2015-09-20 Kebuddhaan Dalam Kehidupan Saat Ini dan Kebuddhaan Melalui Bardo
Ceramah Sadhana Dzogchen ke 172 oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Upacara Agung Api Homa Adharma Buddha, Minggu 20 September 2015 di True Buddha Rainbow Temple
Sembah puja pada Para Guru Silsilah, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Zheng-kong, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna mandala, sembah puja pada adinata api homa hari ini : Adharma Buddha, Samantabhadraraja Tathagata, Vajradhara.
Gurudara, Tenzin Gyatso Rinpoche, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet, serta para tamu agung yang hadir hari ini : Sekretaris Jenderal Coordinating Committee for North American Affairs, Executive Yuan Dubes Daniel T.C. Liao dan istri Sdri. Judy, Akuntan True Buddha Foundation : Sdri. Teresa dan suami, Penasihat Hukum True Buddha Foundation : Pengacara Luo Riliang dan Pengacara Huang Yueqin, Produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Sdri. Xu Ya-qi, Direktur Utama Budaya Daden Indonesia : Bpk. Ceng Yao-quan dan istri, Aktris dan presenter televisi Singapura : Sdri. Yiling, dr. Zhuang Junyao, Tim Paduan Suara Tianyinyayue : Sdr. Guo, Sdri. Zhang, Sdri.Lin, dan Sdri.Gao, Tim Tari Pujana Yangguang Taiwan : Sdri.Cai, Sdri.Qiu, Sdr.Liang, Sdri.Zhang, Sdri. Su Guoying, Produser Sembilan Tingkat Dzogchen, Diktat Hevajra, dan Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana - Acarya Lianyue, Istri dari Bpk. Xue Sheng-hua Pimpinan Overseas Credit Guarantee Fund : Sdri. Xue Wang-shu-mei, dr. Huang Meijuan, Sdr. Qizhong dari Taiwan, dr. Zhouheng, Penasihat Overseas Community Affairs Council,Republic of China (Taiwan) Sdri. Xie Ming-fang, Pimpinan Perusahaan Komunikasi Budaya Wisata Haizhu di Shenzhen Sdri. Zhangyue.
Buddha pertama yang disebutkan dalam Sutra Raja Agung Avalokitesvara adalah Jingguangmimi Fo ( Buddha Guhya Sinar Kemurnian ), siapakah Dia ? Ada kata “Sinar Kemurnian” dan “guhya”, telah saya katakan bahwa Dia adalah Adharma Buddha. Sinar kemurnian adalah prabha ( sinar terang ) yang selalu dibahas dalam kajian Buddhisme. Sedangkan kata “guhya” berarti Kesunyataan, merupakan Buddha nomor satu “Da-du” pemanunggalan prabha dan Kesunyataan, inilah Jingguangmimi Fo. Guhya adalah Buddhata, sinar kemurnian adalah prabha, prabha sendiri adalah aktivitas Buddha, guhya dan Kesunyataan adalah substansi mula dari Buddha. Kita sering membahas “Substansi, karakteristik dan fungsi”, substansi adalah substansi mula atau Buddhata, karakteristik adalah manifestasinya, wujud yang nampak, kemudian fungsi adalah aktivitas-Nya, telah mencapai Kebuddhaan. Yang satu adalah prabha, ini adalah fungsi, sedangkan yang satu adalah guhya atau substansi-Nya, yaitu Buddhata. Setelah memahami hal ini, maka Anda akan memahami apa yang disebut sebagai “Jingguangmimi Fo” ( Buddha Guhya Sinar Kemurnian ), Jingguangmimi Fo merupakan satu hal yang sangat penting. Bhavana bertujuan menampakkan Buddhata, ini sangat sukar, bahkan ada yang seumur hidup pun tidak dapat menampakkan Buddhata, para insan di keenam alam sangat sukar menampakkan Buddhata, sebab mereka mempunyai rintangan karma. Rintangan karma ini harus disingkirkan, barulah Buddhata akan nampak.
