2015-12-26 Bhavana Memerlukan Keuletan dan Konsistensi
Ceramah Sadhana Dzogchen ke-189 oleh Dharmaraja Liansheng Sheng-yen Lu pada Upacara Agung Api Homa Amitabha Buddha, Sabtu 26 Desember 2015 di Taiwan Lei Tsang Temple
Sembah puja pada Para Guru Silsilah, sembah puja pada Bhiksu Liaoming, sembah puja pada Guru Sakya Zheng-kong, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja pada Guru Thubten Dhargye, sembah puja pada Triratna mandala, sembah puja pada Adhinatha Api Homa hari ini : Amitabha Tathagata dari Ksetraparisuddhi Barat Sukhavatiloka, sembah puja pada Mahadewi Rsi Yaochi, sembah puja pada Gyalwa Karmapa ke-16 Karmapa Chenno.
Gurudara, Tubten Ksiti Rinpoche, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat Sedharma, dan umat Sedharma yang menyaksikan melalui internet, para tamu agung, Akademisi Academy of Sinica Prof. Zhu Shi-yi dan istri Ibu Chen Wen-wen, Sekretaris Jenderal Pemerintah Provinsial Taiwan : Bpk. Zheng Pei-fu dan istri Ibu Han Wu-zhen, Penasihat Hukum TBF Pengacara Zhuo Zhongsan, dr. Zhuang Junyao, Tim Profesor doktor Zhenfozong, Prof. Wang Li, Prof. Mai Yunhuang, Prof. Gu Haoxiang, Prof. Cai Guoyu, Prof. Ye Shuwen, Prof. Hong Xingyi, Prof. You Jiangcheng, dan dr. Lin Junan. Ketua umum Lotus Light Charity Society Acarya Changren, Ketua Lotus Light Charity Society wilayah Taiwan Bpk. Li Chun-yang, perwakilan Anggota Legislatif Kota Tainan : Cai Wang-quan, , Jenderal Manajer Ching Yi Biotech Co. Ltd. Sdri. Zhang Yu-zhen, Pimpinan Perusahaan Lidageshi : Bpk. Lin Huixiong, Pimpinan Perusahaan Perabot Chipin Sdri. Huang Shu-qi, Jenderal Manajer CopyRight V&H Investment & Finance Corporation : Sdri. Yang Wenqi dan pimpinan, Bpk. Zhang Zirong. Produser Sembilan Tingkat Dzogchen, Diktat Hevajra, dan Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana - Acarya Lianyue dan pembawa acara Sdri. Pei-jun, Produser acara Gei Ni Dian Shang Xin Deng di CTI Sdri. Xu Ya-qi, My sister Ibu Lu Sheng-mei. Para peserta dan panitia tahun ke-3 Kamp Muda-mudi Internasional Zhenfo Zong 2015.
Terima kasih kepada Bpk Lin Huixiong yang telah berdana untuk konsumsi sebesar NT 100 ribu, Sdr. Lu Qiwei yang telah berdana untuk konsumsi sebesar NT 100 ribu, dr. Hong Xinjia yang telah berdana untuk konsumsi sebesar NT 100 ribu, Rumah Lelang Daxing dari Ruang Seni dan Sastra Daxing di Huashan Taipei berdana untuk konsumsi sebesar NT 100 ribu. Selamat siang semua ! Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Taiwan ) Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Mandarin )
Apa kabar semuanya ! ( Bahasa Kanton ) Ogenki desuka ! ( Bahasa Jepang : Apa kabar ) Good afternoon ! ( Bahasa Inggris : Selamat sore. )
◎ Terlebih dahulu kita perlu memanjatkan syukur kepada Mahadewi Rsi Yaochi dan Gyalwa Karampa ke-16, Karmapa Chenno, Beliau telah hadir menjenguk kita semua. Hari ini kita melakukan Upacara Api Homa Amitabha Buddha, dihadiri juga oleh Yaochijinmu dan Karmapa ke-16, Karmapa Chenno, penuh dengan Dharmasukha.
