2015-07-11 Trini Anasravani : Sila Samadhi dan Prajna


Ceramah Sadhana Dzogchen ke 154 oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu pada Puja Bakti Bersama Sadhana Yidam Bhaisajyaguru Buddha, Sabtu 11 Juli 2015 di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple


Sembah puja pada Para Guru Silsilah, sembah pujapada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Dezhung, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja padaTriratna Mandala, sembah puja pada yidam puja bakti bersama hari ini :Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata dari Vaiduryaloka di Timur.

Gurudara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, Ketua Vihara, para umat Se-dharma, dan umat Se-dharma yang menyaksikan melalui internet, selamat malam semuanya. Tamu agung yang hadir hari ini antara lain : Sdri. Judy, Istri dari Dubes Daniel T.C. Liao Sekretaris Jenderal Coordinating Committee for North American Affairs.  Akuntan True Buddha Foundation : Sdri. Teresa. Produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Taiwan : Sdri. Xu Ya-qi. Para saudari Se-dharma Tim Tari Pujana Yang-guang Taiwan dan sdri. Su Guo-ying dari Hong Kong, Pengusaha Kehormatan Hong Kong : Dato Lei Feng-yi dan keluarga. dr. Lin Shu-hua, Penasihat Hukum TBF : Pengacara Zhou Hui-fang. Selamat malam semua ! Apa kabar semua ! ( Bahasa Mandarin ) Apa kabar ! Apa kabar semua ! ( Bahasa Kanton ) Wu-gai ! Wu-gai-shai ! ( Bahasa Kanton : Terima kasih semuanya )

Hari ini adalah puja baktibersama Sadhana Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata. Kebanyakan berpendapat,dalam Buddhisme ada Pancadhyani Buddha, Aksobhya Tathagata di sebelah Timur,Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata juga di Timur, menurut kalangan agamaBuddha keduanya adalah adinata yang sama hanya berbeda nama, berbeda sebutan,oleh karena itu Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata sama dengan AksobhyaTathagata. 

Ada satu adinata yang sangat unik,  yaitu Vajrasattva, Ia adalah patriark tantrayana, mulai dari Adharma Buddha, Pancadhyani Buddha, kemudian Putra Hati dari Pancadhyani Buddha adalah Vajrasattva. Dalam agama Buddha, Vajrasattva sangat sukar didefinisikan, sesungguhnya Ia adalah manifestasi Bodhisattva yang mana ? Dulu dalam sutrayana ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa Vajrasattva adalah manifestasi dari Mahastamaprapta Bodhisattva. Selain itu, ada juga pendapat bahwa Vajrasattva merupakan manifestasi dari Samantabhadra Bodhisattva. Samantabhadra Bodhisattva dan Samantabhadra Tathagata tidaklah sama, Samantabhadra Tathagata adalah AdiBuddha atau Adharma Buddha, maka Samantabhadra Bodhisattva tidak sama dengan Samantabhadra Tathagata. Ada satu pendapat lagi, menurut Nyingmapa, Vajrasattva merupakan manifestasi dari Aksobhya Tathagata. Aksobhya Buddha adalah BuddhaTak Tergoyahkan, Aksobhya Buddha adalah Vajrasattva, ini merupakan pendapatlain lagi. Oleh karena itu Buddha Bodhisattva dalam agama Buddha sangat sukar ditetapkan, ada kalanya asal usul dan akar dari beberapa Buddha Bodhisattvasangatlah rumit, Aksobhya Buddha adalah Bhaisajyaguru Buddha, Aksobhya Buddhajuga adalah Vajrasattva, juga adalah Buddha Tak Tergoyahkan. Wah ! Sangat rumit. 

Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata sendiri memiliki ikrar, Ia rela mengangkat derita sakit-penyakit para insan. Dulu pernah saya ceritakan perihal perjumpaan saya dengan Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata, pengelihatan yang sangat jelas itu terjadi saat pergi ke Korea. Sudah lama sekali, saat itu saya bernamaskara kepada rupang Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata yang berdiri dan sangat tinggi, dan saat dalam perjalanan kembali, saya menyaksikan Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata, juga Suryaprabha Bodhisattva, Candraprabha Bodhisattva, Bhaisajyaraja Bodhisattva, Bhaisajyasamudgata Bodhisattva dan 12 Yaksadevasenapati, semua merupakan parivar dari Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata. Saat itu saya sedang mengalami sedikit masalah kesehatan, tidak hanya sedikit, seharusnya sangat parah, kelenjar endokrin sekujur tubuh hampirsepenuhnya mengalami disfungsi.  Setelah saya menyaksikan kehadiran Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata, di dalam mobil saya mengatakan : "Penyakit saya ini akan sembuh". Parahnya sakit saat itu seperti ini, saat membengkokkan pinggang untuk mengenakan sepatu, pandangan mata langsung gelap, seperti mau pingsan. Kondisi saat itu sangat berat. Namun setelah melihat Bhaisajyaguruvaiduryaprabha Tathagata memancarkan cahaya, Suryaprabha Bodhisattva, Candraprabha Bodhisattva, Bhaisayaraja Bodhisattva, Bhaisajyasamudgata Bodhisattva dan 12 Yaksadevasenapati semua memancarkan cahaya, karena Bhaisajyaguru Tathagata telah menampakkan diri, sudah pasti akan manjur, ternyata saya tersembuhkan, sehat kembali. Ini semua berkat salah satu ikrar dari Bhaisajyaguru Buddha, bertekad mengangkat derita sakit-penyakit di dunia, Ia ingin menolong semua insan dari derita sakit-penyakit. Karena Ia telah menampakkan diri, maka saya bisatenang, Bodhisattva pasti melindungi. Inilah jodoh antara saya dengan Bhaisajyaguru Tathagata.

Hari ini kembali mengulas Maha-ati Tantrayana. Adharma Buddha mentransmisikan dua metode yang sangat penting, yang pertama ditransmisikan adalah Sadhana Mahamudra, di masa lampau, karena tersiar didekat Sungai Ganga di India, maka disebut sebagai Ganga Mahamudra, kemudian orang-orang mengubahnya menjadi sangat banyak mudra, hanya berbeda nama, namun sumbernya adalah Ganga Mahamudra.


Adharma Buddha mentransmisikan Sadhana Mahamudra, terlebih dahulu ditransmisikan kepada seorang Bodhisattva, yaitu Ratnamatikumara, inilah patriark dari Mahamudra. Semua tahu bahwa Ratnamatikumara dan Ratnasamudgatakumara adalah Padmakumara, oleh karena itu Padmakumara adalah patriark ke-2 dari Sadhana Mahamudra, juga merupakan patriark transmisi perdana. Yang pertama adalah Adharma Buddha, yang kedua adalah Padmakumara. 

Dulu saya pernah menulis : "Anuttaratantra dan Mahamudra" dan "Petunjuk dan Tujuan Mahamudra", merupakan buku yang ditulis sekitar dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu, sepertinya buku yang kelima puluh sekian. Saat ini saya telah menulis buku yang ke-250, pada saat menulis buku yang kelima puluh sekian, telah muncul "Anuttaratantra dan Mahamudra" dan "Petunjuk dan Tujuan Mahamudra".

Saat ini saya mengulas Sadhana Dzogchen, bagaimana asalnya Sadhana Dzogchen ? Dulu saya telah membabarkan silsilah Sadhana Dzogchen, ada beberapa patriark, sumber transmisi adalah Adharma Buddha, seharusnya Sadhana Dzogchen lebih sempurna, sebuah sistem yang lebih lengkap, bahkan juga mencakupi Sadhana Mahamudra. Ada yang membandingkan antara Mahamudra dengan Dzogchen, akhirnya Sadhana Dzogchen lebih unggul daripada Sadhana Mahamudra, ini menurut saya.

Berikut merupakan patriark dari Sadhana Dzogchen, Shri Singha mentransmisikan kepada Guru Padmasambhava, Shri Singha mentransmisikan kepada Vairotsana, yang satu adalah Khandro Nyingthig, dan yang satunya adalah Vima Nyingthig, kemudian keduanya disatukan menjadi Ajaran Patriark Longchenpa ( Nyingthig Yabshi ). 
    
Setelah Guru Padmasambhava memperoleh Sadhana Dzogchen, kemudian Ia mentransmisikan kepada dua orang, yang terutama adalah kepada Vidyarajni Yeshe Tsogyal, selain itu ditransmisikan juga kepada Raja Trisong Deutsen. Siapakah Raja Trisong Deutsen ? Tentu saja Guru Padmasambhava adalah Padmakumara, sebabIa bermanifestasi dari sekuntum padma, maka tentu saja Ia adalah Padmakumara. Jadi, siapakah Raja Trisong Deutsen ? Dulu saya telah mengungkapkannya, oleh karena itulah Sadhana Dzogchen dan Sadhana Mahamudra berada dalam batin saya.

