2017-09-23 Maitrikaruna dan Prajna Tiada Berbeda – Lokiya dan Lokuttara Tiada Berbeda
Ceramah Lamdre ke-100 oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Puja Bakti Bersama Sadhana Ksitigarbha Bodhisattva, 23 September 2017 di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Terlebih dahulu marilah kita bersembah puja pada Guru Silsilah, Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Zhengkong, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Istadevata puja bakti hari ini: Ksitigarbha Bodhisattva beserta segenap parivar, sembah puja pada Tri-ratna Mandala.
Gurudara, para Acarya, Dharmacarya, Bhiksulama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet. (Mahaguru membaca daftar nama tamu agung) Selamat malam semuanya! Apa kabar semuanya! (Bahasa Mandarin) Apa kabar! Apa kabar semuanya! (Bahasa Kanton) Wugai! Wugaishai! (Bahasa Kanton: Terima kasih semuanya)
◎ Hari ini adalah puja bakti Sadhana Ksitigarbha Bodhisattva. Ada dua mudra dari Ksitigarbha Bodhisattva, yang satu adalah Mudra Menopang Cintamani, mudra yang merepresentasikan kedua tangan-Nya yang sedang menopang mutiara terang, mudra yang satunya (Mahaguru memperagakan), merupakan Mudra Vajradamstra, gelar Vajra dari Ksitigarbha Bodhisattva adalah Vajradamstra (Gigi Vajra). Kedua mudra ini boleh digunakan. Beliau punya 2 mantra, “Om. Ha Ha Ha. Wei. Sanmoye. Suoha” ini adalah Mantra Hati Istadevata Ksitigarbha Bodhisattva. Selain itu, ada mantra untuk memadamkan karma tetap, yaitu mantra yang hari ini kita japa, bagaimana menjapanya? (Umat: “Om. Penlamo. Lingdoling. Suoha”) Kedua mantra ini boleh dijapa, kedua mudra dan kedua mantra ini boleh digunakan, jadi tidak menunjuk pada mantra mana yang benar, dan mana yang tidak benar, mudra mana yang benar, dan mudra mana yang tidak benar. Sebenarnya keduanya boleh digunakan. Sebenarnya semua Buddha dan Bodhisattva juga punya banyak mudra, mudra ada sangat banyak. Banyak juga bijaksara yang digunakan bersama oleh para Buddha dan Bodhisattva, apabila Anda mengerti Bahasa Sansekerta, sebagian besar mudra banyak yang berasal dari Tantra Timur, dalam Tantra Tibet mudranya lebih sedikit, Tantra Timur lebih banyak. Bagaimana dengan mantra? Yang menggunakan aksara “Om”, sebagian besar berasal dari Tantra Tibet, sedangkan yang menggunakan “Namo” berasal dari Tantra Timur, ada mantra Tantra Timur dan mantra Tantra Tibet.
Kita Tantra dibagi menjadi Tantra Tibet, Tantra Tiongkok, Tantra Tiantai, dan Tantra Timur, yang berkembang di Tibet disebut sebagai Tantra Tibet, yang berkembang di Tiongkok disebut sebagai Tantra Tiongkok, yang berkembang di Gunung Tiantai disebut sebagai Tantra Tiantai, yang berkembang di Jepang disebut sebagai Tantra Timur, jadi ada beberapa perbedaan. Pratima Buddha dan Bodhisattva juga belum tentu sama persis, seperti Mahakala, di Tantra Tibet berparas sangat menyeramkan. Seperti pratima Mahasri Devi, di Tantra Tibet juga sangat menyeramkan. Berbeda dengan pratima di Tantra Timur, Mahakala dalam Tantra Timur mirip dengan orang tua, nampak sangat welas asih, membawa sebuah palu ‘hammer’, tidak mirip dengan Tantra Tibet. Mahasri Devi, di Tantra Timur berwujud seorang Dewi, sangat cantik, sangat anggun, sedikit mirip dengan wujud Dewi dari masa Dinasti Tang, tapi Mahasri Devi di Tantra Tibet luar biasa, Beliau menunggangi kuda surgawi, di bagian belakang kuda tersebut terdapat sebuah mata, Beliau bisa melihat ke depan dan ke belakang, parasnya sangat menyeramkan, mengenakan japamala tengkorak, inilah Mahasri Devi versi Tantra Tibet. Pratima Adhinatha dalam Tantra Tibet memang ada yang berbeda dengan Tantra Timur.
Pada mulanya Tantra tersebar di India, kemudian Amoghavajra, Subhakarasimha, dan Vajrabodhi, bertiga menyebarkannya ke Tiongkok pada masa Dinasti Tang, ini merupakan sejarah Tantra Tiongkok, juga berasal dari India, disebarkan ke Tiongkok. Bagaimana dengan Tantra Gunung Tiantai? Dahulu, Kobo Daishi (Kukai) dan Saicho, Kobo Daishi pergi ke Xian, silsilah Beliau adalah Tantra Tiongkok; Sedangkan Saicho pergi ke Gunung Tiantai, silsilah Beliau adalah Tantra Tiantai, keduanya berbeda.
Jadi jika Anda ke Jepang, juga bisa menemukan gunung utama untuk Tantra dari Saicho, disebut sebagai Gunung Hiei, merupakan Bodhimanda Tantra Tiantai, yaitu Tantra dari Gunung Tiantai. Sedang Gunung Koya, merupakan Bodhimanda penyebaran Ajaran Kobo Daishi. Kobo Daishi berhasil mengambil sutra (belajar Dharma) di Xian dan pulang, kemudian mengembangkannya menjadi Tantra di Koyasan. Jadi di Jepang ada dua aliran Tantra. Bagaimana dengan Korea? Ketika saya pergi ke Korea, terasa bahwa di Korea Tantra kurang umum, di sana sekte Chan (Zen) lebih umum, sebagian besar merupakan sekte Caodong (Soto). Para bhiksu bhiksuni di Taiwan, sebagian besar juga merupakan sekte Chan, tetapi tergolong sebagai sekte Linji (Rinzai), Linji Yixuan (Bhiksu Agung sekte Chan pada masa Dinasti Tang); Sekte Chan di Taiwan lebih banyak sekte Linji. Sekte Chan di Korea merupakan sekte Caodong.
