2013-07-27 Buddhata Memang Sudah Ada Karma Dikikis Bersih Dengan Sendirinya Memancarkan Cahaya Ibarat Awan Menutupi Mentari Begitu Awan Ditepis Cahaya Mentari Pun Terpancar

Ceramah Ketigabelas Sadhana 9 Tingkat Dzogchen oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Kebaktian Sadhana Yidam Padmakumara tanggal 27 Juli 2013 di Ling Shen Ching Tze Temple


Sembah sujud pada Bhiksu Liaoming, sembah sujud pada Guru Sakya Dezhung, sembah sujud pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah sujud pada Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala, sembah sujud pada yidam kebaktian Padmakumara.

Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, dan umat se-Dharma di internet, tamu agung kita hari ini antara lain: nyonya Dubes Liao Dongzhou Sdri. Judy, akuntan TBF Sdri. Teresa, profesor Department of Electrical Engineering, National Cheng Kung University Dr. Wang Li, OCAC director of Overseas Credit Guarantee Fund Nyonya Xue Shenghua dan Sdri. Xue Wang Shu-mei, dr. Lin Shuhua.

undefined

Hari ini kita menekuni Sadhana Yidam Padmakumara. Saya sendiri mewakili Padmakumara memberikan salam kepada seluruh tamu agung, semua umat, dan umat di internet, salam sejahtera, sehat dan panjang umur; yang pria makin lama makin tampan, yang wanita makin lama makin cantik, setiap orang awet muda, setiap hari bahagia, sukacita. Sebenarnya, kita tidak boleh menganggap Padmakumara sebagai anak kecil, kumara artinya Bodhisattva, berarti Padma Bodhisattva. Mengapa Padmakumara berarti Bodhisattva? Karena, kumara itu sangat polos, sangat murni. 

Di dalam Sutra disebutkan tentang "Kumara", yang namanya kumara adalah bhava, sebenarnya, berarti Bodhisattva. Watak Bodhisattva, selain harus mencerahi diri sendiri, juga harus mencerahi orang lain, diri sendiri tercerahkan, masih harus mencerahkan orang lain; Bodhisattva itu fokus membantu semua insan, mengorbankan diri sendiri, itulah Upeksa tak terhingga. 

Namun, Mudita tak terhingga, Maitri tak terhingga, Karuna tak terhingga, dan Upeksa tak terhingga adalah membangkitkan Bodhisattva, termasuk praktek Bodhi dan ikrar Bodhi, asalkan dapat melaksanakan, kita seharusnya membantu para insan; hanya memberikan, tidak mengharapkan balasan. Itulah watak Kumara. Orang dewasa memandang lukisan, akan melebur ke dalam lukisan. Namun, bocah melihat pameran lukisan, ia melihat lukisan tanpa niat, ia hanya lewat saja, melihat sebentar saja, tidak akan ada sensasi apapun, hatinya sepenuhnya tidak ada penyertaan hati. Oleh karena itu, ada sebuah perumpamaan: bocah melihat lukisan, artinya ia melihat segala sesuatu di dunia ini tanpa penyertaan hati, kemudian tidak ditaruh di hati; segala sesuatu di dunai ini tidak ditaruh di hati, ini adalah hati bocah. Sebagian besar bocah itu demikian. Kumara yang disebut di dalam Sutra, bukan anak kecil, melainkan ia memiliki hati yang polos, Bodhisattva yang berhati polos, disebut kumara. Oleh karena itu, kumara yang disebut di dalam Sutra juga disebut Bodhisattva. Dulu, Sang Buddha juga pernah menjadi kumara selama banyak kehidupan! Di dalam Sutra Jataka, Sang Buddha pernah menjadi Kusala-prajna-kumara, juga pernah bernama Himalaya-kumara, Ia pernah bernama Kumara selama banyak kehidupan. Itu sebabnya, Padmakumara bukan bocah/anak kecil biasa, kalian mengukir Padmakumara menjadi wajah baby, seperti anak kecil, agar semua orang senang melihatnya, ini juga baik. Mahaguru setiap kali melihat anak kecil, hati sangat senang, melihat orang dewasa, hati juga sangat senang. Itu sebabnya, Mahaguru memandang anak kecil dengan hati sendiri, merasa anak kecil sangat manis; melihat orang dewasa, saya melihat orang dewasa dengan hati bocah, setiap orang sangat manis. Hari ini memberitahu kalian semua, Padmakumara bukan anak yang sangat kecil, namun, mengukirnya menjadi mirip anak kecil, juga membuat orang tersenyum sebentar, sangat bagus.

