2013-08-11 Tiada Jati Diri Tiada Wujud Tiada Ikrar
Ceramah Kedelapanbelas Sadhana 9 Tingkat Dzogchen oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Upacara Agung Homa Sangharama tanggal 11 Agustus 2013 di Rainbow Temple
Kita terlebih dahulu sembah sujud pada Bhiksu Liaoming, Guru Sakya Dezhung, Gyalwa Karmapa ke-16, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada adinata homa Sangharama, sembah sujud pada Triratna Mandala.
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan umat se-Dharma di internet, tamu agung kita hari ini adalah ROC Ministry of Foreign Affairs International Organizations Nyonya Dubes Liao Dongzhou Sdri. Judy, akuntan TBF Sdri. Teresa dan husband, produser CTI Gei Ni Dian Shang Xin Deng Sdr. Xu Ya-qi, dr. Zhuang Jun-yao, dr. Lin Shu-hua, penasihat Overseas Community Affairs Council,Republic of China (Taiwan) Sdri. Xie Ming-fang dan putri. Selamat siang semua! Apa kabar semua! (Bahasa Taiwan)
Pertama-tama, lebih dulu memperkenalkan adinata homa minggu depan 18 Agustus Raga Vidyaraja, Raga Vidyaraja paling awal ditransmisikan di Hong Kong. Raga Vidyaraja terdapat banyak sadhana, ada yang namanya "Sadhana Melukis Gambarupang", "Sadhana Memanah", "Sadhana Keharmonisan", "Sadhana Mengambil Benda", "Sadhana Penaklukan", yidam yang satu ini sangat istimewa, Ia setara dengan Bhagawati Kurukulle; Raga Vidyaraja paling banyak dihormati di dalam Tantra Timur Jepang.
Dulu, saat transmisi sadhana adinata yang satu ini, Raga Vidyaraja sempat turun, di tangan-Nya ada busur dan anak panah, agak mirip dengan Cupid dalam mitos Yunani, yang terpanah maka terpanah asmara. Oleh karena itu, Raga Vidyaraja ini sangat terhormat, Dharmabala tidak bertepi. Raga Vidyaraja duduk di atas botol amrta, sangat menakjubkan. Jadi, bisa meningkatkan pembinaan bradha kumbha prana kita. Itu sebabnya, keagungan adinata yang satu ini sangat langka. Bahkan, adinata keharmonisan yang terpenting adalah Raga Vidyaraja dan Bhagawati Kurukulle.
Hari ini, kita mengadakan homa Sangharama, arti dari Sangharama adalah vihara, dengan kata lain, vihara ini dilindungi oleh-Nya. Dulu, saat Mahaguru Zhizhe sedang bermeditasi, melihat Guan Gong memimpin 500 tentara akhirat berkelana ke mana-mana, seperti berperang di medan pasir, sehingga Mahaguru Zhizhe mengundang-Nya untuk menjadi penguasa vihara, menjadi Dharmapala di dalam vihara. Oleh karena itu, Sangharama setara dengan dewa di dalam vihara. Sebenarnya, Ia adalah Guan Sheng Di Jun. Dari seluruh China, Buddha memiliki dua Dharmapala yang sangat agung, satu adalah Skanda, satu lagi adalah Sangharama. Karena Sangharama adalah Dharmapala, mengapa Mahaguru berpakaian merah? Karena, saat Guan Sheng Di Jun lahir, seperti Hong Sun’er, seluruh wajah merah, seluruh tubuh merah, ini adalah ciri khas dari Guan Sheng Di Jun, merah terang, bukan darah tinggi, melainkan Guan Gong berwajah merah. Saat kecil, kita sering menyebut, "Hong Guan Gong, Bai Liu Bei, Hei Zhang Fei, Zou Qu Bi" (Bahasa Taiwan), yaitu semacam roti yang dimakan Orang Taiwan, dalamnya terdapat wijen hitam atau benda yang berwarna hitam, di atas dioles warna merah, melambangkan kegembiraan, kita sebut "Hong Guan Gong", tepung roti di tepinya berwarna putih, yaitu Bai Liu Bei, Hei Zhang Fei adalah wijen hitam. Guan Gong, Liu Bei, Zhang Fei, ketiganya adalah tokoh utama trio Taoyuan. Karena seluruh tubuh Guan Gong berwarna merah, sehingga Mahaguru berpakaian merah. Mudra Sangharama juga Mudra Vajra Anjali, bijaksara juga aksara HUM, mantra hati adalah, "Om. Qielan. Xidi. Hum." Yaitu menyebut-Nya sebagai dewa pelindung vihara.
