561 - Upaya Kausalya untuk Menyeberangkan para Insan (1)

Hari ini kita mengulas upaya kausalya (metode yang tepat, terampil dan disesuaikan) untuk menyeberangkan para insan.

Kemarin kita telah membahas Hinayana dan Mahayana, Bodhisattva Mahayana mesti berbaur dengan para insan, baru bisa disebut sebagai Bodhisattva. Menggunakan pencerahan diri sendiri untuk mencerahi para insan, disebut sebagai ‘Yang telah tercerahkan dan berupaya mencerahi para insan’, inilah Bodhisattva.

Bodhisattva Mahayana mesti menyeberangkan para insan, oleh karena itu hari ini kita membahas upaya kausalya untuk menyeberangkan para insan. Sangatlah sukar untuk menyeberangkan para insan, saya beri tiga contoh, ini semua terjadi di tempat kita.

Contoh pertama, suatu ketika saya pergi memimpin upacara dan Berdharmadesana di vihara WG. Ada seorang siswa yang membuat kudapan yang sangat indah dan sangat enak. Ia telah mempersiapkannya dari rumahnya yang berjarak sangat jauh, dan membawanya ke vihara, ia sendiri yang menemui Mahaguru untuk menyerahkannya kepada Mahaguru.

Saya ada di dalam kamar, di luar ada bhiksu, melihat ada seorang umat yang datang mengantar kudapan, bhiksu itu mengatakan: “Apa yang Anda lakukan?” Ia menjawab: “Saya mengantar kudapan untuk Mahaguru.”  , “Apakah Anda tidak tahu? Mahaguru tidak makan penganan manis! Anda tidak tahu? Pergi! Pergi! Pergi!” Makan manis atau asin, tiap orang punya kebiasaannya masing-masing, saya cenderung sedikit makan yang manis. Bhiksu yang menjaga pintu mengatakan: “Pergi! Pergi! Pergi! Apa Anda tidak tahu?”

Siswa itu terdiam mematung di sana sambil membawa kudapan buatannya sendiri. Kebetulan Acarya Lianxiang berjalan dari samping, melihat peristiwa tersebut, beliau mengatakan kepada siswa tersebut: “Mahaguru makan kudapan seperti itu, saya bantu bawa ke dalam.” Beliau pun membantu saya untuk membawanya masuk, di hadapan siswa tersebut, saya makan satu, saya katakan: “Wah! Sungguh enak! Nanti tolong buatkan lagi, sungguh enak.”

Ada sebuah hal dari peristiwa ini yang mesti diberitahukan kepada Anda semua, kita mesti gunakan upaya kausalya bagi para insan. Coba Anda lihat bhiksu tersebut, apabila terjadi peristiwa semacam itu, “Pergi! Pergi! Pergi!”, umat itu akan pergi dengan perasaan sedih. Siapa tahu sesampainya di rumah, ia buang semua kudapan tersebut dan mengatakan, “Aku tidak akan pernah pergi ke sana lagi!” dalam seketika Anda telah merintangi satu insan.

Kita mesti menyesuaikan diri, dan mengetahui apa itu upaya kausalya. Sebagai seorang bhiksu, atau sebagai seorang Guru, ketika siswa datang mengantarkan sesuatu, sekalipun Anda tidak ingin memakannya, atau tidak selera, Anda mesti memakannya sedikit, demikianlah upaya kausalya untuk menuntun para insan.

Sangatlah sukar untuk menyeberangkan para insan, namun Anda harus tahu metodenya, yaitu upaya kausalya, butuh penyesuaian.

Peristiwa yang kedua, saya punya seorang teman alumni, namanya Jiang Qingzhen, ia tinggal di Seattle. Ia membawa istrinya datang berkunjung ke Seattle Ling Shen Ching Tze Temple. Begitu saya melihat kedatangan teman alumni, saya sungguh gembira, mengajaknya makan, saya mengajak teman alumni dan istrinya untuk santap bersama. Kita semua duduk makan bersama, sambil berbincang perihal masa-masa tugas survei geodesi, sebuah kesempatan yang sangat langka bisa berjumpa dengan teman alumni.

