal, ‘aku’ masih sangat penting.
Hal ini juga ada sebabnya, menurut logika, keberadaan dunia ini dapat diidentifikasikan oleh Anda, atau ‘aku’. Ini adalah sebuah logika, sebuah pemikiran, oleh karena itu, ‘aku’ sendiri sangat penting.
Dalam agama Buddha, ketika Shakyamuni Buddha hendak Parinirvana, Beliau mengucapkan, “Diri adalah pelita terang, Dharma adalah pelita terang.”. Kita umat Buddha, semua mengetahui, pada akhirnya Anda bersarana kepada siapa? Seharusnya Anda bersarana kepada Svabhava (hakikat diri).
Oleh karena itu, ketika kita melafal Tri-sarana, semua berawal dari kata ‘aku’, “Aku bersarana kepada Buddha”, “Aku bersarana kepada Dharma”, “Aku bersarana kepada Sangha.”
Bersarana kepada Buddha adalah sebuah upaya kausalya, pada akhirnya Anda bersarana kepada Buddhata sendiri. Kata ‘Svabhava’ saling terhubung dengan Buddhata.
Hari ini Anda menjaga sila, kenapa menjaga sila ini? Siapa yang menjaga sila? ‘Aku’ ini yang menjaga sila.
Hari ini Anda sedang bervisualisasi, siapa yang bervisualisasi? ‘Aku’ yang sedang bervisualisasi.
Hari ini Anda sedang bermeditasi, siapa yang sedang bermeditasi? ‘Aku’ yang sedang bermeditasi.
Hari ini Anda telah memperoleh pencapaian, Anda telah membuktikan pencapaian, siapa yang memperoleh pencapaian? Masih satu kata ini: ‘Aku’.
Oleh karena itu, tiada silih, inilah: ‘Diri adalah pelita terang.’
Menurut saya sendiri, ‘aku’ ini sangat penting. Ketika Anda sendiri bersinar cemerlang, disebut ‘Diri adalah pelita terang’. Bhavana Tantra sampai pada tingkat tertinggi adalah bersinar. Memancarkan sinar terang, hati diri sendiri memancarkan sinar terang. Ini disebut ‘Diri adalah pelita terang.’, inilah yang paling penting.
Oleh karena itu, ‘ego’ dan ‘Svabhava’ sangat penting. ‘Ego’ cenderung bermakna sekuler, ‘Svabhava’ lebih mengarah kepada Buddhata atau Buddha. Ketika Anda menghasilkan sinar terang, ‘Svabhava’ lah yang memancarkan sinar terang.
‘Ego’ berbhavana sampai kemunculan ‘Svabhava’, inilah dasarnya mengapa, ‘ego’ berbeda dengan ‘Svabhava’. ‘Svabhava’ bermakna Buddhata, sedangkan ‘ego’ tergolong sekuler.
Kita mesti mulai dari ‘ego’, kemudian membina diri sampai ‘Svabhava’ bersinar, inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha sebagai: “Diri adalah pelita terang”. Ketika Anda berhasil memunculkan “Pelita Terang Diri.”, maka Anda dapat melihat segala sesuatu di alam semesta ini, ini disebut “Pelita Terang Dharma.”. Semua sinar terang dalam alam semesta disebut sebagai “Pelita Terang Dharma”.
Dalam ajaran Buddha Tantra telah diulas dengan sangat jelas. Anda mesti jelas akan apa itu ‘ego’, Anda tidak boleh melekat pada ‘ego’, Anda mesti mencari ‘Svabhava’ dalam ‘ego’. Pada akhirnya, objek bersarana Anda yang sejati adalah Buddhata sendiri. Ini merupakan satu Dharmadesana yang sangat penting dari Sang Buddha bagi kita yang mempelajari Buddhisme, disebut sebagai “Diri adalah pelita terang, Dharma adalah pelita terang.”
Lihatlah alam semesta ini, diri sendiri memancarkan sinar, sinar alam semesta muncul dengan alamiah, dan Terang Pelita Dharma pun muncul.
Selama Anda sendiri tidak memiliki sinar, berarti Anda hanya menggunakan ‘ego’ untuk melihat dunia ini. Ini semata-mata merupakan perbedaan antara samvrti-satya (kebenaran relatif) dengan Paramartha-satya (Kebenaran Absolut). ‘Ego’ adalah samvrti-satya, dan ‘Svabhava’ adalah Buddhata.
Om Mani Padme Hum.