Kembali mengulas Maha Ati Tantrayana, saya bacakan satu paragraf : "Dalam sila, samadhi dan Prajna, sila bertujuan untuk menghentikan perbuatan buruk, samadhi bertujuan untuk mengonsentrasikan batin, Prajna adalah menghancurkan ilusi dan merealisasi Kesejatian. Secara sederhana, menaati sila dapat memurnikan batin hingga akhirnya batin tenang, batin yang tenang dapat memperoleh samadhi, dari samadhi dapat mengamati dengan jelas hingga menghasilkan Prajna. Dalam Sila-samadhi-prajna-vimuktijnanadarsana dijelaskan : 'Yang pertama adalah sila, yang kedua adalah samadhi, yang ketiga adalah Prajna, yang keempat adalah vimukti ( pembebasan ) dan yang kelima adalah vimuktijnanadarsana ( Pandangan Kebijaksanaan ), kelimanya ini disebut sebagai Lima Bagian Dharmakaya. Sila mencegah perbuatan jahat, samadhi supaya batin tidak kacau, Prajna menghancurkan ilusi dan merealisasi Kesejatian, vimukti terbebas dari segala ikatan dan merealisasi Nirvana, vimuktijnanadarsana merupakan Prajna yang bangkit dari Nirvana'. Ketiganya ini disebut sebagai Trini-anasravani".

Ini membahas sila, samadhi dan Prajna. Dalam Sadhana Mahamudra juga dibahas mengenai empat tahapan, tahapan pertama disebut Ekagra-yoga, inilah yang dikatakan oleh Sang Buddha : "Dengan konsentrasi,tiada suatu apapun yang tidak dapat terlaksana.", inilah konsentrasi. Yang kedua disebut : Nisprapancha-yoga, meninggalkan segala permainan, keduniawian adalah sebuah permainan. Anak-anak jaman sekarang suka bermain game, begitu menggandrungi sebuah permainan, mereka sangat sukar untuk keluar. Pada dasarnya dunia ini juga sebuah permainan, begitu Anda masuk ke dalam permainan, Anda juga tidak dapat membebaskan diri. Anak-anak bermain mobil-mobilan, sedangkan orang dewasa mengendarai mobil sungguhan, semuanya terpikat. Begitu melihat mobil-mobilan, anak-anak akan langsung terpikat, mereka terpikat oleh mainan. Orang dewasa juga terpikat oleh mobil, sangat parah, banyak orang yang menggandrungi mobil, menggandrungi mobil sport, mobil Lamborghini, Ferrari, mobil ini dan itu, sesungguhnya semua sedang teperdaya ! Apalagi yang memperdayai orang dewasa ? Mereka teperdaya oleh takhta, uang, kerupawanan, semuanya teperdaya ! Anda memarahi anak : "Kamu ini jangan berlebihan menggandrungi sesuatu !" Sesungguhnya orang dewasa juga menggandrungi sesuatu, bagaimana tidak ? Sama saja dengan anak-anak ! Semua sedang bermain, inilah tahapan kedua dari Sadhana Mahamudra, yaitu meninggalkan permainan, Nisprapancha-yoga.

Tahapan ketiga disebut Samarasa-yoga, apa itu samarasa ? Anda dan yidam adalah samarasa, telah mencapai samarasa, tiap insan terlihat sebagai yidam, saya memandang kediaman saya sebagai Ksetra-parisuddhi, semua teman saya adalah Bodhisattva, saya sendiri juga adalah Bodhisattva, semua suara yang saya dengar adalah suara mantra, lagu yang saya nyanyikan adalah lagu spiritual, saya berjalan bagaikan melangkah di atas padma, saat saya tidur, saya tidur di Buddha-ksetra. Saat itu muncul fenomena samarasa, oleh karena itu disebut sebagai Samarasa-yoga, merupakan tahapan ketiga dalam Sadhana Mahamudra. 

Tahapan keempat disebut Abhavana-yoga, saat itutidak perlu lagi bersadhana, tidak bersadhana adalah bersadhana, bersadhana juga adalah tidak bersadhana. Tentu saja Abhavana-yoga ini sangat sukar diuraikan, namun saya telah mengatakan kepada Anda semua : "Berakhirnya kata-kata dan pemikiran.", saat telah mencapai tahapan tersebut, tidak perlu mengatakan apapun, juga tidak perlu memikirkan apapun, inilah tingkatan Abhavana-yoga.