Hari ini mau mengulas tentang Manjushrimitra di dalam Sadhana Dzogchen, Beliau membagikan Sadhana Dzogchen menjadi 3 bagian, pertama disebut "bagian hati", kedua disebut "bagian alam", ketiga disebut "bagian kunci". Hari ini kita mengulas tentang "bagian hati". Tadinya, mengulas tentang Sadhana Dzogchen sangat rahasia, karena banyak hal tidak boleh disebarkan. Mari kita cerita lelucon! Ada sebuah desa tertimpa musibah kemarau, petani mencari seorang bhiksu untuk memohon hujan.

Petani bertanya, "Kapan baru turun hujan?" Bhiksu memberikan sebuah buntelan kepada petani, berkata, "Tadinya rahasia langit tidak boleh dibocorkan, naun, di dalam buntelan ini ada rahasia langit, hanya pada hari turun hujan baru boleh dibuka." Tak lama kemudian, benar-benar turun hujan, petani buru-buru membuka buntelan, tampaklah di atas tertulis, "Hari ini akan turun hujan." Petani sangat terharu, "Ramalan si bhiksu sangat tepat." "Sadhana Dzogchen" tadinya adalah sesuatu yang sangat rahasia, tidak boleh diutarakan, seharusnya disimpan di dalam buntelan, suatu hari kita tiba-tiba mencapai pencerahan, kita membuka buntelan, di atas tertulis, "Hari ini Anda mencapai pencerahan." Kalian akan mengatakan, "Ramalan Mahaguru sangat tepat." Prinsip yang sama, sebenarnya "bagian hati" sama sekali tidak dapat diutarakan, tidak dapat dijelaskan. Namun, Manjushrimitra mengelompokkannya, kemudian, menjelaskannya.

Kita manusia, sebagian besar dalam mempelajari Buddhadharma, tidak mampu lebih mendalami, hanya kulit saja. Bagaimana dengan hati? Sama sekali tidak dapat dijelaskan, sesuatu yang sangat dalam. Dulu, bukankah kita pernah menceritakan tentang Bodhidharma, Beliau pergi ke daratan timur, ada seorang bernama Shen Guang yaitu patriak kedua, Ia memohon Dharma, memohon Bodhidharma mewariskan Dharma pada-Nya. Shen Guang berlutut memohon di atas tanah bersalju, Shen Guang demi menunjukkan ketulusannya, memutuskan lengan memohon Dharma, memutuskan lengan sendiri. Wah! Ini benar-benar sangat susah, orang zaman sekarang tidak mungkin seperti itu, itu disebut mutilasi diri, merusak tubuh Buddha sendiri. Anda sendiri adalah Buddha, Anda memutuskan lengan berarti memutuskan tangan Buddha? Jadi tidak boleh.

Zaman dulu ada kejadian seperti itu, Gunung E'mei ada "jurang pengorbanan tubuh", yaitu melihat cahaya Buddha, Buddha di dalam cahaya, kemudian loncat keluar dari dalam; pengorbanan tubuh, mengorbankan tubuh kepada Buddha. Ini juga tidak boleh.