Adinata yang satu ini, juga merupakan suciwan militer yang paling dihormati Orang China, Orang China sangat menghormati-Nya. Di Tibet ada sebuah vihara, juga disebut Vihara Guan Di, namun, dewa utama Vihara Guan Di ini bukan Guan Gong, melainkan dewa lain yang mereka hormati. Jadi, kita berwisata ke Tibet, kita akan meilhat sebuah Vihara Guan Di, namun, dewa utama di dalam Vihara Guan Di bukan Guan Yun Zhang kita. Hari ini, Guan Yun Zhang datang, Guan Ping juga datang, dan wakil jenderal-Nya Jenderal Zhou Cang juga datang, serta tentara dan jenderal akhirat yang dulu dipimpin-Nya juga datang. Oleh karena itu, hari ini di Rainbow Temple terdapat banyak dewa dan hantu, terutama kamar atas kita, begitu masuk, di sini ada beberapa, di sana ada beberapa, saat saya sedang sikat gigi, di belakang ada beberapa, di depan ada beberapa, di gudang ada beberapa, seluruh kamar saya pun penuh. Bahkan, Gurudhara yang biasanya jarang ada kontak batin, ia juga merasakan di dalam penuh dengan makhluk halus, semua tinggal di dalam. Karena, Mereka juga berada dalam daftar nama tamu agung, kamar Fo-ching penuh, kamar Fo-chi juga penuh, ruang tamu juga penuh, ruang tidur utama kita juga penuh, semua penuh, gudang juga penuh, banyak makhluk halus hidup bersama dengan kita di sana, banyak suara. Biasanya, saya tidak keberatan dengan semua ini, Mereka datang, biarkan Mereka ada di sana, saya juga tidak mengusir Mereka, Mereka juga tidak akan mengganggu kita. Gurudhara saat baru turun loteng, berkata pada saya, "Jangan-jangan mau datang mencarimu!" Saya berkata, "Buat apa mencari saya?" "Mencarimu untuk dijadikan menantu." Saya berkata pada Gurudhara, "Sebenarnya makhluk halus ini mencari saya untuk dijadikan menantu, saya juga sangat senang." Mengapa? Karena ada tubuh ini, sangat repot, Anda mau memberi makan tubuh ini, tidak hanya makan, masih harus buang air, benar tidak? Bahkan, otak masih bisa berpikir yang tidak-tidak, benda di seluruh tubuh adalah kotor.
Manusia memiliki tubuh ini, sebaliknya menjadi beban; jika tidak ada tubuh ini, perjalanan spiritual ke mana pun bisa, ingin melakukan apapun bisa, bahkan tidak berwujud. Laozi ada sebuah pepatah, "Wu zhi huan ye", artinya, penderitaan ada karena ada tubuh fisik. Hari ini, jika dapat membuang tubuh fisik dan menjadi dewa, menjadi Bodhisattva, menjadi Buddha adalah suatu hal yang sangat penting. Tubuh fisik kita terlalu parah, jadi, saya pikir, kebijaksanaan Tuhan juga tidak tinggi, menciptakan tubuh fisik ini, walaupun mesin sepertinya sangat baik, namun, kadang-kadang harus diperbaiki. Seperti, kadang-kadang mata merah, harus memeriksakan diri ke ahli mata, hidung sakit, harus memeriksakan diri ke ahli THT, tenggorokan sering batuk, demam, sering catch a cold, virus masuk, habislah kita, seketika tubuh mengalami gangguan, di mana bermasalah, osteoporosis, tulang juga tidak dibuat lebih kukuh. Tubuh manusia kelihatan sangat menakjubkan, sebenarnya juga berantakan. Jika tidak ada tubuh itu paling baik, seorang sadhaka juga tidak diikat oleh samsara, diri sendiri dapat bebas leluasa, bukankah sangat baik? Saya sendiri merasakan, jika tidak ada tubuh ini, sangat bahagia, jika dapat bermain di alam manusia tanpa tubuh ini, entah betapa baiknya! Ada tubuh ini malah tidak baik, ini adalah pendapat saya pribadi. Menekuni Sangharama, harus ingat, harus vajra anjali. Tadi, saat Sangharama turun, saya hampir menjadi medium, karena Ia suka show pada kita semua. Saya berkata, "Jangan, jika melompat ke dalam tungku api, bagaimana?" Saya tekan terus, Ia turun beberapa kali, menyisir janggut-Nya, menyisir seperti ini (Mahaguru mendemonstrasikan) golok naga hijau ditancap seperti ini, sangat gagah, seluruh diri saya bergaya seperti mau berdiri. Kekuatannya sangat besar. Sangharama adalah Guan Sheng Di Jun.