Empat tingkatan Sadhana Mahamudra, yang pertama adalah Ekagra-yoga, yang kedua adalah Nisprapancha-yoga, yang ketiga adalah Samarasa-yoga dan yang keempat adalah Abhavana-yoga, keempat tingkatan ini ada dalam sila, samadhi dan Prajna.

Untuk apakah sila ? Yaitu supaya Anda 'Menjaga Yang Tunggal', Anda harus menaati sila ! Supaya batin Anda benar-benar bersarana. Bagaimana dengan samadhi ? Satu hati berarti konsentrasi tak terpecah, kemudian melalui konsentrasi penuh timbullah Prajna, inilah Prajna. Dengan adanya Prajna, maka Anda dapat mencapai vimukti ( pembebasan ), vimuktisama dengan apa ? Yaitu Nisprapancha-yoga, makna dari vimukti-darsana adalah Anda tahu bagaimana mencapai vimukti, berarti berada dalam Samarasa. "Kelimanya ini disebut sebagai Lima Bagian Dharmakaya." , "Sila, samadhi dan Prajna adalah Trini-anasravani". Sila adalah Ekagra-yoga, samadhi berarti bertapa, Nisprapancha-yoga adalah memasuki pegunungan, dengan demikian barulah dapat mencapai samadhi. Samarasa-yoga berarti telah mencapai vimukti. Abhavana-yoga adalah Anda telah mencapai Bodhi. Keseluruhan ada empat tahapan, semua berhubungan dengan sila, samadhi dan Prajna.

Kita semua dalam menekuni Buddhisme telah menerima sila, seperti pancasila, Bodhisattvasila. Kita Zhen Fo Zong luar biasa, langsung menerima Bodhisattvasila, sesungguhnya Bodhisattva sila adalah silayang sangat tinggi. Lihatlah, bhiksu/ni menerima tiga sila, Tiga Kali Penerimaan Sila Agung, didalamnya termasuk pancasila, Bodhisattva sila dan sila bhiksu/ni. Kita Zhen Fo Zong langsung menerima Bodhisattva sila, sangat banyak orang yang telah menerimanya, sedangkan yang benar-benar mampu menaatinya tidak dapat dipastikan. Bhiksu/ni memiliki lebih banyak sila, sila sangatlah penting. Untuk apakah sila ? Yaitu untuk konsentrasi ! Anda harus berkonsentrasi ! Inilah Ekagra-yoga. 

Saya ceritakan sebuah lelucon, ada seorang gadis yang sangat berbakti kepada ibunya, dia mengatakan : "Ibu, saya belikan alat penghisap debu ! Supaya Anda tidak perlu lagi membengkokkan pinggang menyapu lantai". Ibunya menjawab : "Tidak usah ! Buang-buang duit". Ibunya sangat hemat. Putrinya : "Saya belikan mesin cuci piring saja, supaya dapat menghemat waktu". Ibunya menjawab : "Tidak usah ! Buang-buang duit". Putrinya: "Jadi apa yang ibu inginkan ?" Ibunya berkata : "Saya tidak menginginkan apapun, ayahmu bisa melakukan itu semua". Si ibu tidak perlu melakukan apapun, semua dilakukan oleh ayahnya, ternyata cukup berat menjadi seorang ayah. Mahaguru juga bisa mengerjakan itu semua, Gurudara juga bisa, Gurudara lebih berat daripada saya, namun dalam melakukan segala sesuatu saya sangat konsentrasi. Hari ini saya berkata kepada seorang bhiksuni : "Apakah Anda melafal Sutra Raja Agung setiap hari ?" Dia menjawab : "Tidak". Saya bertanya lagi : "Apakah Anda melakukan mahanamaskara setiap hari ?" Dia juga mengatakan : "Tidak.", dia tidak setiap hari melakukannya. Saya bertanya lagi : "Apakah Anda setiap hari bersadhana ?" Bhiksuni itu menjawab : "Saya juga tidak setiap hari bersadhana".