Ada lagi, di Vihara Tiantong, Daratan China, ada membakar jari dipersembahkan kepada Buddha. Vihara Tiantong adalah vihara tertinggi aliran Vinaya, di sana menaati sila, karena berikrar tidak membiarkan tangan sendiri terkontaminasi, sekalian membakar tangan sendiri. Orang dulu, membakar jari dipersembahkan kepada Buddha itu membungkus jari dengan kain, dicelupkan minyak tanah, dinyalakan api, api pun terus membakar, daging pun sudah habis dibakar, tinggal tulang, kemudian gunting! Inilah membakar jari dipersembahkan kepada Buddha. Ini dulu ada di Vihara Tiantong, sekarang juga tidak boleh membakar jari dipersembahkan kepada Buddha.

undefined

Ada yang menyulut dupa dipersembahkan kepada Buddha, yaitu menyulut dupa di kepala. Mahaguru di sini ada 3 sulutan dupa, saat menerima Sila Bodhisattva, menyulut 3 sulutan di sini. Ini adalah 3 sulutan dupa saat saya menerima Sila Bodhisattva, kira-kira umur 30 tahun lebih, saya menyulut 3 sulutan dupa, hingga sekarang tidak hilang, masih utuh. Saya dengar Master Xuanhua, punggungnya penuh dengan sulutan dupa, di depan dada juga penuh sulutan dupa. 

Mengapa menyulut sebanyak itu? Tidak ada yang bertanya, ia juga tidak cerita, jangan-jangan melanggar satu sila menyulut satu dupa? Saya juga tidak jelas mengapa tubuhnya begitu banyak sulutan dupa. Ada orang menyulut dupa, semua dilakukan pada tengah malam, dupa ditancap di atasnya, dilem dengan power glue, menyalakan dupa, bakar bakar bakar, bakar hingga di dalam daging, harus menahan sakit, bahkan bisa infeksi, maka harus mengoles obat penghilang radang.

Seperti kepala Acarya Changzhi, bukankah ada 3 sulutan dupa? Namun, ada dua yang bergabung, mengapa? Karena infeksi, kemudian terus menular. Menurut Changzhi, ada bhiksu mengalami infeksi kulit kepala, bahkan tumbuh ulat, karena tidak boleh membunuh, ia menjepit ulat putih dan ditaruh di atas tanah berumput. Menyulut dupa baru ada pada zaman Kaisar Wu pada Dinasti Liang, dulu pada zaman Sang Buddha tidak ada menyulut dupa, saat itu tidak diperkenankan. Namun, ada sebagian bhiksu, demi sila, merasa harus sangat tulus, baru menyulut dupa, juga ada yang membakar jari dipersembahkan kepada Buddha, ini semua menyakiti tubuh Buddha, semua tidak baik. Oleh karena itu, sekarang tidak begitu, sekarang menjadi bhiksu belum tentu harus menyulut dupa, karena kadang-kadang menyulut dupa, setelah kulit infeksi, sangat sulit disembuhkan. Mahaguru menyulut 3 dupa ini, sangat indah, suatu kali saya melakukan pemeriksaan badan, perawat melihat 3 sulutan dupa ini, terperanjat, "Anda anggota geng mana?" Saya berkata, "Bukan, ini adalah sebuah ritual umat Buddha, saya bukan anggota geng." Yang namanya "bagian hati", benar-benar sangat misterius, bahkan tidak boleh diungkapkan, ia ada yang paling dalam, yang paling dalam tidak boleh diungkapkan, dengan kata lain "asal mula". Umat Buddha berasumsi kita setiap manusia memiliki Buddhata, pada saat asal mula, tiada awal dan tiada akhir, dulunya kita membawa Buddhata. Buddhata bukan hasil pembinaan diri kita, melainkan memang sudah ada. Misalnya matahari, di bawah matahari ditutupi oleh awan, matahari memang sudah ada, bukan kita menciptakan sebuah matahari. Awan kita geser, matahari baru muncul, itulah maksudnya, bukan hasil pembinaan diri kita. Kita melatih diri yaitu mengikis rintangan karma kita, setelah semua rintangan karma bersih, Buddhata kita dengan sendirinya terpancar. Buddhata adalah "asal mula", Buddhata juga disebut "hati", sebuah istilah saja!