Agama Buddha dari India terus masuk ke Tiongkok, ada Gunung Wutai atau Gunung Sejuk, sebab di sana sering turun salju, gunung itu bisa tertutup selama setengah tahun, sejak dahulu Gunung Sejuk telah tercatat dalam pustaka Buddhis, merupakan Bodhimanda bagi Manjusri Bodhisattva. Tiga Bodhimanda yang lain, seperti Gunung Emei di Sichuan, merupakan Bodhimanda bagi Samantabhadra Bodhisattva. Gunung Putuo di Laut Selatan Zhejiang merupakan Bodhimanda bagi Avalokitesvara Bodhisattva; Gunung Jiuhua di Anhui merupakan Bodhimanda bagi Ksitigarbha Bodhisattva, keempat Bodhimanda tersebut bisa disebut sebagai Empat Tanah Suci Utama. Sedangkan di antara keempat Bodhimanda tersebut, yang tercatat dalam pustaka Buddha adalah Gunung Sejuk, yaitu Gunung Wutai. Bodhimanda bagi Ksitigarbha Bodhisattva dibuka oleh seorang bhiksu dari Korea bernama Kim Gyo-gak saat Beliau berziarah ke Gunung Jiuhua. Saat itu, kita menyebut Korea sebagai Silla (Xinluo)?! Pada zaman dahulu masih saling terhubung, penyebaran agama Buddha berasal dari India, mencapai Asia Tenggara, yang disebarkan adalah agama Buddha Hinayana; Sampai di Tibet menjadi Tantra; Sampai di Tiongkok menjadi agama Buddha Tiongkok; Kemudian masuk ke Korea, dan akhirnya masuk ke Jepang. Kurang lebih demikianlah lokasi penyebaran agama Buddha, Asia Tenggara, Tiongkok, Korea dan Jepang.
◎ Secara umum, di antara semua agama, saya merasa agama Buddha adalah agama yang paling sempurna. Yang lain, antara lain adalah agama Kristen, Katolik, Yahudiah, Islam, dan Gereja Ortodoks punya Tuhan yang sama, hanya saja alirannya berbeda. Agama Katolik lebih memuliakan perjanjian lama, konon paus saat ini berasal dari Serikat Yesus, tergolong dari perjanjian baru, agama Kristen tergolong perjanjian baru, agama Katolik tergolong perjanjian lama, Yahudiah sendiri dianut oleh orang Yahudi, atau orang Eber, mereka mengaku sebagai bangsa pilihan Allah, berada di Kanaan, mengenai tempat tersebut, dikisahkan bahwa Musa mencapai puncak Gunung Sinai dan menunjuk ke tempat tersebut seraya berkata: “Di sanalah tanah yang diberikan oleh Allah untuk kalian.” Akhirnya mereka pergi ke sana, sekelilingnya beragama Islam, hanya mereka yang menganut Yahudiah. Bagaimana dengan Gereja Ortodoks? Merupakan pecahan dari agama Katolik, dan tersebar ke Yunani. Muhammad merupakan pendiri agama Islam, beliau mengatakan bahwa beliau adalah nabi terakhir, dalam Al Qur’an ada tertulis mengenai Musa dan Yesus, akan tetapi namanya berbeda. Jadi semua itu bersumber pada Tuhan yang sama.
Tidak ada orang yang pernah melihat Allah, termasuk Musa dan Yesus. “Bapa, Putra, dan Roh Kudus”, Bapa adalah Yehuwa; Putra adalah Yesus; Roh Kudus adalah para malaikat. “Bapa, Putra, dan Roh Kudus” adalah Tritunggal. Di Nazaret, Yesus adalah putra seorang tukang kayu, ibunya adalah Maria. Pada usia 13 tahun Yesus meninggalkan Nazaret, entah pergi kemana, tidak ada yang tahu, sekembalinya, Beliau mengenakan jubah berwarna putih dan jubah berwarna seperti jubah bhiksulama, diselempangkan, mirip dengan seorang umat Buddha. Beliau juga sangat kasihan, membabarkan ajaran baru 3 tahun langsung disalibkan. Demikianlah asal-usul agama-agama dunia. Saya juga mempelajari agama Islam dengan cukup mendalam, mereka menyebut kitabnya sebagai Al-Qur’an, seorang siswa dari Brunei memberikan satu kepada saya, dan saya membacanya sampai habis. Saya juga mengenal agama Islam dengan cukup mendalam. Hari ini adalah ikhtisar agama-agama. Sebenarnya saya mempelajari setiap agama.