Pada umumnya bhiksu dan bhiksuni melafal Amituofo, tiap kali berjumpa mereka akan mengucapkan “Amituofo.”, sedangkan para Daois, tiap kali berjumpa mereka mengucapkan, “Wuliangshou Fo.”, sesungguhnya keduanya adalah Amitabha Buddha. Amitabha Buddha telah menyatakan, asalkan dengan sepenuh hati dan konsentrasi melafal Nama Agung-Nya, “Namo Amitabhaya Buddhaya.”atau boleh juga melafal, “Amitabha Buddha”, maka Trini Arya Sukhavati, yaitu Amitabha Tathagata, Avalokitesvara Bodhisattva dan Mahastamaprapta Bodhisattva akan hadir untuk menjemput, sehingga Anda dapat terlahir di Buddhaksetra Barat, Sukhavatiloka, ini sangat baik.
Saat menjelang ajal melafalkannya, yang paling penting adalah sepenuh hati dan konsentrasi, namun memang sukar untuk mencapai kondisi sepenuh hati dan konsentrasi , sebab saat menjelang ajal, pikiran seseorang akan bercabang, dan teringat segala hal yang telah lampau, pikirannya sukar untuk tenang, namun asalkan Anda sanggup memasuki kondisi tenang, sepenuh hati dan konsentrasi, melafal Nama Buddha, maka Anda dapat terlahir di Buddhaksetra walau dalam kondisi membawa karma. Dalam Sukhavatiloka Amitabha Buddha ada empat tingkat Ksetraparisuddhi, yang pertama adalah kelahiran masih membawa karma, atau Ksetraparisuddhi tempat berdiam insan awam dan Suciwan, Anda bukan orang suci, Anda punya rintangan karma, namun Anda telah terlahir di sana, di sana juga terdapat Suciwan yang dapat menuntun Anda dalam bhavana.
◎ Ini adalah Ksetraparisuddhi tingkat pertama, kediaman orang awam dan Suciwan, dengan kata lain, Anda masih merupakan insan awam, namun Anda sanggup melafal Nama Buddha dengan sepenuh hati, meskipun tidak memiliki pengetahuan dalam Buddhadharma, dan memiliki rintangan karma yang berat, namun karena saat menjelang ajal sanggup sepenuh hati melafal, maka Anda memperoleh penjemputan, terjalin kontak batin dengan Buddha, sehingga Anda dijemput, Ksetraparisuddhi tersebut bernama Kediaman Awam dan Suciwan.
Lebih dalam lagi adalah Ksetraparisuddhi Upaya Bersisa, kemudian Ksetraparisuddhi Realitas Keagungan, dan yang tertinggi adalah Ksetraparisuddhi Terang Keheningan Sempurna. Sukhavatiloka dibagi menjadi empat Ksetraparisuddhi, dan terdapat sembilan tingkat kelahiran padma, di antaranya adalah kelahiran dengan membawa karma, ini sangat istimewa, sebab seberat apa pun rintangan karma Anda, asalkan saat menjelang ajal Anda sanggup sepenuh hati dan konsentrasi melafal, maka Beliau akan menjemput Anda untuk terlahir di Buddhaksetra. Oleh karena itu, di sinilah letak keagungan dan keunggulan Amitabha Buddha, sanggup menjemput para insan yang masih memiliki karma untuk terlahir di Buddhaksetra.
Pada umumnya, Buddhaksetra yang lain tidak demikian mudah, mereka tidak memiliki Ksetraparisuddhi Kediaman Awam dan Suciwan, semua memerlukan pemurnian karma, setelah termurnikan, dan tiada lagi rintangan karma, barulah dapat terlahir di Buddhaksetra tersebut. Namun Sukhavatiloka berbeda, oleh karena itulah Amitabha Buddha menjadi sangat termasyhur, setiap orang melafalkan Nama Buddha, tiap kali bhiksu dan bhiksuni berjumpa, atau tiap kali umat Buddha berjumpa, selalu mengucap, “Amituofo.”