Shen-guang bertemu Bodhidharma, memohon Dharma dengan memutuskan lengan, terakhir Bodhidharma juga menemui-Nya. Tadinya Bodhidharma tidak menemui-Nya, setelah Shen-guang memutuskan lengen memohon Dharma, Bodhidharma melihat-Nya begitu tulus, sehingga menemui-Nya. Begitu bertemu dengan-Nya, Shen-guang berkata, "Hati saya sangat galau. Bagaimana menyingkirkan kegalauan saya?" Sekarang, kalian yang hadir di sini, jika tidak ada kegalauan, ia sudah luar biasa, yaitu Bodhisattva, yaitu Buddha. Bodhidharma berkata pada-Nya, "Di dalam hati Anda ada kegalauan, berikan hati Anda pada saya." Pernyataan ini membuat Shen-guang membisu. Ia lama mencari, tidak menemukan hati, Ia pun berkata pada Bodhidharma, "Saya tidak menemukan hati." Bodhidharma pun menjawab dengan jawaban yang sangat luar biasa, kalian harus ingat jawaban ini, "Hati Anda, sudah saya tenangkan." Dengan kata lain, "Hati Anda telah tenang." Tidak menemukan hati adalah menenangkan hati; menemukan hati, itulah kegalauan. Tadinya tidak ada kegalauan, Anda sendiri yang mencari kegalauan itu sendiri; jelas-jelas tri-sāhasra-mahā-sāhasra-lokad-hātu, memang tidak ada kegalauan, kegalauan itu kita cari sendiri. Shen-guang berkata pada Bodhidharma, "Hati saya tidak tenang." Bodhidharma berkata pada-Nya, "Berikan hati Anda, saya tenangkan untuk Anda." Shen-guang berkata, "Tidak menemukan hati." Bodhidharma berkata, "Saya telah menenangkan hati Anda." Inilah Buddhata. Tadinya Anda sendiri tidak ada kegalauan, karena tubuh Anda menghasilkan kegalauan; tadinya Anda adalah Buddha, setelah memiliki tubuh ini, berbagai macam kegalauan pun mulai keluar. Tanpa tubuh ini, ketika Anda kembali ke "asal mula", Anda sendiri adalah Buddha. Inilah yang pertama dijelaskan di dalam "bagian hati".

Saya berikan lagi sebuah ilustrasi pada Anda semua, ada seorang pelukis melukis sebuah lukisan, ia mengatakan ia telah selesai melukis. Ia mulai memamerkan lukisan ini, pelukis pun menempelkan lukisan ini di dinding, begitu semua orang melihat, hanya selembar kertas putih, "Mana ada lukisan?" Judul yang tertulis di bawah lukisan adalah, "Menggembala sapi." Setelah melihatnya, orang-orang bertanya pada pelukis, "Menggembala sapi makan rumput, mana rumputnya?" Pelukis berkata, "Rumput telah habis dimakan sapi." "Mana sapinya?" "Sapi pergi sehabis makan." Jadi, hanya selembar kertas putih saja, sehingga lukisan ini disebut "sapi makan rumput". Hati juga demikian, selembar kertas putih, di bawah tertulis "hati", begitulah. Kita mengatakan "bagian hati", bagaimana menjelaskan? Marilah kita lihat lelucon ini! Di atas pesawat terbang, ada seorang bernama Ming-guang, tengah mengeluh pada pramugari, ia protes pada pramugari, "Setiap kali saya naik pesawat terbang selalu duduk di tempat yang sama, tidak ada televisi, tidak ada tirai jendela, membuat saya tidak bisa tidur."