Suatu kali, saya pergi sembahyang ke Hsing Tian Kong, Hsing Tian Kong adalah En Chu Kong Temple, di sana banyak relawan (xiaolaosheng) yang berpakaian biru membantu orang mengatasi ketakutan atau menyingkirkan bencana. Pada hari itu, saya ingin melihat sehebat dan semanjur apa Guan Sheng Di Jun ini, hati saya ada pikiran seperti ini, setelah saya ke Taipei, saya pun menutup sinar di kepala saya, tekan kepala sebentar, sinar pun disimpan di dalam, di luar tidak kelihatan. Namun, saya pun masuk ke Hsing Tian Kong, saya pikir saya mau ke aula utama melihat bagaimana wujud Guan Sheng Di Jun, apa hebatnya, saya pun masuk. Begitu masuk dan melihat, saya pun beranjali, saya berkata pada Guan Sheng Di Jun, "Guan Sheng Di Jun, Anda adalah Suciwan Militer, dupa Hsing Tian Kong mengebul setiap hari", pendatang Hsing Tian Kong sangat ramai, di Taipei adalah vihara yang sangat terkenal, pendapatan juga banyak, Taiwan Lei Tsang Temple kita biasanya tidak begitu banyak orang, mana seperti Hsing Tian Kong, dupa mengebul, apa sebabnya? Saya pergi ke sana dengan hati yang sangat iri, sebenarnya semanjur apa Guan Sheng Di Jun? Saya pun bertanya pada-Nya, "Tahukah Anda siapa saya? Do you know me?" Karena saya menghilangkan cahaya saya, seperti seorang awam, saya juga mengambil dupa dan sembahyang, melihat banyak orang di sana membantu orang menghilangkan ketakutan, menyingkirkan bencana.
Kemudian, awalnya masuk dari pintu ini, saya pun keluar dari pintu itu, saya berjalan cukup jauh. Tak disangka, seorang Guan Gong kecil keluar, Ia berada di belakang saya, tak disangka membawa golok Guan Sheng Di Jun, Ia mau menebas saya, karena saya berkata, "Do you know me? (Tahukah Anda siapa saya?)" Sehingga, Ia mau menebas saya.Ketika Ia mau menebas saya, saya pun melompat ke depan, karena saya sudah lanjut usia, melompat tidak terlalu jauh, kaki belakang saya terkena sabetannya. Wah! Seketika saya menjadi pincang, sungguh, Guan Sheng Di Jun kecil begitu hebat, tak disangka kaki saya ditebas sebentar, saya pun pincang. Hari itu, kaki saya hampir pincang 10 menit lebih. Yang pergi bersama saya, entah masih ingat tidak? Saya pikir, "Tak disangka, kaki saya menjadi pincang? Gawat." Saya raba kepala saya sebentar, kepala dengan sendirinya muncul terang, saat ini, Guan Gong besar datang, menangkap Guan Gong kecil, "Kamu jangan sembarangan menebas orang lain, Beliau adalah Padmakumara yang menyeberangkan insan, Beliau adalah seorang suciwan.
"Ia berkata seperti itu pada Guan Gong kecil. Adinata di dalam Hsing Tian Kong adalah Guan Gong besar, dan banyak Guan Gong kecil. Guan Gong kecil mengira saya adalah orang awam biasa, sehingga menebas saya sekali, alhasil, kaki saya benar-benar pincang. Pincang hingga kita makan di sebuah restoran bernama Cha-ju, sepertinya restoran yang menjual teh dan makanan kecil. Saat tiba di sana, Guan Gong besar datang, memijat kaki saya yang terluka sabetan, pijat beberapa kali, kaki sembuh dengan sendirinya. Ini adalah satu kali pengalaman saya di Hsing Tian Kong En Chu Kong Temple. Saat itu, siapa yang ada di samping? Lu Hui-huang, adik Gurudhara ada di samping, ia bertanya pada saya, "Ada apa dengan kakimu?" "Kaki saya pincang." "Mengapa bisa begitu?" Sebenarnya, saya tidak berani mengatakan kaki saya ditebas oleh Guan Gong kecil, saya berkata, "Keseleo." Sebenarnya, Guan Gong besar datang menjamah sebentar, sembuh dengan sendirinya, saya dan Guan Gong pernah sekali bertemu seperti itu.