Saya mengatakan : "Guru Anda ini, setiap hari melakukan mahanamaskara dua ratus kali ! Guru Anda ini, setiap hari harus melafal Sutra Raja Agung, selama ini tidak pernah berhenti ! Guru Anda ini, setiap hari bersadhana, tidak pernah berhenti !" Empat puluh tahun bagaikan sehari ( konsisten ), siapakah yang dapat menyamai saya ? Selama empat puluh tahun saya tidak pernah bolos bersadhana, tidak pernah berhenti. Entah sudah berapa banyak pelafalan Sutra Raja Agung, entah sudah berapa banyak mahanamaskara, entah sudah berapa banyak mahapujana, entah sudah berapa banyak dana amrta, setiap hari melakukannya dan tidak pernah berhenti, demikian pula dengan sadhana, pelatihan prana juga tidak pernah berhenti, mereguk Air Surgawi juga tidak pernah berhenti, tidak pernah bolos. Bahkan Guru harus demikian, wahai para siswa, ternyata seorang bhiksuni tidak meneladani saya, tidak tekun melafal Sutra Raja Agung, tidak melakukan mahanamaskara, bagaimana mungkin dapat mencapai keberhasilan ? Oleh karena itu sudah sepatutnya siswa bertobat. Bahkan Guru melakukannya, apa yang dilakukan oleh siswa ? Apakah Anda melakukan mahanamaskara setiap hari ? Apakah Catur-prayoga telah paripurna ? Apa itu Catur-prayoga ? Mahanamaskara, melafal Mantra Catur-sarana : "Namo Gulubei. Namo Budaye. Namo Damoye. Namo Shengjiaye". Apakah sudah melakukannya ? Pelafalan Mantra Catur-sarana supaya sradha Anda kokoh ! Tapi Anda tidak melaksanakannya. Apakah Anda telah menyempurnakan mahanamaskara ? Anda tidak melaksanakannya. Apakah Anda telah menyempurnakan mahapujana ? Anda tidak melaksanakannya. Mahaguru melakukannya setiap hari, apakah Anda telah melakukan dana amrta ? Setiap hari harus melakukannya. Apakah Anda telah menyempurnakan Sadhana Pertobatan ? Satu kata : "Malas !" sungguh malas !

Saya bahkan melakukannya hingga tidak cukup waktu, tidak ada waktu untuk bersantai, inilah mengapa kita harus : "Konsentrasi Tunggal !" Anda harus melakukannya ! Bahkan Catur-prayoga Anda belum sempurna ? Apakah Anda telah membangkitkan Bodhicitta ? Bahkan Anda tidak mampu menolong diri sendiri, tapi hendak menolong orang lain ? Anda adalah seorang Pembabar Dharma, bhiksu/ni adalah Pembabar Dharma ! Bahkan untuk menolong diri sendiri saja Anda tidak sanggup, bagaimana menolong orang lain ? Oleh karena itu sudah sepatutnya malu. Seharusnya seperti semangat Mahaguru dalam menulis, setiap hari menulis. Coba Anda tanya Gurudara, apakah pernah satu hari saya tidak menulis ? Sangat mendesak ! Terus menulis dan menulis, menulis hingga berkeringat, mengapa ? Celaka, saya harus mencari data, waktunya sudah tidak cukup lagi, masih harus mencari data, harus menulis, ada kalanya satu data memerlukan waktu sangat lama. Apalagi saya tidak bisa menggunakan komputer, hanya bisa mencari dari buku ! Ada kalanya lupa, jadi harus mencari data, data harus ditulis dengan lengkap ! Setiap hari menulis, mana ada bolos sehari ? Sejak SMA menulis hingga saat ini, demikianlah 250 buku ditulis, demikianlah penekunan bhavana selama empat puluh sekian tahun. Mana ada yang gampang ! Harus menaati sila !


Menaati sila adalah mengendalikan batin ! Mengendalikan tubuh Anda. Jika hendak meninggalkan kehidupan duniawi, berarti yang harus Anda lakukan adalah bhavana ! Bhiksu/ni dikatakan meninggalkan keduniawian, maka Anda harus mengendalikan tubuh Anda, jangan sampai bermalasan, tubuh tidak boleh bermalasan, harus tekun sebaik-baiknya, menekuni bhavana sebaik-baiknya. Dalam tiap bagian Sad-paramita, semua mencakup virya ( ketekunan ), berdana juga perlu ketekunan, dhyana juga perlu ketekunan, ksanti ( kesabaran ) juga perlu ketekunan, Prajna juga perlu ketekunan. Menaati sila juga perlu ketekunan, semua perlu ketekunan.