Pramugari berkata, "Pilot, tolong Anda jangan main lagi, ya?" Penumpang itu adalah pilot, dengan demikian, Anda telah mengerti, mengendarai pesawat terbang tidak ada tirai jendela, juga tidak ada televisi yang bisa ditonton, duduk di tempat yang sama. Jadi, artinya, Anda harus mengerti sebabnya, ia sendiri adalah pilot, demikianlah asal mula dari hati, memang ada di tempat itu. Sebuah ilustrasi lagi, hakikat kita setiap manusia adalah Buddhata, jika menganalisa dengan filsafat, yaitu "hakikat", "wujud", dan "fungsi", hakikat adalah Buddhata, bagaimana wujudnya? Kita manusia adalah wujud, wujud pun keluar. Apa wujud dari Buddhata? Menurut Sadhana Dzogchen, wujud Buddhata adalah terang, yakni cahaya. Mahaguru pernah mengatakan Buddha Rahasia Cahaya Suci, kita japa Sutra Raja Agung, Buddha pertama adalah Buddha Rahasia Cahaya Suci, cahaya yang suci, Buddha yang sangat rahasia, inilah Buddhata. Padmakumara itu sendiri adalah Buddha, Ia adalah Buddha yang sangat suci, sangat rahasia, itulah wujud-Nya, hakikat adalah Buddhata, wujud adalah cahaya suci yang rahasia, selanjutnya fungsi, apa itu fungsi? Yaitu Dharmabala. Dulu, saya sering menjelaskan sebuah sadhana "Sadhana Sumur Emas", "Satu gores menjadi kali, dua gores menjadi sungai, tiga garis empat garis menjadi sumur emas. Kuas ini bukan kuas biasa, melainkan kuas sarjana Gunung Lu, menunjuk langit langit manjur, menunjuk manusia tumbuh, menunjuk setan binasa." Juga boleh dijapa seperti ini, "Satu gores menjadi kali, dua gores menjadi sungai, tiga gores empat gores menjadi sumur emas. Kuas ini bukan kuas biasa, melainkan kuas sarjana dari Gunung Lu, menunjuk langit langit bersih, menunjuk bumi bumi manjur, menunjuk manusia tumbuh, menunjuk penyakit binasa." Untuk penyembuhan. Wajah Anda tumbuh jerawat, Mahaguru pun menggores demikian, "Satu gores menjadi kali, dua gores menjadi sungai, tiga gores empat gores menjadi sumur emas. Kuas ini bukan kuas biasa, melainkan kuas sarjana dari Gunung Lu." Gunung Lu adalah gunung kita, Gunung Lu di daratan China, "menunjuk langit langit bersih, menunjuk bumi bumi manjur, menunjuk manusia tumbuh, menunjuk jerawat binasa." Jerawat pun binasa, inilah sebuah cara menyembuhkan penyakit, merupakan sebuah Dharmabala, yang namanya "fungsi" adalah Dharmabala.

undefined

Bhiksu Lama Lianwan mahir Wing Chun, ia mampu memperagakan Wing Chun set pertama, Wing Chun set kedua, Wing Chun set ketiga, ia memperagakan 3 set Wing Chun. Set pertama itu sederhana, kemudian makin lama makin dalam, set ketiga paling dalam. Ibarat mengulas "bagian hati", yang tertinggi adalah "hati", yaitu Buddhata, di tengah adalah terang, kemudian fungsi. Saya telah belajar setengah jurusnya, seperti penggal sana, penggal sini (Mahaguru memperagakan jurus), setengah jurus keliling dunia persilatan. 

Wing Chun harus diperagakan hingga lengan sangat bertenaga, ini tidak gampang, itu dilatih dengan mengandalkan keteguhan hati. "Bagian hati" juga mengulas 3 set, yaitu hakikat, wujud, dan fungsi, yang paling dalam tidak pernah diperlihatkan. Jurus yang Mahaguru peragakan ini diperoleh dari hasil menyaksikan Wing Chun dari Bhiksu Lama Lianwan, saya pernah belajar. Lian Wan itu Wing Chun asli, Mahaguru Wing Chun palsu, hanya bermain saja, namun, inilah fungsi, Anda benar­-benar belajar sesuatu, akan menghasilkan fungsi.