◎ Shakyamuni Buddha mentransmisikan Dharma kepada Ksitigarbha Bodhisattva, mengamanatkan Dharma kepada Ksitigarbha Bodhisattva, sebelum kedatangan Buddha Mahaberdaulat (Maitreya), Beliau mengamanatkannya kepada Ksitigarbha Bodhisattva. Kenapa tidak menitipkannya kepada Avalokitesvara Bodhisattva , bukankah Beliau yang paling banyak dalam menyeberangkan insan? Kenapa tidak mengamanatkannya kepada Manjusri Bodhisattva, bukankah Beliau memiliki kebijaksanaan paling luas? Keduanya adalah Dharmarajaputra. Samantabhdara Bodhisattva juga adalah Dharmarajaputra, Manjusri Bodhisattva adalah Dharmarajaputra, Avalokitesvara Bodhisattva adalah Dharmarajaputra, Mahastamaprapta Bodhisattva adalah Dharmarajaputra, Maitreya Bodhisattva adalah Buddha yang akan datang, kenapa Shakyamuni Buddha tidak mengamanatkan Dharma kepada Mereka? Kenapa malah mengamanatkan kepada Ksitigarbha Bodhisattva? Semua Bodhisattva saat itu, Avalokitesvara Bodhisattva, Mahastamaprapta Bodhisattva, Manjusri Bodhisattva, Samantabhdara Bodhisattva, Ksitigarbha Bodhisattva, Akasagarbha Bodhisattva, Vajrapani Bodhisattva, dan Sarvanivaranaviskambhin Bodhisattva, ini adalah Astamahabodhisattva.
Ketika Astamahabodhisattva (8 Bodhisattva Agung) muncul bersama, Shakyamuni Buddha memilih Ksitigarbha Bodhisattva, mengamanatkan Dharma kepada Ksitigarbha Bodhisattva, yang terutama adalah karena Ksitigarbha Bodhisattva adalah seorang bhiksu. Oleh karena itu dalam: Varga Mengamanatkan Dewa dan Manusia, Shakyamuni Buddha mengamanatkan para Dewa dan manusia kepada Ksitigarbha Bodhisattva. Inilah mengapa Ksitigarbha Bodhisattva sungguh agung dan mulia.
◎ Hari ini kita lanjutkan pengulasan Lamdre, “Samadhi Perpaduan Dharmata”, membahas samadhi “Perpaduan eksistensi dan non-eksistensi: Yang terutama adalah, pada lingkungan luar, Dharmata tiada berbeda.” Secara di luar, bukan di dalam, samadhi semacam ini disebut “Perpaduan eksistensi dan non-eksistensi”
Ada satu hal yang mengherankan, tahun ini adalah 2017, ada orang yang memotret langit, memotret sesosok Dakini, ada wajahnya, mengenakan jubah, Dakini yang sedang terbang tinggi. Pada tahun 2016, Li Qi memotret ke angkasa, juga berhasil memotret sesosok Dakini, Li Qi, tanggal dan bulan berapa Anda memotret Dakini tersebut? 27 Juni, ia berhasil memotret sesosok Dakini, siapa yang hari ini memotretnya? Ada di sini? Oh! Silakan berdiri, saudari dari Inggris, kapan Anda memotretnya? Tahun lalu ia memotretnya dan tahun ini ia memotretnya, keduanya sama, sesosok Dakini yang sama persis, setahun lalu memotret ke arah langit dan berhasil memotret sesosok Dakini yang sama dengan tahun ini, kemarin muncul lagi di angkasa, jubah yang dikenakan sama, parasnya juga sama, ekspresinya juga sama. Baik, silakan duduk. Semestinya ini bukan sebuah kebetulan?! Tapi Dakini itu mengenakan jubah berwarna kuning, ada sedikit warna merah, jubah berwarna kuning dan merah, yang satu terbang dengan posisi horizontal, yang satu terbang dalam posisi berdiri, apabila keduanya berdiri, semua sama persis, dipotret dalam waktu yang berbeda! Selisih satu tahun, dan Dakini yang dipotret sama persis, ini sangat langka, ini adalah “Perpaduan eksistensi dan non-eksistensi”, muncul di angkasa.
◎ Pernah satu kali, saya baru saja bersantap di perpustakaan, langit sedang mendung. Saya mengatakan: “Aduh! Semua hitam, tambahkan sedikit warna!” Saya mengangkat tangan, membawa pena dan menggores ke arah angkasa. Wah? Muncul warna merah, setelah menggores langsung muncul warna merah di langit. Samadhi tidak membedakan luar maupun dalam, sesungguhnya semua berada dalam samadhi. Sekarang saya tidak berani melukis seperti itu lagi, sebab khawatir ‘bocor’. “Saya ingin melukis warna-warna…”, akhirnya malah tidak muncul. Saat itu juga merupakan sebuah kebetulan! Saat itu saya mengatakan: “Saya ingin melukiskan warna-warna.” Begitu menggoreskan, wah? Muncul! Muncul pelangi. Sebelum saya menggoreskan ke angkasa, pelangi itu belum muncul, begitu digoreskan langsung muncul. Sekarang saya tidak berani mengulangi lagi, kenapa? Sebab jika digores lagi dan tidak muncul, akan menjadi suatu kebocoran. Hanya ada satu kesempatan. Seperti mereka, itu disebut di luar.
◎ Di kondisi luar, seperti yang dikatakan oleh Shakyamuni Buddha: “Setiap saat berada dalam samadhi.” Setiap saat Beliau berada dalam samadhi. Apa yang disebut dengan samadhi? Konsentrasi! Langkah pertama dari samadhi disebut konsentrasi, saat perhatian Anda sangat terpusat, disebut sebagai samadhi. Seperti Mahaguru sedang membabarkan Dharma, juga mesti membabarkan dengan penuh konsentrasi. Pada saat berkonsentrasi, itulah samadhi, sebabnya adalah: “Perpaduan eksistensi dan non-eksistensi: Yang terutama adalah, pada lingkungan luar, Dharmata tiada berbeda.” Secara Dharmata tiada perbedaan.