Dahulu, di Vihara Padma di Taizhong, saya melafal empat aksara, “Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo. Amituofo….” Kemudian mendengar CD yang dipublikasikan oleh Budaya Daden, demikian melafalkannya : “Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo. Namo Amituofo….” ( Mahaguru melantunkan ) Enam aksara maupun empat aksara Nama Buddha, semuanya baik, semua dapat terlahir di Ksetraparisuddhi, sekalipun melafalnya secara biasa : “Namo Amituofo.” Demikian juga boleh. Jangan seperti seseorang di Seattle, ada yang melafalnya demikian : “Amituofo ! Amituofo ! Seperti kobaran api, membakar seluruh gurun… Amituofo ! A ! Seperti kobaran api, membakar seluruh gurun !” Boleh juga ! Menurut saya, melafalkannya seperti itu boleh juga ! “A” sendiri merupakan aksara “A” dari “Om. A . Hum”, juga terdapat, “Amituofo.”, “Bagaikan kobaran api, membakar seluruh dunia.”, melafal seperti ini juga boleh. Singkat kata, melafalkan Nama Buddha dapat terlahir di Buddhaksetra, tidak peduli bagaimanapun cara Anda melafalnya. Ada satu lagi, yaitu melafalkan Nama Buddha sambil bervisualisasi, pikiran Anda diarahkan pada Amitabha Buddha, pelafalan ini benar-benar ampuh, Buddha akan tiba dengan sangat cepat, memvisualisasikan Buddha dan melafal Nama Buddha, sedangkan Sekte Sukhavati berpendapat cukup dengan melafalkan saja, tidak perlu terlampau rumit. Tapi kita adalah Tantrayana, menurut saya, dalam melafal Nama Buddha, juga perlu memvisualisasikan Amitabha Buddha, demikian lebih baik, demikianlah yang saya peroleh dari pengalaman diri sendiri. Dalam Tantra, Mahasadhana Amitabha juga merupakan sadhana yang paling agung, menekuni Mahasadhana Amitabha sangatlah baik.
◎ Kita lanjutkan sedikit pengulasan Dzogchen, “Saat ini, Vajracarya Bermahkota Merah dan Berpita Suci telah menyaksikan sepuluh penjuru Buddhaksetra, ini bukan omong kosong. Saya menulis bukan demi diri sendiri, melainkan demi para insan, antara para insan dengan Buddha pada hakikatnya tiada perbedaan, hanya berbeda pada sadar dan tidak sadar. Memberitahu Anda semua, meskipun dalam bhavana Bintang Langit ini hadir di dalam diri, namun sesungguhnya bukan berada di dalam, juga bukan di luar, bukan pula di tengah. Asalkan bhavana mencapai pada titik terluhur, maka akan terpahami sepenuhnya, apabila diungkapkan terlebih dahulu, justru menjadi terlampau dini.” Yang dibahas di sini adalah batin, batin sangat penting.
Dalam Buddhisme ada kalimat : “Sarvadharma tercipta oleh batin.” Di manakah batin ? Dalam Sekte Dhyana dikatakan : “Batin tidak di dalam, juga tidak di luar, tidak pula di tengah.” Batin apakah ini ? Batin tidak berwujud dan tidak beratribut, hanya satu kata : “Timbul karena sebab berkondisi.”, pikiran timbul dari sebab dan kondisi.
Dalam Madhyamika ada sebuah kalimat, “Timbul karena sebab berkondisi dan hakikatnya sunya.”, coba Anda renungkan dengan seksama, “Timbul karena sebab berkondisi dan hakikatnya sunya.”, banyak hal yang timbul bergantung pada sebab dan kondisi, tidak muncul dengan sendirinya, bukan muncul karena suatu pribadi, juga bukan karena keduanya, melainkan karena sebab berkondisi, oleh karena itu disebut “Timbul karena sebab berkondisi dan hakikatnya sunya.” Sesungguhnya kesunyataan dalam Buddhisme bukan mengingkari semua eksistensi, bukan demikian. Melainkan dari eksistensi kita dapat menganalisa sifatnya yang sunya, berasal dari eksistensi semesta, kita menganalisa kesunyataan.
Tadi malam saya menghadiri sebuah perjamuan, ada seorang bermarga Liu yang mengatakan dia memimpikan Mahaguru sebanyak tiga kali, yang terakhir kalinya, di dalam mimpi dia berbincang melalui telepon dengan Mahaguru, ini sungguh unik, bertelepon di dalam mimpi. Yang kemarin berada di sana silakan angkat tangan, banyak yang hadir, apakah kalian mendengarnya ? Mimpi ketiga yang diceritakan oleh Sdr. Liu, dia bermimpi Mahaguru berbicara dengannya melalui telepon, berbicara selama dua jam. Wah ! Saya berbicara dengannya selama dua jam melalui telepon di dalam mimpi, berarti saya termasuk cerewet, bicara selama dua jam. Berdharmadesana pun saya juga tidak sampai dua jam, tapi malah bertelepon dengannya selama dua jam, akhirnya saat hendak menutup telepon, Mahaguru menanyainya : “Siapakah Anda ? Siapakah Anda sesungguhnya ?” Begitu dia mengatakannya, semua orang yang semeja tertawa, “Mahaguru tidak tahu siapa Anda ? Tapi malah bicara dengan Anda selama dua jam ?” Jadi, “Siapakah Anda sesungguhnya ? Siapa Anda ?” Ah ? Kalimat ini adalah sebuah petunjuk, Anda semua tidak tahu, hanya Mahaguru yang tahu.
