Pertama-tama, marilah kita sembah sujud pada guru silsilah Bhiksu Liaoming, sembah sujud pada Guru Sakya Dezhung, sembah sujud pada Gyalwa Karmapa XVI, sembah sujud pada Guru Thubten Dhargye. Kita sembah sujud pada adinata homa hari ini, Buddha Kalacakra, sembah sujud pada Triratna Mandala, Buddha-Dharma-Sangha, Namo Buddhaya, Namo Dharmaya, Namo Sanghaya.
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, serta umat se-Dharma di internet, tamu kehormatan kita hari ini, Ketua DPP Walubi Ibu Dra. S. Hartati Murdaya, wakil ketua, sekjen, wakil sekjen, dan seluruh jajaran pengurus Walubi, semua adalah tamu kehormatan kita. Selain itu, mantan Dirjen Bimas Buddha Setyawan, selamat datang, masih banyak lagi tamu kehormatan kita yang lain yang tidak sempat kita perkenalkan satu per satu.
Sekarang, waktu menunjukkan pukul setengah 6 sore, pukul 6 sudah makan malam, sisa 30 menit, mohon Kalacakra gunakan cara yang tersingkat, menyampaikan pada seluruh insan cara mencapai alam suci Shambala melalui Sadhana Kalacakra. Pertama-tama, terima kasih pada panitia penyelenggara upacara kali ini, dan seluruh relawan, mereka dalam waktu yang sangat singkat, membangun altar mandala demikian, semua relawan, semua organisasi, saya memberikan penghormatan pada mereka. Karena altar mandala demikian rampung dalam waktu beberapa hari saja, nyatalah bahwa, mereka sangat sungguh-sungguh, bahkan sangat gigih, sangat tekun; terima kasih juga, upacara kali ini dapat terselenggara, semua berkat bantuan dan dukungan dari para tamu kehormatan, terima kasih pada mereka; (hadirin tepuk tangan) juga terima kasih kepada seluruh umat se-Dharma dari berbagai penjuru dunia yang datang mendengarkan Dharma selama 30 menit ini. (Hadirin tepuk tangan) Saya harus menyelesaikan ceramah sadhana ini dalam waktu 30 menit, sangat tidak mudah. Oleh karena itu, kalian juga harus berterima kasih pada saya, nyaris seperti film "Mission Impossible" sekuel 1, 2, dan 3. Bagaimana saya menyampaikan Mission Impossible saya ini? Hari ini menjelaskan Sadhana Rantai Vajra Kalacakra, "Rantai Vajra" adalah sebuah julukan simbolik, "Sadhana Kalacakra" adalah satu seri, selain, Sadhana Yidam, juga ada satu seri sadhana, sementara, sadhana yang terakhir, tertinggi, dan anuttara, adalah "Sadhana Rantai Vajra".
Di Chang Hung Temple, Panama, saya menjelaskan tentang "Penyatuan Surya dan Candra", apa itu "surya"? Apa itu "candra"? Sebenarnya, surya, candra, api, air, Yin, dan Yang, semua tercakup dalam Penyatuan Surya dan Candra. Apa yang dimaksud "Cakra Berhenti Berputar"? Ketika kita bermeditasi, memasuki samadhi yang paling dalam, saat hampir semua perputaran berhenti, disebut "Cakra Berhenti Berputar". Ketika kita bermeditasi, memasuki samadhi, meditasi yang paling dalam, disebut "puncak Yin", juga merupakan "Kun Liu Duan", dengan katan lain, puncak tertinggi dari Yin, saat memasuki kondisi paling hening dan musnah, akan menghasilkan "Satu Yang Datang Kembali", maka kita pun akan melihat cahaya.
Menekuni ajaran Tantra, yang terpenting adalah "surya" -- "Yang" melambangkan api; "air" melambangkan "bulan", "Yin" melambangkan "air", ketika air dan api saling melebur di cakra hati, cakra hati terbuka, di dalam ada sebuah "prana kehidupan", Ia akan memancarkan cahaya. Benda ini disebut "bindu abadi", bindu yang tak akan hancur selamanya.