Selain itu, masih ada Zhou Cang. Di mana vihara Zhou Cang? Di Yeliu. Di Yeliu ada seorang ratu, di sampingnya ada sebuah vihara, yaitu vihara Zhou Cang. Saat saya lewat di sana, Zhou Cang juga keular, Ia membawa semua bawahan-Nya keluar menyambut saya, antara saya dan Zhou Cang pernah berkesempatan bertemu seperti itu. Guan Ping tidak pernah, saya tidak pernah bertemu Guan Ping. Namun, hari ini? Guan Yun Zhang, Zhou Cang, dan Guan Ping datang, dan masih banyak jenderal, Mereka di dalam Rainbow Temple kita. Saat malam, Mereka dengan sendirinya akan pergi, tidak akan mengganggu kalian, tenang saja.
Di China, banyak orang sembahyang Guan Sheng Di Jun, boleh memohon banyak berkah padanya, Ia bisa tolak bala, juga bisa meredamkan bencana, juga bisa membuyarkan bahaya, juga bisa menenteramkan hawa jahat, dan masih banyak manfaat lainnya. Jika kita mau menekuni Sadhana Yidam Sangharama, seharusnya sangat cepat mencapai kontak yoga. Ia memimpin 18 Dewa Sangharama, 18 Dewa Sangharama adalah Meiyin, Fanyin, Tiangu, Tanmiao (Qiaomiao), Tanmei, Guangmiao, Leiyin, Shizi (Yin), Miaotan (Miaomei), Fanxiang, Renyin, Fonu, Songde (Tande), Guangmu, Miaoyan, Chede, Cheshi, Bianshi (Bianguan). Salah satunya, ada seorang Leiyin, seperti Ling Shen Ching Tze Temple, jika saat Ling Shen Ching Tze Temple berdiri, guntur akan bergemuruh, karena ada sangkut paut dengan Ling Shen Ching Tze Temple. Hari ini, kita menekuni Guan Sheng Di Jun, sama, akan turun hujan, juga guntur akan bergemuruh. Kalian jangan takut, Mereka adalah 18 Dewa Sangharama yang dipimpin oleh Guan Sheng Di Jun sendiri, di antaranya ada yang bernama Leiyin, guntur akan bergemuruh.
Hari ini lanjut mengulas Trekcho yang kemarin diulas. Pertama-tama beritahu Anda semua, pagi ini ada orang memanah, "Saat upacara homa Skanda minggu lalu, dalam ceramah, Mahaguru bertanya: bagaimana membuktikan kerisauan itu semu? Segala sesuatu di dunia ini adalah palsu, ibarat gelembung, apapun tidak dapat dipegang, semua kerisauan timbul dari hati." Segala sesuatu di dunia ini adalah palsu, ibarat gelembung, apapun tidak bisa dipegang", kalimat ini memang benar, belakangnya salah. "Semua kerisauan timbul dari hati, sehingga semu, cara terbaik untuk mengatasi kerisauan adalah membuang semua masalah, tidak menghiraukan, maka berlalu dengan sendirinya. Asalkan sepenuh hati menghadap Buddha, mengikuti langkah Mahaguru, menjapa nama Buddha dan tekun bersadhana dengan jujur dan sungguh-sungguh, seperti Mahaguru berkata: hidup sehari, bahagia sehari. Menjadi sadhaka yang bahagia." Kalimat di belakang, semua salah. Beberapa kalimat di depan adalah benar, di bawahnya salah semua. Ini adalah memanah. Saya ceritakan masalah memanah pada Anda semua. Trekcho adalah segera menghentikan, segera menghentikan kerisauan, menghentikan semua kerisauan dan khayalan. Tadi malam, saya menjelaskan tentang tiga jenis pembebasan pada Anda semua, pertama adalah tiada jati diri. Wujud palsu yang disampaikan dalam memanah itu benar, rumah itu palsu, namun, ia memiliki jati diri, jati dirinya adalah bisa ditempati manusia; mobil adalah palsu, namun, mobil boleh dikendarai, boleh melaju, Anda boleh menyetir dari Villa