◎ “Perpaduan terang hati dan sunya: Dihasilkan dari hati guhya, Dharmata menghasilkan terang.” Bagian luar, tiada perbedaan apa pun, berpadu, apabila berpadu dalam hati Anda, atau dalam diri kita, perpaduan hati, merupakan peleburan air dan api. Air dari atas dengan kundalini Anda, saat keduanya melebur disebut sebagai perpaduan. Dalam Buddhisme disebutkan, perpaduan dari luar adalah upaya dengan maitrikaruna, keduanya setara, disebut sebagai perpaduan. Atau Prajna dan maitrikaruna, keduanya bersama, Prajna dan maitrikaruna tiada berbeda, lokiya dan Lokuttara tiada berbeda. Ini merupakan yang pertama: “Perpaduan eksistensi dan non-eksistensi” keduanya tiada berbeda. Oleh karena itu nama Sutra Hevajra disebut: “Sutra Tata Ritual Raja Dharma Agung Vajra Mahakaruna dan Sunyajnana Sri Hevajra.”, Mahakaruna adalah maitrikaruna, sunyajnana adalah Prajna, sebuah Sutra Dharma Agung perpaduan Mahakaruna dan Prajna. Sesungguhnya Prajna dan maitrikaruna tiada berbeda, maitrikaruna tergolong sebagai lokiya, sedangkan Prajna tergolong sebagai sunyata dan Buddhata. Akan tetapi keduanya mesti berpadu tiada berbeda, baru bisa mencapai Kebuddhaan. Yang dimaksudkan di sini adalah tiada perbedaan, pengulasan ini mendalam.
“Perpaduan terang hati dan sunya: Dihasilkan dari hati guhya, Dharmata menghasilkan terang.” Ketika Anda membuka hati, Anda akan melihat kemunculan sinar biru di hati Anda, saat itu Dharmata menghasilkan terang, terang terpancar, terang memancar dari hati Anda. Terang ini berasal dari hati guhya Anda, yang dihasilkan dari perpaduan terang hati dan sunya, perpaduan sunya dan terang, terang memiliki wujud, sunya tidak berwujud, keduanya berpadu, inilah makna dari bagian yang kedua: “Perpaduan terang hati dan sunya”.
◎ Yang ketiga adalah: “Perpaduan tubuh dan sukha: Dihasilkan di dalam tubuh, Dharmata menghasilkan sukha.” Ini telah banyak saya ulas, yaitu: “Samadhi Vajravarahi Perpaduan Sukha dan Sunya.”. Tentu saja Vajravarahi mempunyai Samadhi Kundalini, tapi ketika kundalini bangkit, ketika kundalini menembus nadi tengah akan menghasilkan mahasukha, ketika bindu turun juga akan menghasilkan mahasukha, turunnya bindu merupakan perubahan dari padat menjadi cairan, sukha dihasilkan pada saat tahap perubahan tersebut, sebab kundalini membakar Cairan Bulan Bodhicitta.
Dari padat turun menjadi bindu, menjadi cairan. Ketika air dan api melebur, mencapai tiap lokasi di nadi tengah, ia akan menghasilkan sukha, disebut sebagai “Dharmata menghasilkan sukha”. Dalam meditasi kita mesti tahu mengenai 3 jenis samadhi.
◎ “15 anubhava ini, sebabnya adalah nidana prana hati, jumlah dan urutannya tidak baku, dihasilkan tidak berdasarkan urutan, anubhava phala juga tidak muncul sesuai urutan, menghasilkan proses menerima, mengenali, dan mempertahankan, menjadi samadhi, merupakan peringatan dalam marga.” Maksudnya adalah, ketika anubhava Anda muncul, semua disebut sebagai samadhi, ada 15 jenis anubhava, namun semuanya bersumber dari: “Sukha, sunya, jnana, upaya, maitrikaruna.” , samadhi semacam ini sangat istimewa.
Berikutnya, lebih baik membahas apa? Bukan saya yang ingin membahasnya, melainkan Bhiksuni Lianxu (蓮緒法師) yang ingin membahas XX. Akhir-akhir ini saya membaca artikel ceramah XX, ia menyebutkan ketika melakukan homa, Jambhala Kuning hadir, ketika melakukan homa, Jambhala Merah juga hadir, ketika melakukan homa, Vaisravana Raja Jambhala juga hadir…. Ketika semua hadir, selalu ada perbincangan. Saya pernah ceritakan pada saat upacara, ia melakukan ceramah bersilang. Misalnya, Jambhala Kuning menuturkan sesuatu, kemudian XX menggunakan tuturan tersebut untuk diulas; Jambhala Merah menuturkan sesuatu, XX pun menggunakan penuturan tersebut untuk diulas kembali; Raja Jambhala hadir, kemudian Raja Jambhala berbincang sedikit dengan XX, perbincangan tersebut disebarkan, yaitu penjelasannya atas penuturan Raja Jambhala. Berarti tiap kali homa, mereka semua pasti turun hadir untuk berbicara, disebut sebagai ceramah bersilang.
Di antara para Acarya, siapakah yang bisa melakukan ceramah bersilang? Ketika berceramah, siapa yang melakukan ceramah bersilang? “Jambhala Kuning berpesan kepada saya, biar saya jelaskan pesan tersebut.” Siapa? Silakan angkat tangan!