Seorang Arahat bertanya kepada Shakyamuni Buddha : “Untuk apa kita terlahir ke dunia ini ?” Sang Buddha menjawab dengan dua kata: “Membayar karma.”, Anda memiliki karma yang harus dibayar, dengan kata lain dikikis, dengan demikian barulah Anda dapat menyaksikan Wajah Sejati. Kita semua mengetahui, sangatlah sukar untuk menampakkan Buddhata. Dalam Tantrayana, tujuan utama dari penekunan tantra atau penekunan yoga yang Anda lakukan, adalah untuk melatih bagaimana kelak menampakkan Buddhata. Ada metode untuk menampakkan Buddhata, yaitu : menekuni Sadhana Dzogchen, Sadhana Mahamudra, Mahaparipurnavijayaprajna maupun Yamantaka, setelah Anda berhasil, maka Anda dapat menampakkan Buddhata. Apabila Anda tidak berhasil, maka hanya bisa mengharapkan realisasi Buddhata di saat akhir. Kapankah itu ? Yaitu saat Anda meninggal dunia, kehidupan ini telah “game over”, dalam Bahasa Inggris adalah “die”, “All die”, semuanya meninggal dunia. Demikianlah kehidupan manusia, satu demi satu meninggal dunia, ini bukan lelucon, ini sangat wajar. Seperti kata pepatah, saat menyaksikan kematian orang lain, hati ini terasa panas bagai terbakar, bukan panas karena orang lain, melainkan karena memikirkan kapankah giliranku.
◎ Di saat meninggal dunia, sebagai seorang yogi harus memahami, ada empat kesadaran yang akan terurai, yaitu prthivi ( tanah ), apas ( air ), tejas ( api ), dan vayu ( angin ), saat itu kesadaran permukaan Anda telah tiada, Anda memasuki kesadaran terdalam, saat itulah Buddhata akan muncul, yaitu dalam masa sekitar tiga setengah hari setelah kematian.
Menarik sekali, mengapa dalam waktu tiga hari lebih setengah hari, Buddhata akan nampak ? “Wah ! Aku telah menyaksikan kemunculan Buddhata !” Saat itu, apabila Anda sang yogi memahami bagaimana caranya batin melebur dalam Buddhata, menjapa Mantra Istadevata ( yidam ), manunggal dengan Buddhata, maka Anda akan berhasil, ini disebut : “Kebuddhaan Melalui Bardo.”. Yaitu, dalam kondisi bardo setelah meninggal dunia, kesadaran Anda melebur dalam Buddhata, mencapai Kebuddhaan, inilah satu-satunya kesempatan terakhir untuk mencapai Kebuddhaan. Jika tidak, Anda dapat terlahir di Ksetraparisuddhi ( Tanah Murni ) dari Pancadhyani Buddha, tiap Istadevata memiliki ksetraparisuddhi masing-masing, bagi yang memiliki Istadevata Buddhakula, maka ia akan terlahir di ksetraparisuddhi Istadevata Buddhakula tersebut. Saat itu, setelah kemunculan Istadevata, Anda manunggal dengan Istadevata, Anda membentuk mudra-Nya, menjapa mantra-Nya, berkontemplasi pada-Nya, maka Anda memasuki hati-Nya, dan Anda pun terlahir di ksetraparisuddhi-Nya.
◎ Inilah dua cara untuk mencapai vimoksa, yang pertama adalah mencapai Kebuddhaan dengan cara menampakkan Buddhata, Anda menampakkan Buddhata, maka Anda mencapai Kebuddhaan, namun jika Anda menyaksikan Istadevata, berarti Anda akan terlahir di ksetraparisuddhi dari Istadevata tersebut. Untuk apa terlahir di sana ? Untuk melanjutkan bhavana mencapai Kebuddhaan. Ksetraparisuddhi merupakan tempat yang terbaik untuk menekuni bhavana, sebab di sana tidak akan mundur lagi, ada sangat banyak ksetraparisuddhi yang memiliki tingkatan tidak mundur, inilah dua metode mencapai Kebuddhaan. Yang pertama dalah Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga, dengan cara menampakkan Buddhata. Sedangkan yang satunya lagi adalah Kebuddhaan melalui bardo, Anda menampakkan Buddhata setelah meninggal dunia.