ke Ling Shen Ching Tze Temple, Anda jalan kaki tidak akan sampai, mobil itu sendiri memiliki jati diri, ia dapat melaju, bahkan melaju sangat cepat. Mobil, kereta api, pesawat terbang, semua memiliki jati diri. Jati diri pesawat terbang adalah ia dapat terbang di angkasa, jati diri dari kapal adalah ia dapat berlayar di laut. Setiap orang juga memiliki jati dirinya, namun, semua ini adalah kombinasi, tanpa kombinasi, jika terpencar, maka tidak ada jati diri. Mari kita semua berpikir sejenak, jika Anda bongkar rumah Anda, jati diri yang bisa ditempati sudah tidak ada lagi, sebelum dikombinasi menjadi rumah, tidak ada jati diri. Kayu, lampu, kapas, plastik, cat, dan semua perhiasan, juga perabot, harus dikombinasikan, manusia baru bisa tinggal, rumah Anda uraikan, tidak ada jati diri lagi. Jadi, di dalam Sutra Vajra Prajna Paramita mengatakan tentang Pinda-graha, segala sesuatu di dunia ini adalah Pinda-graha, jika diuraikan, apapun tidak ada lagi. Manusia juga Pinda-graha, merupakan kombinasi dari tanah, air, api, angin, dan akasa, suatu hari, terurai, tanah kembali ke tanah, udara kembali ke udara, angin kembali ke angin, api kembali ke api, air kembali ke air, apapun tidak ada lagi. Di mana manusia? Manusia tidak ada lagi. Menurut sabda Buddha, semua adalah Pinda-graha. Seperti damaru ini, ambil damaru ini sebagai contoh, ini terbuat dari kayu, ini adalah kulit, ini adalah kayu, dimainkan maka ada jati dirinya. Jati dirinya adalah dapat berbunyi, tanpa ini, ia tidak akan berbunyi, tidak ada kulit juga tidak dapat berbunyi, tidak ada kayu juga tidak dapat menjadi sebuah damaru. Ia adalah Pinda-graha, kulit, kayu, bandul, berubah menjadi sebuah damaru. Benda apapun adalah Pinda-graha, diuraikan maka sepenuhnya tidak ada jati diri lagi, inilah tiada jati diri dari tiga jenis pembebasan. Asalkan Anda berada di dalam tiada jati diri, Anda pun dapat terbebaskan.
Yang terakhir diulas dalam Trekcho adalah "tiada ikrar". Ini terlalu dalam, mari jelaskan tentang "tiada ikrar". Karena kita semua telah berikrar, berikrar Sila Bodhisattva, berikrar mau menyeberangkan insan, menyeberangkan insan dalam setiap kehidupan, kita telah berikrar. Sebenarnya berikrar demikian, pada akhirnya juga "tiada ikrar". Mari kita sendiri pikirkan sejenak, mengapa "tiada ikrar" itu terbebaskan? "Berikrar" mengapa tidak dapat terbebaskan? Saat kita baru mulai melatih diri, tentu harus berikrar baru dapat melatih diri, melatih diri sampai akhirnya akan menjadi "tiada ikrar".
"Tiada ikrar" maka bisa terbebaskan, ini mesti dipikirkan lebih seksama, ini kontradiksi, satu adalah "berikrar", kita membangkitkan Bodhicitta adalah "berikrar", menyeberangkan insan adalah "berikrar", menolong orang adalah "berikrar", beraksi sosial adalah "berikrar", berdana materi adalah "berikrar", berdana Dharma adalah "berikrar", membabarkan Dharma adalah "berikrar", mengapa pada akhirnya adalah "tiada ikrar"? Bahkan saat "tiada ikrar", melepaskan "ikrar", baru dapat terbebaskan. Ini adalah Trekcho, Trekcho ada 3 wujud, "tiada jati diri", "tiada wujud", "tiada ikrar", ketiga jenis ini dapat mencapai pembebasan. Ketiganya digabungkan, hampir mencapai pencerahan.