Ceritakan sebuah lelucon, mama melihat putrinya sedang menangis, ia menggodanya : "Jangan menangis, jika terus menangis wajah yang cantik bisa jadi jelek !" Putrinya mendengar, segera berhenti menangis. Dengan bingung dia menatap mama dan mengatakan : "Berarti masa kecil mama sangat suka menangis ?" Si putri melihat mama telah tua, nampak lebih jelek. Sebenarnya menjadi ibu tidaklah mudah, ia melakukan banyak hal sampai kelelahan, menjadi lebih jelek, semua demi anak-anaknya. Sesungguhnya juga sedang melakukan Menjaga Yang Tunggal, ia menjaga putra-putrinya, ini juga sangat berat. Seorang ibu mengharapkan supaya anaknya dapat berhasil. Sekarang Mahaguru telah tua, saya juga berharap semoga tiap umat dapat mencapai keberhasilan, tidak hanya para bhiksu/ni, mereka tentu saja harus menaati sila kebhiksuan, para umat perumah tangga juga harus menaati Bodhisattvasila. Saya telah tua, saya juga berharap semua siswa berhasil. Anda harus meneladani saya! Setiap hari saya menulis, setiap hari bersadhana, tidak pernah berhenti. Saat harus pergi lebih pagi, ada kalanya saya tidak sempat lagi untuk bersadhana, begitu naik ke mobil Acarya De-hui, saya langsung bersadhana, bervisualisasidan menjapa mantra. Sempat beberapa waktu saat di dalam mobil, saya sangat tenang, terus bersadhana, saya tidak pernah berhenti bersadhana. Saat berwisata, di atas pesawat saya juga bersadhana. Jangan dikira saat dalam perjalanan wisata di atas pesawat tidak perlu bersadhana, bukan demikian, harus tetap bersadhana. Sekalipun saya pergi 'vacation', misalnya pergi ke Jepang, ke Eropa, atau ke mana pun, begitu bangun di pagi hari langsung melakukankewajiban bersadhana, usai bersadhana barulah keluar untuk sarapan bersama. Mana pernah berhenti satu hari ? Saya memberi teladan kepada semuanya.

Ceritakan sebuah lelucon lagi, seorang pria mengatakan kepada seorang wanita : "Apabila kekurangan uang, kamu beritahu saya". Wah ! Wanita itu merasa si pria sangat baik, jika kekurangan uang cukup mencari pacar, si pria mengatakan : "Saya sering kekurangan uang, jadi saya bisa mengajari kamu bagaimana melalui masa-masa kekurangan uang.", Mahaguru mengajari Anda semua, apapun yang saya punya semua diajarkan kepada kalian. Saya mengajari kalian bagaimana bersadhana, apa yang kurang dari Anda, maka saya mengajari cara menggenapinya, ini sangat penting. Kita sadhaka tidak boleh malas, harus mengenyahkan kata 'malas' ini. 

Gurudara tidak pernah bermalasan, dia sangat tekun. Saya juga demikian, tidak pernah bermalasan, saya selalu mencari hal bermanfaat yang bisa dilakukan. Saat Anda mempunyai waktu luang, maka lakukan meditasi. Begitu ada waktu luang, langsung lakukan latihan prana ! Waktu luang yang ada harus dimanfaatkan untuk bhavana. Terlebih saat ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Ada sebuah lelucon, "Kami sekeluarga telah berunding untuk memelihara seekor babi". Dulu saya pernah memelihara babi, juga pernah memelihara ayam. "Tapi masih harus mempersiapkan pekerjaan tiap bagian, harus memilih satu orang yang bertanggung jawab memberi makan babi setiap harinya, perlu satu orang untuk membersihkan kandang babi". Memang benar ! Dulusaat saya memelihara babi, kandang babi sangat kotor, harus disiram air, harus disapu. "Perlu satu orang yang bertanggung jawab memandikan babi setiap hari". Babi jaman sekarang luar biasa, ada yang memandikan, dulu kami tidak pernah memandikan babi, jaman dulu lebih malas, hanya menggunakan selang untuk menyemprotkan air kepada babi. "Perlu memilih satu orang yang bertanggung jawab menemani babi bermain-main setiap hari". Ini sudah keterlaluan, masih perlu menemaninya main, babi sudah menjadi hewan peliharaan. "Seluruh keluarga menanyai putri bungsu : 'Kamu yang paling kecil, kamu boleh memilih tugas terlebih dahulu'. Tanpa banyak pikir lagi putri bungsu itu menjawab : 'Lebih baik saya jadi babinya saja'." Menjadi babi terlampau malas. Kita harus tekun seperti apa ? Dalam Catatan Perjalanan ke Barat, seharusnya Sun Go Kong yang paling tekun, Ti Pat Kay yang paling malas, sedangkan Sa Ceng biasa-biasa saja, Tong Sam Cong tidak bisa apa-apa, dia hanya mengandalkan murid-muridnya.