Saya menanyai Anda : “Siapakah Anda ?” sebab Anda tidak memahami diri sendiri, maka saya menanyai Anda “Siapakah Anda ?” Sekarang saya juga menanyai Anda semua, “Who are you ?”, “Siapa Anda ?” banyak orang yang tidak paham, apakah kalian mengira Mahaguru hanya sembarang bertanya ?! Sangat mudah, bisa saja dijawab, “Saya adalah Lu Shengyan.” Ah ! Lu Shengyan hanya sebuah nama, siapakah Lu Shengyan ? Saya katakan bahwa saya adalah Lu Shengyan, namun siapakah ‘saya’ yang Anda maksud ? Mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran, lima organ dalam dan enam organ pencernaan, atau kulit, otot, atau pakaian yang Anda kenakan, semua digabungkan disebut Lu Shengyan. Tapi semuanya terus berubah, selain lima organ dalam, enam organ pencernaan, tulang, daging, kulit, rambut, dan sekujur tubuh Anda, bahkan pakaian yang dikenakan pun sering berubah-ubah. Apakah wujud ini disebut Lu Shengyan ? Bukan !
◎ Oleh karena itu ada orang yang sering mengatakan : “Dari manakah aku ? Hendak kemana kah aku ? Untuk apa aku hidup di dunia ini ? Demi apa aku hidup ?” Anda harus memahami hal ini, inilah jati diri sejati Anda.
Saya bertanya : “Siapakah Anda ? Siapakah Anda sesungguhnya ?”, “Apakah Anda memahami diri sendiri ?” sangat banyak yang tidak memahaminya, baiklah ! Acarya Huijun, sesungguhnya siapakah Anda ? beri jawaban yang baik. Huijun mengatakan : “Sesungguhnya, Anda bertanya kepada siapa ?” Oh ! Dia balik bertanya ! Tidak jadi menanyai Anda, sekarang menanyai Bhiksu Jujur : “Sesungguhnya siapakah Anda ?” Bhiksu Jujur beri saya satu jawaban, jangan sama seperti Huijun ! Bhiksu Jujur mengatakan dia adalah Buddha yang akan datang, sangat percaya diri. Dengan penuh percaya diri Bhiksu Jujur mengatakan dia adalah Buddha yang akan datang. Huijun balik bertanya, juga merupakan sebuah petunjuk, merepresentasikan kesunyataan “Tiada aku.”, pada dasarnya aku eksis, berupa Dharmakaya, apa yang dikatakan Huijun juga benar, dia adalah Dharmakaya. Bhiksu Jujur menjawab : “Saya adalah Buddha yang akan datang.”, sangat percaya diri, sangat tepat dan sangat langsung.
Harus menunjuk pada satu hal ! Buddha yang akan datang ! Sedangkan Huijun tidak berani mengungkapkan ! Saya menanyainya : “Siapakah Anda sesungguhnya ?” Saya mengira dia akan menjawab : “Saya adalah es krim !” Sungguh, sangat banyak yang tidak memahami diri sendiri, “Mengapa terlahir ? Untuk apakah aku hidup di dunia ? Dari manakah aku ? Kemanakah aku pergi ? Untuk apa aku hidup ? Demi apakah aku hidup ?” Paul Gauguin, seorang pelukis di Tahiti, dia adalah orang Perancis, dia mengajukan empat kalimat pertanyaan.
◎ Paul Gauguin adalah seorang terpelajar, seorang pelukis yang tersohor, dia pernah tinggal bersama Van Gogh, keduanya adalah pelukis terkenal, sepertinya nilai lukisan Van Gogh lebih tinggi, namun lukisan Paul Gauguin lebih realistis, pemandangan Tahiti digambarkan dalam lukisannya. Setelah putri Paul Gauguin meninggal dunia, dia merasa sangat bersedih hingga ingin bunuh diri, dia menulis empat kalimat : “Dari manakah aku ? Ke manakah tujuanku ? Untuk apa aku hidup ? Demi apakah aku hidup ?” dia berusaha bunuh diri di Danau Daun di Tahiti, tapi tidak tewas. Saat berada di Tahiti dia pergi melihat danau tersebut.