Ketika kita sampai bagian fungsi, itulah fungsi Buddhata, wujud Buddhata adalah terang, sebenarnya adalah Buddhata. Demikianlah penjelasan bagian hati, hati pada dasarnya adalah Buddhata, ketika ia menghasilkan wujud, itulah Buddha Rahasia Cahaya Suci; ketika ia menghasilkan fungsi, itulah Dharmabala, Dharmabala yang dihasilkan dari hati. Inilah penjelasan dari bagian hati itu sendiri. Kita ambil sebuah gantha, apa hakikatnya? Yaitu tembaga, terbuat dari tembaga. Wujudnya? Diukir seperti ini adalah wujudnya, ini disebut gantha. Fungsinya adalah mengeluarkan bunyi, bunyi yang kita dengar adalah fungsinya. Apa asal mulanya? Yaitu tembaga. Seperti inilah bagian hati.

Kapal uap yang ditumpangi seorang penumpang menabrak batu karang, kapal akan tenggelam, ia tanpa kuatir sedikit pun, terus menikmati rotinya. Kapten kapal bertanya, "Pak, kapal akan tenggelam, mengapa Anda masih makan?" Penumpang menjawab, "Dokter pernah memberitahu saya, jangan sekali-kali minum saat perut kosong." Kapal pun tenggelam, hakikat pun tidak ada lagi, hampir mati, semua kembali ke Buddhata, masih makan roti, ia mengatakan bahwa dokter menyarankannya untuk tidak minum air saat perut kosong. Kita manusia sering melakukan hal-hal yang menggelikan, sumber yang sejati tidak dicari, malah dijerat oleh hal-hal duniawi. Yang benar-benar kritis adalah mencari Buddhata kita, mengikis rintangan karma pada diri kita, menguraikan tubuh, saat itu Buddhata baru akan keluar. Oleh karena itu, penekunan Tantra harus melancarkan nadi tengah, kemudian melihat cakra hati Anda, membuka cakra hati Anda, cakra hati terbuka, saat ini bakar dengan bindu dan api kundalini, maka akan menghasilkan terang. Terang itu adalah wujud dari Buddhata kita yang sebenarnya. Mahaguru pernah mengatakan yang namanya menyaksikan Buddhata, itu karena cakra hati Anda telah terbuka, pusat cakra hati ada cakra surya dan candra, di atas cakra surya dan candra terdapat cahaya biru, itu melambangkan Buddhata kita, begitu cahaya biru ini muncul, itulah wujud yang dihasilkan oleh Buddhata itu sendiri.

Besok akan mengulas tentang "alam", yaitu "alam" dari "bagian hati", "bagian alam", "bagian kunci". Yang namanya "bagian alam" itu mengulas tentang terang. Sebenarnya pada tubuh setiap manusia terdapat cahaya, yang benar-benar memiliki mata kebijaksanaan, yang memiliki mata langit, melihat Anda lewat, akan melihat cahaya pada tubuh. Melihat cahaya tubuh Anda kelabu, seperti badai pasir Beijing, artinya rintangan karma Anda sangat berat. Jika Anda dapat memperlihatkan cahaya suci, cahaya putih yang sangat bersih, itu sangat luar biasa, Anda adalah orang hebat dalam pembinaan diri. Cahaya berkah adalah cahaya merah yang sangat terang.

Seperti Ping'er melihat Mahaguru, Sdr. Dai Lin bertanya pada Ping'er, "Kamu melihat di tubuh Mahaguru ada cahaya apa?" Ping'er diam-diam berkata pada Dai Lin, "Tubuh Mahaguru ada cahaya merah yang sangat terang." Itu kata Ping'er, bukan kata Mahaguru, atau Anda tanya pada Ping'er. Sungguh, ia berumur 3 tahun, ia adalah dakini yang Mahaguru bawa turun dari Alam Pemandangan Unggul Sungai Langit.