Yang lebih menarik adalah mengenai Jambhala Merah (Ganesha), dalam ceramah XX, Jambhala Merah suka menyanyi dan menari, Ia sering bernyanyi untuk XX, Ia juga suka menari untuk XX, bahkan Jambhala Merah memperlakukan XX dengan sangat baik, selalu mempersembahkan susu kepada XX. Jambhala Merah kita di sini, rupang ada di sebelah sana, Beliau tidak pernah memberi saya minum susu. Ganesha merupakan Dewata Agung keempat di India, setelah Brahma, Shiva, dan Vishnu. Ganesha adalah putra dari Shiva, hanya saja wujud Beliau istimewa. Shiva melakukan perjalanan di luar, sepulangnya, melihat Sang Istri sedang mandi di ruang mandi, di luarnya ada seorang pria yang tinggi dan gagah, sesungguhnya pria itu adalah putra-Nya sendiri, akan tetapi Beliau tidak tahu. Sang Istri sedang mandi dan di luar berdiri seorang pria? Beliau langsung memenggal kepalanya. Setelah Sang Istri keluar, menjumpai Sang Putra telah terbunuh. Shiva adalah Dewata Pelebur, Beliau merasa cemas, dan minta bantuan Vishnu, Vishnu mengatakan: “Di pagi hari tertentu ketika Anda keluar, begitu melihat makhluk pertama, penggal kepalanya dan sambungkan ke tubuh putra Anda, dengan demikian putra Anda akan hidup kembali.” Pada hari itu Beliau pun keluar, begitu keluar langsung melihat gajah, Beliau langsung memenggalnya, dan menyambungkan kepalanya ke tubuh Sang Putra, dan menjadi Ganesha. Ganesha tergolong sebagai Dewa Rezeki, sangat termasyhur dalam agama Hindu, Hari Jadi Beliau dirayakan oleh puluhan ribu umat, bisa dibilang Beliau merupakan Dewata Agung keempat. Menurut XX, Ia sering menyanyi untuk XX, menari untuk XX, bahkan mempersembahkan susu kepadanya, saya masih belum tahu bagaimana suara nyanyiannya, entah tarian bagaimana yang Ia tarikan, bagaimana menarinya, tentu saja pada dasarnya orang India suka menyanyi dan menari, tarian mereka sangat menarik. Bayangkan, setiap hari menyanyi untuknya! Setiap hari menari untuknya, betapa senangnya menjadi XX. Lihatlah, Ganesha menyanyi setiap hari untuk XX, juga menari untuknya, bahkan mempersembahkan susu. Membacanya, saya merasa sungguh salut, sampai sekarang tidak ada satu pun Dakini yang menyanyi untuk saya. Selanjutnya, ceritakan tentang Raja Jambhala! Tahukah Anda, apa makanan kesukaan Beliau? Sirip ikan hiu! Ini tertulis dalam artikel ceramah XX, Raja Jambhala paling suka sirip ikan hiu, ketika kalian berpujana kepada Raja Jambhala, mesti mempersembahkan sirip ikan hiu, dan harus kualitas nomor satu! Sekarang mengambil sirip ikan hiu merupakan pelanggaran hukum, hiu termasuk sebagai satwa yang dilindungi, sirip dari ikan hiu. Raja Jambhala paling suka makan sirip ikan hiu? Saya tidak mengerti, Raja Jambhala ditransmisikan dari Tibet, di Tibet tidak ada laut, mereka tidak bisa melihat laut, sebab Tibet tidak terhubung dengan laut, Raja Jambhala makan apa? Paling suka makan sirip ikan hiu? Bagaimana bisa mendapatkan sirip ikan hiu? Menurut penuturan Guru saya, persembahan bukan benar-benar untuk dimakan.
◎ Demikianlah yang dikatakan oleh Guru saya mengenai sarana puja yang dipersembahkan oleh umat manusia, sebenarnya Buddha dan Bodhisattva hanya melihat ketulusan hati Anda, dan bukan benar-benar ingin memakannya; Para Dewata di surga juga tidak menginginkan makanan dunia, hanya melihat niat hati Anda.
Hantu lah yang membutuhkan makanan, semisal memberi sesaji berupa paha ayam, ia tidak akan makan kulit dan dagingnya serta menyisakan tulangnya, tidak akan menyisakan tulang untuk Anda, sebab hantu hanya menghisap hawa makanan tersebut. Ketika hantu melihat paha ayam yang telah dimasak, ia hanya menghirup hawanya, hantu lah yang minta makanan. Indah sekali yang ditulis oleh XX, apa yang ditulis olehnya? “Saya mempersembahkan secangkir arak kepada Beliau, Beliau pun meminumnya sampai habis.” Raja Jambhala meminumnya sampai habis. “Kemudian menyumpit lauk dan menyuapi-Nya.” Raja Jambhala pun memakannya. “Menyumpit sirip ikan hiu untuk-Nya.” Menyuapi dengan sirip ikan hiu berkualitas, Beliau langsung mengatakan: “Enak sekali! Enak sekali!”, terus menerus mengatakan enak! Mana mungkin? Hanya hantu yang akan mengatakan itu enak!
Jambhala Kuning minta supaya tiap kali memberi persembahan harus ada 49 jenis lauk, Raja Jambhala minta 108 jenis lauk, dan setiap lauk tidak boleh sama, dan paling suka dengan sirip ikan hiu berkualitas. Pada zaman dahulu di Tibet mana ada sirip ikan hiu? Bahkan makan ikan pun tidak, Tibet kuno sama sekali tidak makan ikan! Sebab ikan dianggap sebagai dewa, mereka menganggap ikan sebagai dewa. Sehingga di Danau Yamdrok, dan di Danau Lhamo La-tso yang merupakan danau untuk Sridevi, ikan-ikan di sana bisa hidup dengan baik, karena mereka tidak makan ikan. Semenjak orang Han masuk Tibet, karena orang Han makan ikan, maka orang Tibet juga mulai makan ikan. Pada zaman dahulu mereka tidak makan ikan, mana mungkin bisa makan sirip ikan hiu? Sutra mana yang memuat bahwa Raja Jambhala mesti makan sirip ikan hiu kualitas nomor satu? Di masa kecil saya pun tidak pernah makan sirip ikan hiu! Di bangku SMP dan perguruan tinggi sekalipun juga belum pernah makan sirip ikan hiu! Kapan saya mulai makan sirip ikan hiu? Oh! Setelah saya lulus dan mulai memberikan konsultasi fengshui, baru ada orang yang menjamu saya dengan sirip ikan hiu, setelah usia 30 tahun baru makan sirip ikan hiu. Jadi setelah saya mempelajari artikel ceramah XX, setelah diteliti, saya mendapati itu bermasalah. Sungguh!