Kebuddhan di masa hidup sangat sukar untuk diraih, sebab rintangan karma masih belum terkikis, di saat karma yang lama telah terkikis, muncul karma yang baru, selamanya bertumimbal lahir dalam enam alam, kecuali rintangan karma Anda telah habis, Anda menyaksikan prabha memenuhi angkasa biru, di saat itulah Buddhata hadir, apabila Anda dapat melebur di dalam Buddhata tersebut, maka Anda dapat mencapai Kebuddhaan melalui bardo. Jika tidak, saat Anda melihat kedatangan Istadevata, misalnya kedatangan Amitabha Buddha yang menjemput Anda menggunakan padmasana, kemudian Anda naik ke atas padmasana, maka Anda mencapai ksetraparisuddhi, umat Buddha mengharapkan dapat mencapai Kebuddhaan melalui salah satu dari dua metode ini, inilah vimoksa ( pembebasan ).
Kondisi kematian sangat mirip dengan mimpi, akan muncul berbagai fenomena, saat Anda terombang ambing dalam mimpi, Anda tidak menyadari bahwa itu hanyalah mimpi, berarti Anda bertumimbal lahir dalam enam alam. Kecuali Anda menyadari dengan sangat jelas bahwa Anda telah meninggal dunia. Segala fenomena yang muncul adalah ilusi, semua yang hadir adalah penagih hutang karma. Kecuali Anda menyaksikan Istadevata atau menyaksikan Buddhata, kemudian Anda melebur ke dalamnya, barulah Anda dapat berhasil, upaya bhavana di masa hidup Anda adalah demi saat-saat ini. Apabila Anda masih mempunyai kemelekatan pada pembawaan buruk, pada kebiasaan buruk, serakah harta, seks dan rupa, nama, makanan dan tidur, maka saat Anda meninggal dunia akan muncul sesosok wanita cantik, akhirnya Anda mengikutinya dan terjerumus ke dalam enam alam tumimbal lahir. Atau muncul emas, perak dan berbagai macam harta, Anda tergoda dan akhirnya bertumimbal lahir. Atau muncul seorang pejabat tinggi, Anda mengikutinya, maka Anda juga akan bertumimbal lahir. Anda harus menyingkirkan semua pembawaan buruk, barulah dapat mencapai keberhasilan. Bhavana memang sukar.
◎ Demikianlah Mudra Adharma Buddha ( Mahaguru memperagakan ), yang satu melambangkan ‘Yang’ , yang satu melambangkan ‘Yin’, yang satu melambangkan Prajna, yang satu melambangkan upaya kausalya, Prajna dan upaya kausalya manunggal, oleh karena itu pratima Adharma Buddha dalam posisi yab-yum yang merepresentasikan pemanunggalan Prajna dan upaya kausalya, pemanunggalan Sunya dan Sukha, pemanunggalan Prajna dan Maitrikaruna. Bukan berarti Anda harus berlatih tubuh berpasangan, jangan salah, jika salah, Anda bisa habis. Saat Anda tidak mampu meninggalkan kebiasaan buruk, Anda akan habis.