Dalam hidupnya, manusia mempunyai sangat banyak pertanyaan, sumbernya hanya satu pertanyaan tentang batin, semua tentang batin. Saya barusan membahas Bintang Langit, yang saya tulis adalah bintang di langit, ini adalah batin, sesungguhnya segala sesuatu tercipta oleh batin, sebab utamanya adalah Anda tidak memahami batin Anda, Anda harus berusaha untuk memahaminya, setelah Anda memahaminya, hidup Anda akan benar-benar bernilai. Selain itu, yang paling bernilai adalah sekuat tenaga menolong orang lain, ini sangat bernilai, ini tergolong sebagai Bodhisattva. Bodhisattva berusaha sekuat tenaga untuk menolong orang lain, jika Anda sering berupaya demikian, berarti Anda adalah Bodhisattva, setelah Anda memahami batin sendiri, berarti Anda adalah Buddha yang akan datang. Karmapa Chenno adalah mantra dari Gyalwa Karmapa ke-16, gelar Vajra-Nya adalah, Vajra Yang Memahami Batin Sendiri, Vajra yang memahami batin sendiri. Hari ini saya menanyai Anda , “Siapakah Anda sesungguhnya ?” Apakah Anda memahami batin Anda sendiri ? Apakah Anda telah giat berbhavana berdasarkan pemahaman Anda tersebut ? Ini sangat penting, ini dibahas dalam Dzogchen Tantra, batin sangat penting.
Ceritakan sebuah lelucon, seseorang sedang minum arak beras menggunakan sedotan yang sangat panjang, orang yang lewat menanyainya : “Mengapa harus minum menggunakan sedotan ?” Orang itu menjawab : “Sebab dokter mengatakan saya harus jaga jarak dengan arak.” Dokter mengatakan : “Anda harus jaga jarak dengan arak.” Orang itu menyatakan paham, sepulangnya dia minum arak menggunakan sedotan yang sangat panjang, menurutnya inilah jaga jarak dengan arak, berarti dia tidak memahami maksud dokter. Siapakah Raja Penyembuh Mahaagung ? Shakyamuni Buddha adalah Raja Penyembuh Mahaagung, Beliau mengajarkan supaya Anda menjauhi arak, tapi Anda tetap tidak boleh menghirupnya menggunakan sedotan ! Anda harus berhenti minum arak ! Tidak boleh minum arak, tidak boleh merokok, tidak boleh mengunjungi kelab malam, juga tidak boleh berdusta, tidak boleh mencuri, ini adalah vinaya ! Shakyamuni Buddha telah membabarkan vinaya, sesungguhnya semua vinaya terlahir dari lima sila, yang paling utama adalah jangan membunuh, mencuri, asusila, berdusta dan tidak bermabukan, ini adalah lima sila yang penting, merupakan vinaya dalam Agama Buddha, Anda tidak boleh membunuh, tidak boleh asusila, tidak boleh berdusta, tidak boleh mencuri, tidak boleh bermabukan, kemudian berkembang menjadi banyak sila-sila yang lain, lima sila ini adalah yang paling penting. Sang Buddha telah membabarkan kepada Anda, jika Anda melanggarnya, berarti Anda telah melanggar sila, padahal Sang Penyembuh Agung telah membabarkannya, kita harus menaati sila, dengan demikian barulah dapat mencapai keberhasilan bhavana.