Pada Agustus 1998, dalam artikel ceramahnya ada tertulis, Raja Jambhala paling suka makan sirip ikan hiu, diharapkan umat XX Temple setiap kali memberikan persembahan kepada Raja Jambhala harus menggunakan sirip ikan hiu kualitas nomor satu, karena Raja Jambhala bisa mengenali produk, jadi harus yang kualitas nomor satu! Ia tidak mau makan sirip ikan hiu kualitas rendah, harus yang nomor satu, apakah benar-benar dimakan? Tentu saja tidak. Kita tahu, itu hanya sebuah hawa, hantu sendiri juga tidak akan memakan bendanya dan menyisakan tulang paha ayam untuk Anda, tidak mungkin, ketika lauk dipersembahkan, seperti pada saat sembahyang rebutan, disajikan di meja juga tidak akan dimakan bendanya, itu benda berwujud, dan pasti hanya diserap hawanya. Apabila ada orang yang bisa menemukan bukti bahwa dalam sutra tercatat mengenai Raja Jambhala yang suka makan sirip ikan hiu kualitas nomor satu, maka silakan beritahu Mahaguru, saya akan mengoreksinya.
Saya beritahu Anda, Jambhala Kuning, Jambhala Merah, Raja Jambhala, Jambhala Putih, dan Jambhala apa pun, semua berada di tingkat Dewata, pasti mempunyai makanan Dewata, tidak akan menginginkan minuman anggur dunia fana milik Anda. Kenapa? Anda juga tahu, minuman anggur itu mengandung racun, anggur yang telah terkena semprotan pestisida tidak akan dicuci, sebab anggur yang telah dicuci tidak bisa dijadikan arak, dan anggur sudah pasti disemprot dengan pestisida, sebab begitu anggurnya masak, pasti burung akan memakannya, mana mungkin bisa bersisa? Pasti disemprot dengan pestisida, kemudian dikumpulkan dan diperas menjadi air, baru kemudian dijadikan arak, dan di dalam arak tersebut pasti ada pestisida. Lihatlah, Jambhala Merah dengannya adalah ‘buddy buddy’, mereka mengatakan bahwa Jambhala Merah adalah Dharmapala teragung di XX Temple, juga Raja Naga. Ada satu hari di mana Astamahanagaraja (8 Raja Naga Agung) hadir, saya mengatakan: “Menuurt XX, kalian sudah pergi ke XX Temple, untuk apa datang kemari?” Tapi Beliau semua masih datang mengadhisthana kita semua? Benar tidak? “Bukankah XX berkata bahwa kalian Astamaharajanaga sudah bersarana kepada XX.” Ah! Entah bagaimana saya harus mengatakan, singkat kata, Raja Naga masih tetap datang untuk mengadhisthana kita.
Ceramah XX benar-benar….., kepada orang-orang yang mendengar, ia memberikan hadiah yang tidak berwujud, semua hadiah yang diberikan kepada umat tidaklah berwujud, tentu saja yang tidak berwujud tidak akan kelihatan, tidak bisa diambil, tapi mereka masih saja sangat percaya! Apa yang terjadi? Dalam artikel tersebut juga tertulis, ia tidak mengerti Bahasa Jepang, Bahasa Spanyol yang kita ucapkan: “Hola Amigo!” (Apa kabar) “Te quiero mucho!” (Aku cinta kamu) ia juga tidak mengerti Bahasa Spanyol, seperti saya tidak mengerti bahasa orang Dongguan! XX aneh sekali, ia mengatakan bahwa ia tidak mengerti Bahasa Jepang yang diucapkan oleh orang Jepang, ia juga tidak mengerti Bahasa Spanyol yang diucapkan oleh orang Spanyol, tapi dia malah mengerti ucapan semua binatang, dia bisa berbicara dengan semua binatang. Aneh sekali, ucapan manusia dia tidak mengerti, tapi ucapan binatang malah mengerti, kepiting bicara, XX juga mengerti ucapan bunglon, XX bahkan bisa mengarang cerita panjang mengenai bunglon. Bagaimana dengan kepiting? Ayah dari Xu Yaqi, XX juga mengerti bahasa kepiting, benar tidak? Burung nuri, Acarya Lianzi (蓮紫上師), XX mengatakan burung nuri itu siapa Anda? Nenek Anda?! Burung nuri adalah nenek dari Acarya Lianzi. Lianxu, XX bilang, Anda siapanya bunglon? Sepertinya ada hubungan bersaudara dengan Anda. Bunglon, laba-laba, XX bisa bicara dengan mereka, XX juga bisa bicara dengan kura-kura, XX juga bisa bicara dengan lalat, kunang-kunang juga mengatakan bahwa mereka menunggu XX selama 110 ribu tahun. Sampai di gereja tua di Dominika, XX mengatakan bahwa Bunda Maria menantinya selama 500 tahun, entah untuk apa menanti dia? Dia mengunjungi gereja Katolik yang sudah tua, saya ingin menanyai dia, untuk apa menantinya selama 500 tahun? Apakah dia hendak berdana bagi gereja tersebut? Padahal tidak juga! Hanya begitu saja dan dia langsung pergi, dia juga tidak pindah agama menjadi agama Katolik, dan kenapa mesti menantinya selama 500 tahun? Inilah letak keanehannya.