Sepertinya belum menyapa Anda semua ? Apa kabar ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Kanton ) Selamat siang semuanya ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Taiwan ) Selamat siang semuanya ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Mandarin ) Dommo konnichiwa ! ( Bahasa Jepang : Apa kabar ) Good afternoon ! ( Bahasa Inggris : Selamat sore )
Kemarin dalam ulasan Sadhana Dzogchen, di dalam paragraf terdapat Drongjuk Phowa ( Memindahkan arus kesadaran pada tubuh terpilih ), “Drongjuk phowa dari tantrika, dan rahasia dari kelahiran kembali Buddha Bodhisattva untuk memenuhi ikrar.”. Apa itu drongjuk phowa ? Merupakan salah satu metode dalam Tantrayana, misalnya sudah tiba saatnya bagi Mahaguru, “one by one go to die”, tiba giliran saya, saya mempertimbangkan, lebih baik terlahir kembali, atau berpulang ke Mahapadminiloka di ksetraparisuddhi ? Atau bermanifestasi menjadi sinar pelangi melebur dalam Samudra Buddhata ?
◎ Apabila saya ingin terlahir kembali, maka saya mengamati siswa Zhenfo, manakah yang rupawan dan memiliki rumah tangga sempurna, memiliki berkah, memiliki kebijaksanaan, saat dia memohon adhistana jamahan kepala dari Mahaguru, maka Mahaguru menjamah rahimnya : “Ah ! Apakah seharusnya saya terlahir di sini ?” Kondisi rumah tangganya sangat baik, berpendidikan, suami dan istri rupawan, sang suami sangat tampan, sang istri sangat cantik, “Baiklah, terlahir kembali di sini !” Setelah saya menjamahnya, saya pulang ke rumah dan bermeditasi, kesadaran yang terdalam meninggalkan tubuh jasmani, diungkapkan secara sederhana, tidak perlu dibuat rumit, roh saya keluar dari tubuh, langsung masuk ke dalam kandungan siswa tersebut.
Semula di dalamnya sudah ada penghuni yang akan terlahir di keluarga tersebut, kemudian saya masuk dan menangkap penghuni tersebut, kemudian mengeluarkannya, menggantikannya, “Anda keluar dan cari orang lain.” Dia pun keluar, saya pun masuk dan mulai belajar berenang di dalam rahim, sehingga begitu terlahir langsung bisa berenang. Demikian pula dalam hidup kali ini, guru memasukkan kami ke dalam kolam renang, semua tenggelam, hanya saya yang mengapung, sebab saya telah belajar berenang di dalam rahim ibu, metode ini disebut sebagai drongjuk phowa, memang ada dalam Tantrayana. Oleh karena itu, sebelum terlahir kembali, Anda bisa menuliskannya terlebih dahulu, siapakah nama ibu saya, siapakah nama ayah saya, di manakah rumahnya, semua ditulis terlebih dahulu, kemudian tugas siwa untuk mencarinya, setelah ditemukan, itulah saya. Ini adalah kelahiran kembali melalui metode drongjuk phowa, yaitu memasuki tubuh jasmani bayi di dalam rahim. Pada umumnya Rinpoche terlahir kembali dengan metode ini.
◎ Ada satu lagi contoh drongjuk phowa yang sangat jelas, ada seorang sadhaka bernama Zaisong yang telah mencapai keberhasilan bhavana, usianya sudah lanjut, seperti Mahaguru, sekitar tujuh puluh sekian, tingkatan bhavananya sangat tinggi, ia pergi menemui Daoxin, Patriark Zen ke-4.
Pohon di vila ini adalah Pohon Pinus, pohon ini sangat mahal, tiap pohon sangat tinggi, akhir-akhir ini dilakukan penebangan untuk penanaman baru, sebab terlampau banyak kasus kebakaran hutan, sangat bahaya, oleh karena itu Rainbow Vila harus dibersihkan, kemudian ditanami Pohon Pinus yang baru dan dirawat.
