581 - Kondisi Mahapurna (3)
Kita mengulas kondisi Mahapurna.
Kondisi ini dapat diulas berdasar empat hal, yaitu darsana, bhavana, carya, dan phala. Kondisi Mahapurna, tidak bertujuan untuk menyaksikan sesuatu, tidak bertujuan untuk melatih sesuatu, juga tidak bertujuan untuk menjalankan suatu ikrar agung. Dan terakhir, juga tidak bertujuan untuk mencapai phala (tingkat pencapaian) apa pun, demikianlah kondisi Mahapurna.
Beberapa orang akan berpikir: “Jika tidak lagi menginginkan darsana, bhavana, carya, dan phala, berarti orang awam telah memperolehnya, dan orang awam sudah berada dalam kondisi Mahapurna.” Tidak bisa dibilang demikian, Anda mesti terlebih dahulu melalui tahap darsana, bhavana, carya, dan phala, baru kemudian mencapai kondisi tiada yang ingin diperoleh, demikianlah timbulnya kondisi Mahapurna.
Kondisi Mahapurna bukan mengenai tujuan mencapai phala, di atas bhumi ke-8 adalah Bodhisattva. Bhumi ke-11 adalah Vajrasattva. Bhumi ke-13 adalah Vairocana Buddha. Bhumi ke-16 adalah Adharma Buddha atau Samantabhadraraja Tathagata, ini adalah phala-bhumi. Dalam Tantra, bhumi ke-16 adalah Adi Buddha. Bhumi ke-13 adalah Vairocana Buddha. Bhumi ke-11 adalah Vajrasattva, tergolong sebagai Bodhisattva. Sedangkan di atas bhumi ke-8 adalah Bodhisattva.
Pertanyaan untuk Anda semua: “Apakah itu bhumi ke-17?” Bhumi ke-16 adalah Adi Buddha, sudah merupakan yang tertinggi. Apa itu bhumi ke-17? Tidak ada yang bisa menjawabnya. Jadi menurut saya, ini hanya sebuah angka.
Banyak orang yang mempersoalkan, seharusnya Avalokitesvara Bodhisattva berada di bhumi yang ke berapa. Ada yang mengatakan bhumi ke-9, ada yang mengatakan bhumi ke-8, ada yang mengatakan: “Beliau sudah merupakan Buddha, seharusnya telah berada di atas bhumi ke-10.” Atau telah mencapai bhumi ke-12, bhumi ke-13, ini semua hanya sebuah angka.
Kita orang yang benar-benar belajar Buddha, sampai pada tingkatan yang tertinggi, sama sekali tiada yang disebut sebagai ‘phala’. Pada tingkat yang tertinggi, sepenuhnya merupakan keleluasaan hakiki.
Dalam sekejap Anda bisa menjadi awam, bahkan Anda dapat berada di alam binatang. Di vihara kita ada seekor ‘Padma Kucing’. Anda melihat ia hanya seekor ‘cat’, seekor kucing kecil, sebenarnya ia merupakan peringatan supaya kita berbhavana dengan sebaik-baiknya.
Lihatlah tiap kali ia berada di depan pintu perpustakaan, ia menyambut dan mengantar. Menyambut kedatangan Mahaguru, dan mengantar kepergian Mahaguru, ia sedang memberi contoh. Ia sangat menaati aturan, hanya berhenti sampai di depan pintu perpustakaan, dan diam di sana. ‘Dharmacarya Padma Kucing’, ia adalah Mahavidyadhara Vajracarya. Anda mengatakan: “Aduh! Bagaimana mungkin kucing ini adalah Mahavidyadhara Vajracarya?”
Ia adalah emanasi Buddha dan Bodhisattva yang datang untuk mengajarkan vinaya. Buddha dan Bodhisattva beremanasi, Ia tidak memiliki tingkat pencapaian apa pun, Ia sanggup berada di alam binatang, bisa juga berada di alam neraka. Dapat beremanasi di alam Bodhisattva, Arahat, bahkan di antara semua makhluk, jadi masih menginginkan pencapaian apa lagi? Buddha dan Bodhisattva yang sejati, setelah Beliau memasuki Nirvana, semestinya ini tergolong sebagai Nirvana bersisa, Beliau dapat beremanasi di mana pun, dan dapat menyeberangkan insan di mana pun. Beliau dapat berada dalam berbagai tingkat spiritual, oleh karena itu, kadang Ia adalah Arahat, kadang adalah Bodhisattva, kadang adalah Sravaka, kadang adalah Buddha, kadang Ia adalah insan, dan kadang Ia adalah ‘Padma Kucing’.
Lihatlah, sebenarnya ia memiliki daya kebijaksanaan. Segala gerakannya mengandung suatu makna yang hendak ditunjukkan, dan ia mewujudkan diri sebagai ‘Padma Kucing’. Ia memiliki fungsi untuk memberikan petunjuk bagi kita, ia tahu tidak boleh masuk perpustakaan, ia tahu tidak boleh masuk vihara. Ia sama seperti tantrika, ia berkelana memberikan ajaran di sekitar Ling Shen Ching Tze Temple. Ia melakukan penyeberangan, ada banyak insan yang dia seberangkan (Mahaguru tertawa).
Ia laksana singa gunung salju, bahkan seekor anjing pug pun takut kepadanya. Ia hanyalah seekor kucing kecil, dan ia sama sekali tidak takut terhadap anjing yang sangat besar, ia memiliki wibawa laksana singa gunung salju. Lihatlah matanya, lihatlah isi hatinya, lihatlah benih Kebuddhaan dalam dirinya, ternyata ia adalah emanasi Buddha dan Bodhisattva, jadi saya sering menyebutnya: ‘Dharmacarya Padma Kucing.’
Bagi Buddha dan Bodhisattva yang sesungguhnya tidak ada tingkat pencapaian apa pun, Ia tidak akan berdiam pada satu tingkat pencapaian. Oleh karena itu, dalam Tantra, ada banyak Rinpoche yang menitis dari satu kelahiran ke kelahiran yang lain, untuk apa? Ia datang untuk membabarkan Dharma, untuk menyeberangkan para insan, dan tidak akan berdiam pada tingkat pencapaiannya.
Jadi tingkat pencapaian hanya sebuah ukuran, supaya para insan mengetahui ada tingkat pencapaian semacam itu, Ia tidak lagi mengharapkan tingkat pencapaian tertentu.
Yang masih mengharapkan tingkat pencapaian, pasti bukan Buddha dan Bodhisattva. Namun tidak bisa juga mengatakan demikian, sebab tingkat pencapaian semacam itu, merupakan sebuah ukuran kategori yang diberikan oleh para insan kepada Beliau, namun sesungguhnya tiada kepemilikan apa pun.
Ia tidak berbhavana, abhavana adalah bhavana. Ia tiada menyaksikan apa pun, tidak menyaksikan apa pun berarti menyaksikan segalanya. Ia tidak menjalankan apa pun, tidak melakukan suatu kebajikan, sepenuhnya asamskrta, demikianlah darsana, bhavana, carya, dan phala yang sejati.
Om Mani Padme Hum.