Di Hong Kong saya memberikan pemberkatan nikah kepada banyak pasangan, sesungguhnya antara sebelum dan sesudah menikah tidaklah sama, pada umumnya akan berbeda. Saya ceritakan sebuah lelucon, di saat udara dingin, Si Wanita mengatakan : “Dingin sekali!” Si Pria menjawab : “Kemarilah saya peluk.” Ini adalah saat pertama berpacaran ; Si Wanita mengatakan : “Dingin sekali.” Si Pria menjawab : “Ayo, sekarang juga kita beli mantel untukmu !” Ini terjadi saat hubungan semakin hangat ; Si Wanita mengatakan : “Dingin sekali.” Si Pria menjawab : “Siapa suruh pakai pakaian tipis ? Nanti sepulangnya kenakan lebih banyak pakaian.” Ini tandanya sudah menikah, tidak sama lagi ; Si Wanita mengatakan : “Dingin sekali !” Si Pria menjawab : “Bagaimana kamu ini ! Siapa suruh hanya pakai satu lapis pakaian ?” Ini tandanya telah menikah beberapa tahun ; Si Wanita mengatakan : “Dingin sekali !” Si Pria menjawab : “Sukurin ! Sekarang kamu kedinginan setengah mati !” Ini tandanya di luar sudah ada yang lain. Kondisinya tidak sama, semua sudah berbeda. Namun kita umat Buddha, sepenuhnya sama, inilah hati yang abadi. Sekarang sedang populer : Mencintaimu sepuluh ribu tahun, bukankah ini sebuah lagu ?! Tentu saja di saat asmara sedang hangat-hangatnya, semua akan demikian, bahkan sepuluh ribu tahun tidak cukup, seakan-akan harus ratusan juta tahun ! Cintaku padamu abadi, forever, mungkinkah ? Tanyakan pada diri sendiri, “Mungkinkah ?” Saat berpacaran mungkin saja, setelah menikah, lambat laun seperti lelucon yang tadi.
◎ Dalam menekuni Buddhisme yang paling penting adalah keuletan, setiap hari harus bersadhana, tidak boleh berhenti. Ada sebuah contoh, tadi malam ada seorang siswa True Buddha School yang telah meninggal dunia, dia meninggal dunia di Hong Kong, pada mulanya dia pergi berbelanja bersama temannya, kemudian terpeleset, sendi pundak dan tempurung kepalanya terbentur sesuatu hingga mengucurkan darah, juga terjadi pendarahan dalam, dia tidak sadarkan diri, beberapa hari kemudian, tadi malam dia meninggal dunia. Setelah saya memperoleh pemberitahuan, saya memohon Yaochijinmu untuk menjemputnya, saya melafal : “Namo Amitabhaya Buddhaya dalam nama agung berjumlah tiga ratus enam puluh triliun seratus sembilan belas ribu lima ratus. Mohon Amitabha Buddha menjemput.” Saya melafal, “Mahadewi Rsi Yaochi, mohon menjemput siswa ini.”, Amitabha Buddha mengatakan : “Dia tidak bersadhana setiap hari.” Masih baik, dia adalah siswa Zhenfozong, juga hadir dalam Upacara Raja Pundarika, dia menghadiri banyak upacara, namun dia tidak tekun bersadhana, tidak sungguh-sungguh bersadhana. Yaochijinmu mengatakan : “Dia sangat baik hati.” Maka Yaochijinmu membawanya ke hadapan saya, memperlihatkannya di hadapan saya, kemudian mengatakan bahwa Beliau hendak membawanya ke Surga Rupadhatu.
Ada Surga Kamadhatu, Surga Rupadhatu dan Surga Arupadhatu, Yaochijinmu membawanya menuju ke Surga Rupadhatu, saya berpikir sudah cukup baik dia dapat terlahir di Surga Rupadhatu, lebih baik daripada saat ini, jauh lebih baik daripada dunia ini, sehingga saya pun lega. Usai saya menjemput dan menyeberangkan arwahnya, saya dapat tidur dengan lega. Saya ingin memberitahu Anda semua, mengapa dia terlahir di Surga Rupadhatu ? Sebab dia baik hati, dia berlindung kepada Mahaguru, dia juga sering berpartisipasi dalam upacara, juga menghadiri puja bakti, namun sepulangnya di rumah, dia merisaukan keluarga, merisaukan banyak hal, dan tidak bersadhana setiap hari, tidak cukup konsisten dalam bersadhana. Apabila dia bersadhana setiap hari, batin terjalin dengan Istadevata, memperoleh adhistana Guru, memperoleh perlindungan Dharmapala, Istadevata menerima, maka pasti dapat terlahir di Ksetraparisuddhi Istadevata. Hanya saja dia tidak bersadhana setiap hari, Istadevata tidak berada di sisinya, Dharmapala juga tidak berada di sisinya, dan akhirnya terjadilah peristiwa tersebut. Namun untunglah di dalam batinya ada sebuah sarana ( perlindungan sejati ), sehingga Mahaguru melakukan penyeberangan arwah untuknya, dan dia terlahir di Surga Rupadhatu.