◎ Lanjutan kisah tadi, seorang sadhaka bernama Zaisong telah mencapai keberhasilan, ia pergi menemui Patriark ke-4, Daoxin, ia mengatakan : “Saya ingin menekuni Zen, kelak saya bisa menjadi Patriark ke-5.” Setelah mengamatinya, usianya telah tujuh puluh sekian, sudah demikian tua, sudah renta, bahkan matanya sudah tertutup, “Bagaimana saya bisa mentransmisikan Dharma kepada Anda ? Lebih baik Anda terlahir kembali ! Kita tunggu kehidupan selanjutnya !” Maka Zaisong berkehendak untuk terlahir kembali, dia berjumpa dengan seorang wanita muda yang sedang mencuci pakaian di tepi sungai, ia nampak sangat sehat, rupawan dan baik hatinya, maka ia mengatakan kepada wanita tersebut : “Bolehkah saya bermalam semalam saja ?” Melihat dia adalah orang tua, maka wanita itu menyanggupinya, “Anda boleh tinggal semalam.”. Ia membawa orang tua itu kembali ke rumahnya, dia mengatakan kepada orangtuanya bahwa orang tua ini hendak bermalam satu malam saja, tentu saja orangtuanya juga setuju, tapi begitu menoleh, Zaisong telah sirna. Tidak lama kemudian, wanita itu pun hamil. Orangtuanya merasa keheranan, “Bagaimana kamu bisa hamil ?” Orangtuanya merasa bahwa peristiwa itu adalah suatu hal yang sangat memalukan bagi penduduk desa, maka mereka mengusir wanita tersebut, akhirnya wanita itu hidup sebagai pengemis dan melahirkan seorang putra, putranya adalah kelahiran kembali dari Zaisong, ia memilih rahim wanita tersebut, tumbuh menjadi putranya, ibunya menjadi pengemis, maka putranya juga menjadi pengemis. Anak itu memiliki kualitas seorang sadhaka, saat ia melihat kedatangan Patriark ke-4 Daoxin, ia pun bersarana kepadanya, setelah Daoxin mengamatinya, ia pun mengenali bahwa anak itu adalah kelahiran kembali dari Zaisong tua, sekarang sudah menjadi seorang anak pengemis, maka Patriark ke-4 membesarkan dan membinanya, anak itu adalah Hongren, Patriark ke-5. Ia juga menggunakan metode drongjuk phowa, ia masuk ke dalam rahim wanita muda itu dan tumbuh di sana, ini adalah drongjuk phowa.
Kelahiran Yesus juga tergolong drongjuk phowa, saat itu Maria dan tunangannya kembali ke Nazaret untuk sensus, mereka belum menikah, juga belum pernah bersama, namun Bunda Maria telah mengandung dari Roh Kudus, ini adalah metode drongjuk phowa.
Bagaimana dengan Mahaguru ? Juga tidak diketahui berasal dari mana, setelah ibu menikah dengan ayah, baru menikah tujuh bulan, saya sudah lahir, tentu saja ayah tidak mengakui saya ! “Bagaimana mungkin dalam 7 bulan lahir seorang anak ?” apalagi sekujur tubuhnya tertutup katun putih, sama seperti Nazha. Nazha terlahir dalam sebuah bola daging, setelah dibelah barulah muncul Nazha, sedangkan saya terlahir dengan mengenakan katun putih, harus dicuci bersih, barulah di dalamnya muncul seorang bayi. Lahir dalam usia kandungan 7 bulan, tentu saja ayah tidak mengakui saya, saya juga dikandung dari Roh Kudus. Ibu mengatakan saya lahir prematur, jaman dahulu belum dikenal istilah prematur, bayi prematur yang lahir dalam usia kandungan 7 bulan seharusnya dirawat dalam sebuah inkubator di rumah sakit, namun saya tidak, dan saya berhasil hidup ! Jika bukan drongjuk phowa apalagi ? Ini adalah drongjuk phowa !