Sun Go Kong melambangkan kebencian, 'dosa' di antara lobha, 'dosa' dan moha, sebab dia lebih mudah emosi. Ti Pat Kay melambangkan keserakahan, sedangkan Sa Ceng melambangkan kebodohan batin, dia lebih bodoh, bagaimana dengan kuda putih yang dikendarai Tong Sam Cong ? "Batin bagaikan monyet lincah, pikiran bagaikan kuda berlari.", batin monyet lincah adalah Sun Go Kong, sedangkan pikiran kuda adalah kuda putih, para tokoh Catatan Perjalanan ke Barat semua melambangkan lobha, dosa, moha dan batin monyet lincah serta pikiran kuda, ditambah dengan Tong Sam Cong yang tidak berdaya.

Sun Go Kong yang mudah marah, Ti Pat Kay yang sangat malas, Sa Ceng yang bodoh, ditambah pikiran kuda, juga Tong Sam Cong yang tidak berdaya, demikianlah mereka pergi untuk mengambil sutra. Oleh karena itu kita harus memerhatikannya, kita harus menyingkirkan semua kebiasaan yang buruk, dengan demikian barulah bhavana kita akan bermanfaat.

Membahas perihal sila dan samadhi, seorang suami berjanji kepada istrinya untuk berhenti merokok : "Jika saya berani merokok satu batang saja, maka hukumlah saya tidur di sofa selama tiga hari". Keesokan harinya, istri menjumpai suaminya merokok, maka si suami harus tidur di sofa selama tiga hari. Pada hari keempat, istri mendapati suaminya merokok lagi, maka si suami harus tidur di sofa selama tiga hari, sebulan kemudian, akhirnya si istri tidak tahan lagi, di malam hari dia langsung membuka selimut dan berteriak : "Kamu sama sekali tidak pantang merokok ! Kamu ini sedang pantang berhubungan badan !" Dalam lelucon ini ada sila dan ada samadhi. Suami itu sama sekali tidak stabil ! Tidak bisa tenang, tidak bisa berpantang, orang dewasa tidak sanggup berpantang pada banyak hal, tidak dapat menaati sila ! Ada sebagian orang yang gemar berjudi, begitu menggandrungi judi, luar biasa, ia akan sering ke tempat perjudian, ini sangat sukar dihentikan.


Kita mempunyai sebuah fu, ada sebuah payung pusaka, di dalamnya ada : "Batin sesat dan pikiran mengembara." , maksudnya adalah menenangkan batin dan pikiran yang suka mengembara, ini mengenai ketenangan. Ada sebuah fu, terdapat payung pusaka, yaitu fu untuk berhenti judi. Namun ada kalanya fu berhenti judi juga bisa kehilangan keampuhan, mengapa demikian ? Sebab hasrat berjudinya terlampau kuat, setiap hari harus berjudi, tiap hari begitu waktunya tiba dia selaluingin ke tempat perjudian, judi sangat sukar dihentikan. Orang Taiwan suka bermain kartu empat warna, 10 hu, apakah Anda tahu ? kartu empat warna, kartunya tipis dan panjang, mirip catur xiangqi, jiang, shi, xiang, che, ma, pao, jiang, shi, xiang, berarti permainan 10 hu. Dulu ibu saya pernah menceritakan sebuah peristiwa, ada orang yang kecanduan bermain kartu empat warna, pada akhirnya dia memotong jari-jarinya, dia mengatakan : "Saya harus berhenti berjudi !" maka ia memotong satu ruas atas jari-jarinya, menurut Anda apakah dia telah berhenti berjudi ? Belum ! Dia meletakkan sebuah pendupaan didepannya, kemudian mengambil kartu empat warna dan menancapkan di atas pendupaan, dia tetap berjudi. Lihatlah , betapa sukarnya berhenti judi ! Sungguh sangat sukar dihentikan !