Ada sebuah lelucon, ada seorang bule yang suka makan, dari China bawa beberapa mochi kembali ke Amerika Serikat, bertemu orang lantas berkata, "Mochi China ini sangat aneh, ia tidak berlubang, bagaimana pasta kacang dimasukkan ke dalam? Lagipula, kalian lihat, wijen ini harus ditempel satu demi satu, butuh waktu berapa lama?" Ada seorang teman Amerika setelah mengunjungi China, berkata pada penerjemah, "China terlalu menakjubkan, terutama dalam hal bahasa, misalnya, tentara China memenangkan tentara Amerika, lantas mengatakan tentara China telah menang. Ada lagi, tentara China mengalahkan tentara Amerika, juga tentara China menang, kemenangan selalu di pihak kalian." Ini adalah pemakaian bahasa China yang pintar, baik memenangkan, mengalahkan, semua bisa diucapkan. Lelucon lain, di pengadilan hewan, singa menjadi jaksa, ia sedang menghakimi tiga ekor bebek. Jaksa singa bertanya pada bebek pertama, "Apa namamu?" Bebek menjawab, "Saya bernama Hua Hua." Jaksa singa bertanya, "Mengapa kamu dibawa ke sini?"" Hua Hua menjawab, "Saya bermain pukul gelembung air di kolam renang." Jaksa singa berkata, "Kamu tidak bersalah!" Ia pun membiarkannya pergi. Jaksa singa bertanya lagi pada bebek kedua, "Apa namamu?" Bebek menjawab, "Saya bernama Mao Mao." "Mengapa kamu dibawa ke sini?" "Saya juga bermain pukul gelembung air di kolam renang." Jaksa singa berpikir sejenak, juga membiarkannya pergi. Jaksa hakim bertanya lagi pada bebek ketiga, bebek ini babak belur, "Apa namamu?" Bebek menjawab, "Saya bernama Gelembung Air." Ini adalah sebuah lelucon, sebuah lelucon "berwujud", gelembung air tadinya "tidak berwujud", karena "tidak berwujud", sehingga tidak bersalah. Gelembung air adalah busa dihasilkan dari air yang diaduk, tangan memukul gelembung air, sebenarnya "tiada wujud", ia akan berubah menjadi air, apa yang salah? Tak disangka, gelembung air yang berwujud, benar-benar ada bebek yang bernama Gelembung Air.
Hari ini membahas tentang "tiada ikrar", mari bercerita pada Anda semua lelucon ini, ada seorang guru falkutas filsafat pada ujian pertengahan semester hanya menguji sebuah pertanyaan esai, "Apa itu keberanian?" Ketika semua orang sedang mati-matian menulis, ada seorang mahasiswa menyerahkan kertas jawaban, ia tidak menulis apa-apa, hanya menulis "Inilah keberanian" lalu diserahkan. Mahasiswa ini memiliki sedikit pemikiran filsafat. Sampai saat ujian akhir semester, guru tetap hanya menguji satu pertanyaan, "Ini adalah judul, silahkan menjawab." Semua orang tidak bisa menulis, namun, mahasiswa ini tetap menyerahkan lembar jawaban dengan cepat, bagaimana ia menulis? "Inilah jawaban, mohon beri nilai." Ia memiliki konsep filsafat, guru tidak mampu berbuat apa-apa pada mahasiswa ini, lalu panggil mahasiswa tersebut, "Saya ada dua pertanyaan untuk Anda, jika Anda dapat menjawab pertanyaan pertama, maka tidak perlu menjawab pertanyaan kedua." Mahasiswa menjawab, "Baik." Guru bertanya, "Ada berapa helai rambut Anda?" Mahasiswa menjawab, "Seratus dua puluh juta tiga ribu enam ratus satu helai." Si dosen terpaku seketika, "Anda tahu dari mana?" Mahasiswa menjawab, "Pertanyaan ini tidak perlu saya jawab." Apa maksud Mahaguru menceritakan lelucon ini? Lelucon ini adalah "tiada ikrar", jika Anda memahami "tiada ikrar", Anda pun bisa menjawab seperti ini, ini adalah pertanyaan filsafat. "Tiada ikrar" adalah semacam pertanyaan filsafat, "tiada wujud" adalah pertanyaan mengenai "berwujud", "tiada jati diri" adalah benda apapun jika diuraikan maka tidak ada jati diri lagi, ini adalah Trekcho dari 3 jenis pembebasan, Dharma dari 3 jenis pembebasan. Om Mani Padme Hum.