Mahaguru Marpa dari Tibet juga menguasai metode drongjuk phowa. Suatu ketika beberapa orang pemburu memanah seekor rusa, mereka mengejar rusa tersebut, kebetulan rusa itu lari sampai ke hadapan Marpa yang sedang bermeditasi di hutan, setelah berhasil mengejar rusa itu, mereka mengatakan merekalah yang telah memanah rusa yang sudah hampir mati itu, mereka berkata : “Rusa itu milik kami.” Marpa mengatakan : “No !”, “Ini milikku !” , “Bagaimana mungkin milik Anda ? Jelas-jelas kamilah yang memanahnya, lihat dia sudah mati !” Marpa menjawab : “Anda tidak percaya ? Dia masih hidup !” Para pemburu tidak percaya, jelas-jelas nampak mati di depan mata, bagaimana mungkin hidup ? Marpa mengatakan : “Dia masih hidup, ini adalah rusaku.” Pemburu mengatakan : “Baiklah, apabila dia masih hidup, berarti dia menjadi milik Anda, namun apabila dia mati, maka dia adalah milik kami.”
◎ Maka Marpa menggunakan metode drongjuk phowa, saya uraikan dengan bahasa sederhana, roh-Nya keluar melalui ubun-ubun, dan memasuki tubuh rusa tersebut, ternyata rusa itu hidup kembali, ia berdiri, menoleh ke kanan dan ke kiri, wah ! Hidup ! Para pemburu pun mundur. Kemudian Marpa mengembalikan roh-Nya, malam hari itu Ia makan daging panggang, inilah metode drongjuk phowa dari marpa. Oleh karena itu bagi Rinpoche yang menguasai drongjuk phowa, dia akan menuliskan dengan jelas siapakah ayah dan ibunya kelak, di mana kelak ia akan terlahir kembali, ini adalah metode kelahiran kembali dari seorang Rinpoche. Apakah dengan demikian telah mengerti ? Saya mengulas drongjuk phowa sebab di dalam buku ada disebutkan.
Lebih baik saya ceritakan sebuah lelucon ! Si suami dan Si Istri sedang berbaring di atas kasur, Si Istri menatap foto masa lalu dan bertanya : “Sayangku, menurutmu lebih cantik mana antara saya dengan foto ?” Si Suami menatap istrinya dan mengatakan : “Lebih baik matikan lampu.” Sesungguhnya kita umat manusia adalah buta, semua terlahir kembali dengan membuta, semua tidak sanggup melihat, hanya seorang sadhaka sejati yang sanggup melihat bagaimana kelahirannya kelak, hanya dia yang menguasai metode memindahkan kesadaran, dia juga sanggup terlahir di Negeri Buddha, dia juga tahu bagaimana menyaksikan Buddhata dan mencapai keberhasilan, inilah Mahasiddha sejati.
Sebuah lelucon lagi, seorang wisatawan sedang mengunjungi sebuah kastel tua yang sangat gelap, wisatawan itu bertanya pada penjaga kastel : “Apakah di sini kalian pernah diganggu oleh hantu ?” Penjaga itu mengatakan : “Belum pernah, saya sudah bekerja di sini hampir 300 tahun lamanya, tapi tidak pernah melihat hantu.” Sebagian orang setelah menjadi tubuh bardo, masih belum menyadari bahwa dia adalah hantu, ia kembali ke rumah dan berbicara kepada keluarga, tidak ada yang bisa mendengarnya, sekeras apa pun ia berusaha untuk menyentuh anggota keluarganya, namun tidak berhasil menyentuh apa pun, anggota kelurganya juga tidak merasakan apa pun, hanya merasa sedikit ada perasaan aneh, sedikit merinding. Saat itulah Anda akan mengetahui bahwa Anda telah meninggal dunia. Terlebih adalah orang yang mati mendadak, seperti kecelakaan pesawat, ia tidak menyadari bahwa dirinya telah meninggal dunia. Seperti saat tertidur, mendadak rumahnya dilalap api, dan ia mati terbakar. Ada juga yang berdiri di bawah sebuah gedung, mendadak salah satu ubin gedung jatuh menimpa kepalanya dan ia meninggal seketika. Di Taiwan ada peristiwa ini, yaitu kakak ipar dari Bhiksu Lianzeng, dia adalah seorang guru Bahasa Inggris, saat dia sedang berbincang dengan seorang wali murid di depan gedung United Daily News, satu ubin gedung jatuh dan menimpa kepalanya, dia meninggal seketika. Yang seperti ini tidak menyadari bahwa dia telah meninggal dunia. Ubin itu tidak jatuh mengenai Lianzeng, atau Lianya, dan jatuh mengenai kakak ipar mereka. Seluruh keluarganya bersarana kepada Zhenfozong, hanya kakak iparnya yang tidak bersarana. Bagaimanakah pelimpahan jasa yang sering kita ucapkan ? “Para Devata di langit, Para Devata di bumi, jauhkan para insan dari bencana, hindarkan dari bencana, semua malapetaka sirna.” Tidak akan ada malapetaka yang menimpa Anda, “Semua malapetaka sirna.”, Anda tidak akan mati mendadak. Sesungguhnya makhluk halus mirip dengan manusia, hanya saja mereka mempunyai daya gaib.