Sangatlah sukar untuk memiliki konsistensi dan keuletan, Anda harus memahami dengan jelas bahwa di dunia ini sama sekali tiada persoalan apa pun, memahami bahwa segala sesuatu adalah ilusi, semua dihasilkan oleh ilusi, semua akan sirna. Lihatlah, 1400 tahun yang lampau, Kaisar Liang mendirikan vihara, apakah orang-orang di masa itu masih ada saat ini ? Semua sudah tiada ! Banyak bangunan di masa itu yang sekarang sudah tiada, sepengetahuan saya, Istana Kaisar Liang juga sudah sangat tua ! Jika masih ada, pasti menjadi artefak yang berusia 1400 tahun. Manusianya juga telah tiada, benda-bendanya juga telah tiada, segala sesuatunya telah tiada, Kaisar Liang mendirikan banyak vihara, semua telah tiada, sadarilah bahwa dunia ini bagaikan mimpi dan bagaikan ilusi, semua tidak akan abadi. Satu-satunya yang abadi adalah, asalkan Anda memiliki konsistensi, Anda akan ikut sampai ke Ksetraparisuddhi Istadevata, Anda menjadi Buddha yang akan datang, maka Anda akan ada untuk selamanya, inilah satu-satunya yang bernilai dalam kehidupan manusia !
Si Kura-kura jatuh sakit, Si Siput pergi menjenguknya, Si Kura-kura minta tolong Si Siput untuk pergi membeli obat. Setelah menunggu lama, Si Siput tak kunjung kembali, dengan marah Si Kura-kura mengatakan : “Habis sudah ! Nanti saat dia kembali, pasti aku sudah mati !” Mendadak dari luar pintu ada suara : “Kalau kamu berani memaki lagi, aku tidak akan pergi !” Siput sangat lamban, ternyata dia masih merayap sampai di depan pintu, Si Kura-kura merasa tidak puas, dia ganti meminta Si Lipan untuk membeli obat, namun, sama saja, sudah menunggu sangat lama, Si Lipan tak kunjung kembali, Si Kura-kura mulai memaki lagi : “Kakinya lebih banyak, seharusnya dia bisa lebih cepat ! Kenapa bisa demikian lama ?” Dari luar pintu terdengar suara Si Lipan : “Aku masih berusaha mengenakan sepatu !” Bagaimanapun, cepat juga baik, lambat juga baik, asalkan Anda berusaha, pasti bisa mencapainya. Pintar juga baik, bodoh juga baik, asalkan Anda tekun bersadhana, setiap hari melakukannya, lama-kelamaan akan semakin pandai, terpatri dalam batin Anda, apabila Anda bisa konsisten, pasti dapat mencapai keberhasilan. Ini disebut, cepat atau lambat pasti berhasil, tidak perlu khawatir lambat, yang perlu dikhawatirkan adalah Anda tidak mau berusaha.
Saya telah katakan, kemarin Yaochijinmu mengatakan : “Siswa ini tidak bersadhana setiap hari.”, oleh karena itu hanya mencapai Surga Rupadhatu, tidak bisa terlahir di Mahapadminiloka, tidak mencapai Ksetraparisuddhi. Asalkan Anda bersadhana setiap hari, dari ketekunan sehari-hari Anda akan memperoleh kekuatan, setelah kekuatan tersebut timbul, Anda beryukta dengan Istadevata, pasti dapat terlahir di Ksetraparisuddhi Istadevata. Banyak orang menyukai sadhana yang istimewa, “Mahaguru, mohon ajari saya sadahana yang istimewa.”, adakalanya saya ingin mengajarinya, ada beberapa yang lebih istimewa, namun apabila Anda bersadhana sesuai dengan tata cara yang diajarkan Mahaguru, bersadhana setiap hari, setelah melakukannya, pasti hati menjadi damai. Jika Anda melakukannya dalam waktu lama, dengan alamiah akan memperoleh kekuatan, Istadevata akan semakin dekat dengan Anda, sehingga akhirnya Anda beryukta dengan Istadevata, tidak perlu sebuah sadhana yang istimewa, cukup sadhana umum, semua dapat membawa Anda pada keberhasilan.