Jadi gunakan otak untuk berpikir dan bisa langsung diketahui, XX tidak paham bahasa orang Jepang, padahal XX sendiri yang menuliskannya dalam artikel! Dia juga tidak mengerti ucapan orang Spanyol, benar tidak? Bagaimana sekarang? Ternyata dia bisa bicara dengan semua binatang? Gajah bicara, dia juga mengerti, gajah menantinya selama 500 tahun, dan ingin bersarana kepadanya, ulat becahaya menantinya selama 110 ribu tahun, padahal 110 ribu tahun lampau masih belum ada agama Buddha, dan kunang-kunang bisa tahu bahwa ia akan datang untuk menyeberangkan mereka, penyeberangan arwah adalah istilah dalam agama Buddha, dan 110 ribu tahun lalu belum ada agama Buddha, apa yang disebut dengan penyeberangan arwah? Jadi gunakan otak untuk berpikir.
◎ Ada tiga jenis nilai, bukankah pernah saya ulas? Yang satu adalah nilai pengetahuan, yang satu adalah nilai perbandingan, dan yang satu adalah nilai Sabda Arya, jika Anda tidak sesuai dengan ketiga logika ini, berarti Anda hanya membual!
Coba kalian cari di internet, apakah Raja Jambhala suka makan sirip ikan hiu kualitas nomor satu? Menurut saya, bisa-bisa Raja Jambhala tidak perlu lagi duduk di atas padmasana. Memberikan secangkir arak kepadanya, kemudian menyuapinya dengan sesumpit lauk! Bayangkan! Bahkan hantu pun hanya menghisap hawanya! Saya beritahu Anda, hanya hantu yang minta makanan, oleh karena itulah ada sembahyang rebutan, 108 jenis lauk yang diminta itu adalah permintaan hantu, 49 jenis lauk itu juga permintaan hantu, hantu yang menghisapnya, sebab Dewata tidak memerlukannya. Barang duniawi berbau amis, hanya manusia dan hantu yang memakannya, Dewata tidak akan makan barang dunia, hanya melihat ketulusan Anda belaka. Buah-buahan sekalipun, buah di surga luar biasa, minuman surgawi, seperti amrta, ada sangat banyak, ada berbagai macam amrta, untuk apa minum anggur beracun di dunia fana? Mengenai XX sudah selesai dibahas.
◎ Buddhadharma berdasarkan pada 3 hal, yang pertama adalah nilai pengetahuan, nilai perbandingan, dan nilai Sabda Arya, gunakan tiga nilai ini untuk mengukur XX, apakah sesuai dengan ketiga nilai ini, apabila tidak, berarti itu hanya omong kosong alias “Do, re, mi”! Sederhana sekali, bacalah artikel ceramah dia, lihatlah Bunda Prthivi menempelinya dengan: “Semua ucapan Anda dianggap sah”, apakah di dunia ini ada orang yang semua ucapannya dianggap sah? ‘Never’! Sudah pasti tidak ada, Trump Presiden Amerika Serikat juga tidak bisa, apakah semua ucapan dia dianggap sah? Kim Jong-un dari Korea Utara tidak akan terima, kenapa bisa semua ucapan dianggap sah? Siuu… Bunda Prthivi menempelkan secarik: “Semua ucapan Anda dianggap sah”? Saya sendiri juga tidak terima! Semua ucapan Anda dianggap sah? Mana ada yang seperti Anda, semua ucapannya dianggap sah? Melihat ceramah Anda, saya sendiri juga tidak terima! Kenapa semua ucapan Anda dianggap sah? Justru ucapan Anda yang tidak sah! “Semua ucapan Anda tidak sah!” inilah yang sebenarnya diberikan oleh Bunda Prthivi kepada Anda, hanya kurang satu kata, saya tambahkan satu kata: “Tidak.”
◎ Di muka bumi ini tidak ada orang yang semua ucapannya dianggap sah, bahkan Bunda Prthivi sendiri juga tidak bisa seenaknya berucap, di atas Bunda Prthivi masih ada Kaisar Giok atau Dewa Indra, Dewa Indra juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab Beliau bukan Mahabrahma, Beliau berada di tingkat Surga Trayastrimsa.
Di atas surga kamadhatu dan surga rupadhatu, masih ada surga arupadhatu, para Dewata surga arupadhatu juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab di atasnya masih ada Pratyekabuddha, Arahat, Pratyekabuddha dan Arahat juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab di atasnya masih ada Bodhisattva, Bodhisattva juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab di atasnya masih ada Buddha, Buddha juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab di atas Buddha bhumi ke-11 masih ada Vairocana Buddha bhumi ke-13, Vairocana Buddha juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab di atasnya masih ada Adharma Buddha atau Adi Buddha bhumi ke-16, Adi Buddha juga tidak bisa seenaknya berucap, sebab Adi Buddha tidak mencampuri segala urusan. Apabila dibandingkan secara bertingkat, bahkan Bodhisattva sekalipun juga tidak bisa seenaknya berucap.
Dahulu Avalokitesvara Bodhisattva menyangka telah menyeberangkan banyak insan, namun begitu mengamatinya lagi, hah? Para insan tidak bertambah satu pun, juga tidak berkurang satu pun, prasetia-Nya telah rusak, tidak lagi menyeberangkan insan; Begitu berhenti menyeberangkan insan, karena dahulu telah berikrar, maka kepala merekah menjadi delapan bagian, sekujur tubuh hancur berkeping-keping, dan Amitabha Buddha pun langsung datang untuk menyusun kembali tubuh-Nya, menjapa mantra, dan menghembuskan prana, Ia pun menjadi Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara Bodhisattva. Avalokitesvara Bodhisattva juga demikian, tidak bisa seenaknya berucap. Tidak bisa seenaknya sendiri, ada juga keluputannya, semua mengetahui kisah ini. Benar tidak? Aneh sekali, banyak orang yang percaya bahwa semua ucapan XX dianggap sah, aneh! Tidak sesuai dengan logika. Tidak sesuai dengan nilai pengetahuan, tidak bisa dibandingkan juga, apabila semua ucapan Anda dianggap sah, berarti Allah pun kalah dengan Anda! Benar tidak? Tuhan pun kalah dengan Anda? Buddha kalah dengan Anda?! Semua kalah dengan Anda! Mahaguru juga bukan lagi Mahaguru!