Ceritakan sebuah lelucon : Menghantarkan anak untuk suntik, bohong jika mengatakan suntik itu tidak sakit, demi menjadi orangtua yang dipercayai oleh anak, maka dengan sejujurnya saya memberitahunya : “Jangan takut, suntik memang sedikit sakit, namun apabila kamu tidak mau disuntik, maka aku akan memukulmu lebih sakit lagi !” Lelucon ini mengandung arti, bhavana memang penuh perjuangan dan sangat sukar, namun apabila Anda tidak berbhavana, kelak bertumimbal lahir, Anda akan lebih menderita. Jadi, maukah Anda menekuni bhavana ? ( Umat menjawab : “Mau !” ) Paling tidak Anda harus menguasai metode drongjuk phowa, maka Anda bisa terlahir di mana pun sesuai keinginan. Bagaimana jika tidak menguasai drongjuk phowa ? Begitu terlahir kembali, mata terbuka, ah ? Anda terlahir di pedalaman Afrika, celaka, sekujur tubuh Anda hitam legam, Anda kurang gizi, tidak ada yang bisa dimakan, penuh kesengsaraan, udara di sana sangat panas, juga terancam bahaya singa. Di sana tidak ada apa-apa, merupakan sebuah tempat yang penuh kesengsaraan. Di sana juga tiada Buddhadharma, bagaimana ? Itu lebih susah lagi ! Anda tidak menguasai drongjuk phowa, Anda tidak sanggup leluasa atas tumimbal lahir, terlahir kembali di Syria, di keluarga pengungsi, harus mengikuti orangtua untuk menempuh perjalanan jauh, demi semangkuk nasi, di sana juga tidak ada Buddhadharma, kehidupannya sangat sengsara.
Yang terlahir di tengah peperangan, Anda melakukan terlampau banyak karma buruk. Akhirnya Anda terlahir sebagai manusia berkat sedikit fondasi penekunan Buddhisme, namun Anda terlahir cacat, ini juga sangat sengsara ! Oleh karena itu sebagai sadhaka, yang paling penting adalah dapat terbebas dari tumimbal lahir, mampu memindahkan kesadaran, Anda dapat terlahir di negara pilihan sendiri, terlahir di tempat terpilih. Begitu saya mengamati parasnya, mengetahui kelak anak itu bisa menjadi presiden, maka saya pindahkan kesadaran pada tubuhnya, setelah lahir, tumbuh, tiba saatnya pemilihan presiden, semua orang memilih saya, akhirnya saya menjadi presiden, ini adalah metode drongjuk phowa.
Ceritakan sebuah lelucon, “Istriku ! Apa yang kamu inginkan untuk kado valentine ?” Si Istri menjawab : “Apa pun aku suka.” Si Suami : “Kalau begitu, lebih baik aku menghantarkanmu kembali ke rumah orangtua, dua hari kemudian baru kembali ke sini.” ; Dua ibu rumah tangga sedang berbincang, “Saya menemukan cara memotong bawang tanpa menangis .” , “Benarkah ? Apa rahasianya ?” , “Suruh saja suamimu untuk memotongnya !” Memotong bawang tanpa menangis, ini adalah pilihan !