◎ Sekalipun Anda hanya menekuni mahanamaskara, setiap hari melakukan mahanamaskara, setiap hari melakukan mahapujana, setiap hari menjapa Mantra Catursarana, setiap hari menekuni sadhana pertobatan, maka Anda pasti akan berhasil.
Patrul Rinpoche sangat menghormati Gurunya, dia telah menekuni mahanamaskara sebanyak sekian kuadriliun kali, saat dia bernamaskara kepada Gurunya, Gurunya akan berdiri untuk membalas penghormatan, Gurunya sangat hebat, beliau mengetahui bahwa Patrul Rinpoche telah menekuni mahanamaskara sebanyak kuadriliun kali, pahala yang terhimpun telah sangat besar. Gurunya berdiri balik bernamaskara kepadanya. Hanya sebuah mahanamaskara bisa membangkitkan rasa hormat dalam batin Gurunya, tiap kali dia bernamaskara kepada Gurunya, maka Gurunya akan membalas, Gurunya juga sangat hebat. Supaya Gurunya tidak bisa bernamaskara langsung kepadanya , maka Patrul Rinpoche bersembunyi di belakang biara, dan bernamaskara menghadap ke arah Gurunya berada, namun Sang Guru mengetahuinya, Beliau berdiri dan berbalik ke belakang, kemudian membalas namaskara ke arah Patrul Rinpoche yang berada di belakang tembok biara, walau tersekat oleh tembok tetap terlihat, demikianlah dalam menekuni bhavana, harus ditekuni hingga seperti ini, inilah yukta. Bahkan mahanamaskara bisa menghasilkan yukta, yang penting mempunyai konsistensi ! Inilah yang paling penting ! Jangan hari ini bernamaskara, kemudian selisih satu bulan kemudian baru bernamaskara lagi, Anda harus melakukannya setiap hari.
Mahaguru sendiri melakukannya setiap hari, setiap hari Mahaguru bernamaskara sebanyak 200 kali, apakah Anda memiliki konsistensi seperti ini ? Semenjak permulaan saya bersadhana, sampai saat ini, setiap hari saya melakukannya ! Tidak pernah berhenti ! Setiap hari saya bersadhana, sekalipun berada di pesawat, saya tetap bersadhana, bukankah dari Seattle ke Taiwan selisih satu hari, “Ah ! Hari ini harus naik pesawat, kebetulan, bisa bermalasan…” , “Saya sedang berada di angkasa, seharusnya ini tidak tergolong bermalasan ! Yang penting saya tidur di dalam pesawat, begitu terbangun juga tidak perlu bersadhana.” Di dalam pesawat cukup nonton movie, setelah nonton satu film, kemudian tidur, kemudian melamun sebentar, dan tiba ! Sebuah kesempatan libur yang sangat langka ! Terbang kembali ke Seattle merupakan sebuah kesempatan libur yang sangat langka ! Tidak ada hal yang demikian ! Di atas pesawat saya tetap bersadhana ! Inilah konsistensi, inilah keuletan. Apakah kalian sanggup demikian ? Apabila sanggup, maka dijamin dapat terlahir di Ksetraparisuddhi, Buddhaksetra menjadi milik Anda !
Dalam sila Agama Buddha ada larangan bermabukan, sesungguhnya minuman keras itu baik atau tidak ? Ada orang yang telah melakukan penelitian, ada dua cangkir, yang satu diisi air, yang satu diisi minuman keras, kemudian memasukkan cacing ke dalam cangkir berisi air, ternyata cacing itu tidak apa-apa, dia berenang di dalam air, kemudian cacing dimasukkan ke dalam minuman keras, akhirnya cacing itu kejang lalu mati, dari sini dapat diketahui, minuman keras baik adanya, minumlah sedikit, maka di dalam perut tidak akan ada cacing, minumlah ! Tidak apa ! Tapi hari ini saya beritahu Anda semua, sesungguhnya antara minuman keras dan cacing di dalam perut tidak ada hubungannya, apa pun yang ada dalam perut Anda tidak ada hubungannya dengan minuman keras, jangan sampai tertipu oleh lelucon ini. Sesungguhnya, banyak pengetahuan di dunia ini yang belum tentu benar, sekalipun benar, tetap saja disebut pintu samping. Kebijaksanaan yang sejati disebut Prajna Tathagata. Hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.