Mereka tadinya tidak tahu ia memiliki mata batin, ada seorang umat mengatakan tubuhnya sering ada serangga, saya pun berkata pada Ping'er, "Lihat, di tubuh saudari se-Dharma ini ada apa?" Begitu ia lihat, "Di tubuh saudari se-Dharma ini ada banyak serangga." Ia berkata pada ibu. Heh? Kita tidak mengatakan pada Ping'er bahwa di tubuh saudari se-Dharma ini terdapat serangga, alhasil, Ping'er benar-benar melihat di tubuhnya memang ada banyak serangga. Sehingga menemukan bahwa dirinya memiliki mata langit. Tentu saja, ia adalah dakini, saat berumur 3 tahun, ubun-ubun belum tertutup, tentu saja ada mata langit bisa melihat, setelah dia beranjak dewasa, mungkin tidak mampu melihat lagi. Dai Lin bertanya lagi pada Ping'er, "Coba lihat di tubuh Mahaguru ada sinar apa?" "Di tubuh Mahaguru ada sinar merah, seperti api, cahaya merah seperti api." Ping'er berkata pada Dai Lin, "Jangan terlalu dekat dengan Mahaguru." Mengapa tidak boleh terlalu dekat? Bisa terbakar. Sebenarnya, api itu adalah cahaya api sejuk berwarna merah yang tidak bisa membakar, namun, ia melihat api, banyak api sedang membakar. Ping'er bisa melihat cahaya. Jika kita benar-benar telah berhasil, asalkan nadi tengah telah terbuka, fungsi pun muncul, dan mulai memperlihatkan kekuatan gaib. Nadi tengah belum terbuka, daya gaib apapun tidak akan ada, hanya satu macam daya gaib, makan yang harum, keluar yang bau, itu juga daya gaib! Nadi tengah benar-benar telah terbuka, Anda akan mengalami sensasi, akan mengalami kontak batin, semua akan muncul.

undefined

Bagaimana membuka nadi tengah? Itu akan dibahas dalam bagian "alam". Di dalam "bagian hati" mengatakan bahwa alam "asal mula" adalah Buddhata, segalanya tidak ada, semua adalah sunya, sangat hening dan tenang, tidak ada segalanya, kegalauan itu tidak ada. Oleh karena itu, hati yang sejati itu tidak ada kegalauan, tidak ada pikiran yang tidak-tidak, tidak ada hasrat, itulah Buddhata. Itu sebabnya, disebut melihat namun tidak melihat, tidak melihat Buddhata. 

Namun, Buddhata itu sendiri memang ada. Ini disebut melihat namun tidak melihat; Anda tidak mampu melihat, namun, ia memang ada. Namun, wujud yang ia perlihatkan, yaitu di tengah cakra hati Anda, membuka cakra hati, di atas cakra surya dan candra di tengah cakra hati, ada sinar biru yang berdiri tegak, melambangkan Buddhata Anda sendiri. Ketika Anda melatih diri hingga muncul cahaya ini pada diri Anda, kelak Anda hirup serap semua cahaya di luar, lalu melebur dengan cahaya di tubuh Anda, maka menjadi tubuh penjelmaan sinar pelangi. 

Tingkat tertinggi dari "Sadhana Dzogchen" adalah tubuh penjelmaan sinar pelangi, seperti seberkas pelangi, langsung naik ke tengah angkasa, itu adalah tingkatan tertinggi ­-- tubuh penjelmaan sinar pelangi. Wujud Anda adalah sinar pelangi, ketika Padmasambhava berubah menjadi sinar pelangi, ada gambar sinar pelangi, di dalam Thangka muncul wujud sinar pelangi, itulah "wujud", tahap kedua dari munculnya Buddhata, yaitu muncul sinar pelangi dan sinar cakra hati. Asalkan nadi tengah Anda telah terbuka, Anda pun menghasilkan sensasi, dapat melihat semua cahaya, cahaya di tubuh semua orang, seperti orang ini tidak ada rintangan karma, rintangan karma orang ini bagaimana, apa asal usul orang ini, bisa terlihat sangat jelas. Namun, yang terpenting adalah, nadi tengah harus terbuka. Padmasambhava pernah berkata, "Semua pahala berasal dari bradha kumbha prana (pernapasan botol)." Oleh karena itu, kita harus melatih kumbha prana, itulah prinsipnya. Mahaguru setiap hari melakukan kumbha prana, tujuan utama supaya nadi tengah bisa terbuka, asalkan Anda mampu tahan napas, prana pasti akan masuk ke dalam nadi tengah, perlahan-lahan meningkat, sampai akhirnya, nadi tengah pun terbuka. Ketika nadi tengah terbuka, akan menghasilkan semacam sinar, saat itu, akan mengalami semacam sensasi daya gaib.