◎ Apabila Anda boleh memilih, di antara enam alam Anda ingin terlahir di mana ? Apakah surga ? Kelak masih harus bertumimbal lahir ; Apakah manusia ? Paling tepat untuk bhavana ; Apakah asura ? Diliputi peperangan ; Apakah neraka ? Penderitaanya tanpa batas ; Apakah hewan ? Diliputi kebodohan batin ; Apakah preta ? Di dunia ini ada alam preta, yang kadang tidak bisa makan. Di antara enam alam, yang terbaik adalah alam manusia, sebab bisa menekuni bhavana, ini adalah pilihan. Apabila diberikan pilihan, lebih baik memilih alam manusia.
Sebuah lelucon, di tahun baru, pergi mencari satu pot bunga untuk rumah, saya dan istri melihat satu pot bunga putri malu, saya menyentuhnya, tapi dia tidak bergerak sama sekali, akhirnya kami menanyakannya kepada penjual. Penjual mengatakan : “Kulit muka putri malu itu lebih tebal.” Anda tidak boleh malas bersadhana, tidak mau bergerak, tidak mau berbhavana. Bagaimana berbhavana ? Anda harus menetapkan tugas bagi diri sendiri, sadhana apa di pagi hari, sadhana apa di malam hari, seperti yang pernah saya tanyakan kepada Gyalwa Karmapa ke-16, “Guru Dharmaraja, bagaimanakah Anda menekuni bhavana ?” Beliau menjawab : “Di pagi hari saya menekuni Sadhana Tara, di malam hari saya menekuni Sadbhuja Mahakala.” Di malam hari Beliau bersadhana Dharmapala, di pagi hari menekuni Sadhana Tara, inilah bhavana dari Gyalwa Karmapa ke-16, semua mempunyai tugas pribadi.
◎ Seperti Mahaguru sendiri, di pagi hari menekuni Mahasadhana Amitabha Buddha ( Sadhana Istadevatayoga Amitabha Buddha ), kemudian menekuni Caturprayoga, setiap pagi saya bernamaskara kepada tiap altar, jumlahnya dua ratus kali push-up, tiap altar 20 kali, saya hitung altar saya, altar Yaochijinmu, altar Amitabha Buddha, altar Mahamayuri Vidyarajni, altar Shakyamuni Buddha, altar Ganapati, altar Guru Padmasambhava, altar Avalokitesvara Bodhisattva, altar Mahottara Heruka, ini sudah delapan, kemudian, altar Yamantaka, sembilan, altar 20 Devi, jadi 10 altar, dan jumlah push-up menjadi tepat 200 kali. Ada 10 altar, setiap hari saya bernamaskara 20 kali pada tiap-tiap altar. Setiap pagi saya menekuni Caturprayoga, Mahasadhana Amitabha Buddha. Saat makan, saya menekuni Sadhana Pujana, di pagi hari setelah bangun tidur saya melakukan dana makanan amrta, seharusnya adalah di siang hari, namun waktunya saya ubah, begitu bangun tidur saya langsung melakukan dana makanan amrta, kemudian satu kali sadhana, dilanjutkan dengan menulis satu artikel, dengan demikian pagi telah berlalu. Di sore hari, saya berolah raga, ada kalanya memberikan konsultasi, juga melukis di kantor TBF, di malam hari saya pulang dan menekuni Sadhana Dharmapala, menekuni bhadrakumbhaprana, mereguk air surga, metode wenyang dan meditasi. Saat tidur, saya menekuni Sadhana Tidur Dalam Sinar, demikianlah kegiatan saya seharian penuh, tidak pernah berhenti barang sehari pun.