Ceritakan beberapa lelucon! Beberapa hari yang lalu, kami mengadakan reuni teman sekelas yang sudah 20 tahun tidak pernah berjumpa, semua orang mengalami perubahan besar, sebagian besar telah menikah dan punya anak. Sepulangnya, saya menceritakannya kepada suami: “Suamiku, tahukah kamu? Bunga kelas kami dahulu, sampai saat ini belum menikah, tapi orang yang tidak begitu cantik seperti aku ini, malah menikah paling awal.” Akhirnya, bagaimana tanggapan sang suami? “Biasanya barang diskonan akan lebih cepat laku.” Yang biasa-biasa saja malah lebih cepat menikah, yang terlalu rupawan malah sukar menikah. Pada saat akhir pekan, saya meminjam mobil teman untuk pergi bertamasya, akhirnya di jalan berjumpa dengan istri teman, sekalian memberinya tumpangan. Tiba-tiba, berpapasan dengan polisi yang sedang melakukan pemeriksaan, pak polisi bertanya: “Ini mobil Anda?” Saya menjawab: “Punya teman.” , “Yang di dalam mobil itu istri Anda?” Saya juga menjawab: “Punya teman juga.” Pak polisi menghela napas: “Teman Anda benar-benar baik.” Pinjam mobil dan mengangkut istri teman. Suatu hari, Xiaobao pulang ke rumah dengan wajah babak belur, “Hari ini berkelahi dengan siapa?” Mama memarahinya: “Pagi tadi sudah diberitahu, kalau kamu marah, harus hitung dari 1 sampai 50, harus belajar bersabar!” Xiaobao menjawab: “Tapi Xiaoyang diajari oleh ibunya untuk menghitung sampai 25 saja.” Akhirnya Xiaobao dipukul. Karena Xiaoyang cukup menghitung sampai 25 saja, sedangkan dia sendiri mesti hitung sampai 50. Apa artinya? Ini adalah nilai perbandingan, secara ilmu logika, ini adalah nilai perbandingan, ilmu logika adalah nilai perbandingan, apakah sesuatu sesuai dengan logika atau tidak? Ini adalah nilai perbandingan.
Istri mengatakan: “Akhir-akhir ini makin tua, celah gigi makin lebar, bagaimana ini? Jika makin tua, bukankah akan lebih lebar?” Celah antara gigi kita akan semakin lebar seiring bertambahnya usia kita. Suaminya menjawab: “Tidak akan, percaya saja, kelak saat kamu tua, bahkan gigi pun sudah tidak ada.” Apa ini? Ini adalah nilai perbandingan, sekaligus juga nilai pengetahuan. Hidup ini baru dimulai saat usia 70 tahun, dengan kata lain, pada usia 70 tahun giginya mulai lepas, sebuah lelucon yang sangat menarik. Si A bertanya kepada Si B: “Aku ingin tanya sesuatu, apa kamu bisa menyimpan rahasia ini?” Si B menjawab: “Bisa, aku bisa menyimpan rahasia untukmu.” Si A mengatakan: “Akhir-akhir ini aku sedang bokek, aku boleh pinjam uang kamu?” Si B menjawab: “Jangan khawatir, aku anggap tidak dengar.”
◎ Kita hidup di dunia ini, mesti punya kebijaksanaan, mesti tahu nilai pengetahuan, yaitu pengetahuan di dunia, di dunia ini ada banyak pengetahuan, dan Anda mesti mengetahui pengetahuan-pengetahuan tersebut. Yang kedua, Anda mesti tahu hetuvidya, dalam Tantra disebut sebagai hetuvidya, yaitu logika, gunakan logika untuk memandang suatu hal, dan Anda akan memperoleh Pratyaveksanajnana. Karena memiliki Pratyaveksanajnana, Mahaguru langsung mengetahui bahwa XX sedang berbohong, sebab saya tahu nilai pengetahuan, nilai perbandingan, tahu logika, dan tahu nilai Sabda Arya.
Sabda Arya adalah tuturan dari Shakyamuni Buddha, tuturan dari para Arya, yang sesuai dengan Sabda Arya, seperti yang dituturkan oleh Sang Buddha: “Segala sesuatu yang berkondisi tidaklah kekal (anitya), sarvadharma tanpa inti (anatman), Santam Nirvanam.” Ini adalah nilai Sabda Arya. Mesti sesuai dengan tiga karakteristik umum, apa karakteristik yang keempat? “Segala sesuatu adalah duhkha”, ini merupakan nilai Sabda Arya, yaitu: “Segala sesuatu yang berkondisi tidaklah kekal (anitya), sarvadharma tanpa inti (anatman), Santam Nirvanam.” Ini adalah Sabda Arya, mengetahui segala sesuatu adalah duhkha, semua yang sesuai dengan nilai Sabda Arya adalah Buddhadharma, tentu saja yang tidak sesuai dengan nilai Sabda Arya juga termasuk Dharma, akan tetapi sudah menyimpang. Jadi ketika Anda tahu bahwa XX Temple telah mempersemayamkan Pasukan XX, dan mempersemayamkan 5 ketua hantu, Anda pun tahu bahwa ia telah menyimpang, tidak sesuai dengan empat karakteristik umum yang dibabarkan oleh Sang Buddha. Dengan demikian Anda semua dapat memahami, apa itu Buddhadharma, apa itu non-dharma, dengan demikian Anda semua bisa membandingkannya.
Om Mani Padme Hum.