Xiaoming suami istri mau memberikan nama untuk anak yang baru lahir, Xiaoming berkata, "Saya berharap kelak anak kita berkarakter, mari berikan nama sebuah nama Ping." Istri berkata, "Saya berharap kelak anak kita sehat, mari berikan sebuah nama Kang." Xiaoming pun berkata, "Tetapi nama keluarga kita adalah Ou, baguskah?" Nama keluarga Ou, diberi nama Ping, diberikan nama Kang, sehingga nama lengkapnya Ou Ping-kang. (Pelesetan Bahasa Taiwan: korek hidung) Ini juga 3 kata, hakikat, wujud, dan fungsi, sebenarnya semua adalah Buddhata, hakikat itu tidak ada, Buddhata yang tidak terlihat, adalah Buddhata kosong, karena kosong, sehingga rahasia sinar suci; muncul, menjadi cahaya, itu kedua; ketiga, adalah fungsi. Ada orang menjelaskan dengan cermin, tadinya tidak ada, terakhir muncul cahaya, cermin ada cahaya, cahaya terpancar, akan menghasilkan terang. Menghadapkan cermin ke insan, gunung, sungai, dan daratan luas berada di dalam cermin, semua bisa terpantul dalam cermin, inilah fungsi. Bagian hati dari Manjushrimitra terutama menjelaskan hal-hal ini.

Kita jangan dijerat oleh hal-hal duniawi, jika setiap masalah menjerat, mau melihat cahaya, mau merasakan cahaya, sangat sulit. Ada seorang kepala rumah sakit jiwa berkata pada penderita sakit jiwa, "Anda telah memperlihatkan keberanian Anda menolong seorang yang tenggelam." Penderita sakit jiwa dengan puas berkata, "Masalah kecil, tidak layak diungkit." Ia bahkan bisa mengucapkan peribahasa. Kepala rumah sakit jiwa melanjutkan, "Sayangnya, orang yang Anda tolong ini bunuh diri dengan gantung diri." Penderita sakit jiwa sangat terkejut bertanya, "Tidak mungkin! Saat itu saya melihat sekujur tubuhnya basah kuyup, saya pun gantung dia untuk dijemur." Kita melatih diri, jangan mundur, ingat kita harus membersihkan rintangan karma kita, bukan setelah Anda membersihkan rintangan karma Anda, Anda pindahkan lagi ringantan karma ke dalam diri Anda. Kegalauan Anda telah bersih, Anda tahu galau itu tidak baik, Anda telah buang kegalauan ibarat sampah, kemudian Anda tumpuk lagi sampah Anda, tumpuk sampah baru ke dalam diri Anda, setelah sampah dibuang, sampah baru ditumpuk lagi, bukankah kontradiksi? Sebenarnya, seluruh tubuh Anda harus diubah menjadi rahasia cahaya suci, jika Anda dapat melhat rahasia cahaya suci, berarti sangat bersih. Buat apa menuang lagi benda kotor, air kotor ke dalam tubuh dan pikiran Anda? Oleh karena itu, sadhaka itu hidup sehari, bahagia sehari. Mengapa? Karena ia bebas dari kegalauan, ia membuang semua sampah hingga kosong, itu sebabnya, ia akan bahagia, ia tidak akan menderita. Namun, insan itu menderita, memang benar, tidak dapat membuang penderitaan. Namun, kita telah membuang penderitaan, buat apa memasukkan penderitaan ke dalam pikiran sendiri? Cari kegalauan sendiri! Sekian ceramah "bagian hati". Om Mani Padme Hum.


來源:Seattle Ling Shen Ching Tze Temple


慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。