Ibu saya menceritakan sebuah kisah lagi, saudarakami mempunyai seorang putri yang hendak dinikahkan, "Putri Anda sudah mau menikah." , Sekeluarga mengatakan : "Mobil pengantin pria belum tiba". Pihak pria belum datang menjemput pengantin wanita, "Ayo kita berjudi dulu !" Mereka sekeluarga gemar berjudi, pengantin wanitanya juga ikut berjudi ! Mengenakan gaun pengantin sambil ikut berjudi ! Bermain judi kartu empat warna. Setelah beberapa saat berjudi, di lantai bawah sudah menyalakan petasan, mobil pengantin pria telah datang untuk menjemput. Pengantin wanita mengatakan : "Ganti hari saja ! Hari ini tidak usah menikah, dimundurkan saja !" Bahkan menikah pun bisa dimundurkan, benar-benar ! Lihatlah, sungguh sukar menaati sila ! Apabila Anda mampu menaati sila, maka Anda akan mampu memasuki samadhi, sebab batin Anda dapat mencapai kestabilan, batin yang tenang dan stabil dapat menghasilkan Prajna, Prajna ini dapat membantu Anda untuk mencapai vimoksa, memiliki vimoksadrsti, ini sangat penting.

Oleh karena itu kita tidak boleh teperdaya ! Terhadap hal yang menyimpang, jalan yang tidak baik, kebiasaan yang tidak baik, minuman keras, merokok, berjudi, asusila, kelab malam dan sebagainya, semua tidak boleh Anda lakukan. Bahkan terhadap takhta juga jangan teperdaya, jangan terpikat terhadap pencalonan, sebab terlampau membuang waktu, seorang sadhaka harus tekun dalam bhavana, menaati sila, mempertahankan samadhi sehingga timbul Prajna.

Ceritakan sebuah lelucon, seekor kambing dan seekor rubah saling jatuh cinta, mereka saling menyayangi, tapi mereka berhadapan dengan malaikat maut, malaikat maut berkata : "Di antara kalian berdua hanya ada satu yang boleh hidup, silahkan kalian melakukan suit, yang kalah harus mati". Akhirnya rubah yang kalah. Kambing memeluk rubah yang matidan mengatakan : "Kita sudah berjanji untuk bersama-sama mengeluarkan batu, mengapa saat aku mengeluarkan gunting, kamu malah mengeluarkan kertas ?" Inilah realitas, inilah hati manusia, ini adalah keegoisan rubah dan kebodohan kambing, dunia nyata, realitas umat manusia, hendak mencelakai orang lain pada akhirnya justru mencelakai diri sendiri. Saat ada beberapa orang yang dengan polosnya ingin mengalah, sebenarnya ia telah menang ! Oleh karena itu teruslah berbuat kebajikan, maka Anda akan menang ! Menjadi manusia harus tulus dan murah hati, harus mengembangkan niat kebajikan, ini sangat penting. Sesungguhnya untuk menjadi tulus dan murah hati, harus menjaga ucapan, jangan bersilat lidah, kisah antara rubah dan kambing, merupakan fenomena dunia nyata. 

Sebuah lelucon terakhir, sepasang kekasih bersama menunggangi seekor kuda, si pria sangat mencintai si wanita, mereka menunggangi kuda naik gunung, tiba di tepi jurang, si pria mengatakan kepada si wanita : "Apakah kamu benar mau saya nikahi ?" Sudah sampai di tepi jurang, sipria melontarkan ucapan seperti itu, tentu saja si wanita berteriak : "Nikah !" ( suaranya homofon dengan 'Jia !' komando supaya kuda berlari ) Begitu teriak "Jia !" Kuda itu langsung lompat turun, sebab begitu kuda mendengar kata : "Jia!" bagi dia adalah komando untuk lari ! Lihat dalam film-film, begitu teriak "Jia !" kuda langsung lari, akhirnya tentu saja kuda berlari dan terjatuh ke dalam jurang, keduanya pun tewas. Oleh karena itu harus punya Prajna, Prajna sangat penting, dua orang satu hati tentu saja sangat baik, dua orang yang sehati dapat mematahkan emas, sedangkan dua orang yang tidak sehati, semua akan habis. Lelucon ini adalah dua orang yang sehati, tapi tidak punya kebijaksanaan, begitu teriak : "Jia !" Tentu saja kudanya langsung lari jatuh ke jurang dan kedua orang itu pun tewas. Sila sangat penting, samadhi sangat penting, Prajna sangat penting, inilah Trini-anasravani dalam Buddha Dharma.

Om Mani Padme Hum.


Judul Asli :
2015-07-11
《蓮生法王開示》戒定慧三無漏學

 

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。