Usai makan, kita keluar, tapi di luar sudah turun hujan lebat, tadi masuk tidak membawa payung, tapi keluar mesti pakai payung. Istri dari Jiang Qingzhen berjalan di depan, saya berjalan di belakang. Melihat Mahaguru, para bhiksu mesti membantu membawakan payung untuk Mahaguru, ia pun mengambil sebuah payung untuk Mahaguru. Hujannya sangat lebat, para bhiksu membuka payung tersebut. Begitu istri dari Jiang Qingzhen melihatnya, ia mengira bhiksu mengambilkan payung untuknya, ia sangat gembira: “Aduh! Bhiksu mengambilkan payung untuk saya?” Dalam hati dia merasa gembira, dan menjulurkan tangan untuk menerima payung tersebut. Bhiksu itu mengatakan: “No! Ini untuk Mahaguru kita.” Saat itu saya beritahu bhiksu tersebut: “Boleh, boleh! Berikan kepadanya, saya bisa ambil satu lagi.”

Seharusnya berikan kepadanya, ia telah menjulurkan tangannya untuk menerima payung, mestinya berikan kepadanya. Justru karena satu kata: “No!” dari Anda, maka para insan akan ‘No coming’, ia tidak akan datang lagi.

Mukanya memerah, “Ternyata bukan untuk saya...” Ia kira bhiksu mengambilkan payung untuk dia, sebenarnya para bhiksu mengambilkan untuk Mahaguru, saya tahu maksudnya. Tapi istri teman saya berjalan di depan, jadi semestinya berikan terlebih dahulu kepadanya, ‘lady first’, ia adalah seorang wanita, apakah di saat hujan turun, dia tidak boleh menggunakan payung? Tentu saja ia membutuhkan payung tersebut. Oleh karena itu, saat itu mesti lakukan penyesuaian, mesti tahu hal ini.

Saya mendengar bhiksu itu mengatakan hendak memberikannya kepada saya, saya langsung katakan: “Boleh, boleh, berikan kepadanya!” Demikianlah upaya kausalya demi menuntun para insan.

Oleh karena itu, sebagai para bhiksu dan bhiksuni, kelak kalian mesti tampil untuk membimbing para insan, sebagai seorang bhiksu bhiksuni atau Acarya, kalian mesti menuntun para insan dengan upaya kausalya. Jika ia memiliki kesan yang baik terhadap vihara Anda, maka ia akan datang. Namun bila ia langsung menerima penolakan,  itu artinya Anda menolak kedatangannya kembali. Apalagi saat itu wajahnya memerah, ia mengatakan: “Oh! Maaf, ternyata untuk Mahaguru, bukan untuk saya.” Ia merasa sangat canggung, suasananya menjadi sangat canggung. 

Oleh karena itu, semestinya saat itu lakukan penyesuaian, mesti tahu metode ini. Memang tidak mudah menyeberangkan para insan, Anda akan menghadapi banyak ragam peristiwa. 

Seperti saat itu, ketika mereka berkunjung ke vihara kita, mereka turun di stasiun di dekat sana, mereka bawa banyak koper, ia tidak bisa mengangkatnya, kemudian mereka menelepon ke vihara, bhiksu kita menjawab: “Mana boleh kami para bhiksu menjadi sopir Anda? Seorang bhiksu sangat mulia!”

Para insan sungguh tak terbayangkan, tanpa para insan, mana mungkin ada bhiksu dan bhiksuni? Para insan adalah danapati (penyokong) bagi para bhiksu dan bhiksuni. Meskipun memang benar bahwa bhiksu sangat mulia, kebhiksuan adalah suatu hal yang sangat suci dan mulia, namun tetap hormatilah para insan.

Om Mani Padme Hum.


「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。