Teratai berkelopak delapan terbuka, di dalam pusatnya, ada sebuah bindu, yaitu "simpanan sejati" kita, dengan kata lain prana kehidupan kita. Di dalam Tantra disebut "prana kehidupan", disebut juga "bindu abadi". Ketika kita melihat ke dalam diri kita, melihat bindu abadi, saat ini akan menghasilkan cahaya, inilah cahaya bindu yang dipancarkan oleh bindu. Ketika cahaya bindu ini terpancar, itulah memahami hati dan menyaksikan Buddhata, kita telah menyaksikan Buddhata, cahaya bindu adalah Buddhata. Di antara Acarya kita, Acarya Lianwang, apakah Anda melihat cahaya bindu? Ya! Di antara Acarya kita, ada beberapa yang telah melihat cahaya bindu, inilah menyaksikan Buddhata. Di dalam Tantra, di dalam semua Buddhadharma, yang terpenting adalah memahami hati, dengan kata lain, kita telah mencapai pencerahan, mengetahui kebenaran alam semesta, disebut "memahami hati", apa itu "menyaksikan Buddhata"? Ketika kita menekuni Tantra hingga cakra hati terbuka, kita melihat ke dalam diri kita, pejam mata kita, meditasi sampai tingkat terdalam, teratai berkelopak delapan terbuka, kita melihat bindu, bindu ini adalah Buddhata kita, disebut "menyaksikan Buddhata".
Sebenarnya, memahami hati dan menyaksikan Buddhata itu sangat sulit, dalam tak terukur, bahkan kita mesti menyingkirkan semua keserakahan, kemarahan, kebodohan, keraguan, dan kesombongan, kita tidak boleh membunuh, mencuri, berdusta, berjinah, dan mabuk-mabukan.
Saya ceritakan sebuah cerita sederhana pada kalian semua, Tong Sam Cong di dalam novel "Catatan Perjalanan ke Barat", Ia sendiri adalah cahaya bindu, Ia sendiri adalah sesosok Buddha. Buddhata itu tidak membeda-bedakan, Ia membawa serta 4 orang, pertama adalah Sun Go Kong, apa itu Sun Go Kong? Kera, api; juga membawa serta Cu Pat Kai, apa itu Cu Pat Kai? Air, merupakan sifat keserakahan; kemudian, membawa serta Sha Wu Cing, Ia sama dengan sifat kesetaraan, tidak membedakan baik maupun jahat, mereka berempat pergi mengambil kitab suci, ini ada artinya. Di antara keempat orang ini, di antara mereka ada seekor kera, yaitu Sun Go Kong, satu lagi adalah kuda, yaitu seekor kuda naga yang ditunggangi Bhiksu Tong, Ia menunggang kuda dan keserakahan, sedangkan Sha Wu Cing melambangkan kebodohan, Sun Go Kong melambangkan kemarahan, sehingga ada keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, kera, kuda, dan Buddhata bersama-sama ke Hindustan untuk mengambil kitab suci.
Tong Sam Cong bertiga berwisata naik pesawat terbang, di tengah perjalanan, terjadi kecelakaan pesawat terbang, namun, hanya ada 3 parasut, sehingga Tong Sam Cong pun berkata, "Mari kita melakukan tanya jawab, siapa yang tidak bisa menjawab, loncat ke bawah." Bhiksu Tong bertanya pada Go Kong, "Ada berapa matahari di langit?" Go Kong menjawab, "Satu." Bhiksu Tong menjawab, "Baik, satu parasut untukmu." Bhiksu Tong bertanya pada Bhiksu Sha, "Ada berapa bulan di langit?" Sha Wu Cing menjawab, "Satu." "Baik, kamu juga diberikan satu parasut." Pat Kai sangat senang, "Pertanyaan semudah ini, saya pasti bisa jawab." Bhiksu Tong bertanya pada Pat Kai, "Ada berapa bintang di langit?" Alhasil, Pat Kai pun loncat ke bawah. Selanjutnya, tak lama kemudian, mereka berempat berwisata naik pesawat terbang lagi, di tengah perjalanan, terjadi kecelakaan lagi, hanya ada 3 parasut, mereka pun melanjutkan tanya jawab. Bhiksu Tong bertanya, "Go Kong! Kapan Mainland China berdiri?" Go Kong menjawab, "Tahun 1949." Wah! Tepat sekali. Bhiksu Tong menjawab, "Baik, satu parasut untukmu." Bhiksu Tong bertanya pada Sha Wu Cing, "Berapa orang yang tewas dalam perang pembebasan?" Sha Wu Cing menjawab, "Dua setengah juta orang." Bhiksu Tong berkata, "Baik, kamu juga diberikan satu parasut." Sekarang, Bhiksu Tong bertanya lagi pada Pat Kai, "Siapa-siapa nama dari 2 setengah juta orang tersebut?" Pat Kai terpaksa loncat ke bawah. Ketiga kali, mereka berempat berwisata naik pesawat terbang lagi, di tengah perjalanan terjadi kecelakaan lagi, saat ini Pat Kai berkata, "Guru! Anda tidak perlu bertanya lagi, saya loncat sendiri!" Kemudian, Pat Kai pun loncat ke bawah, Bhiksu Tong beranjali, "Amitabha! Kali ini ada 4 parasut." (Mahaguru tertawa, hadirin tertawa dan tepuk tangan) Mengapa saya menceritakan kisah ini? Sebenarnya, Buddhata itu membawa serta keserakahan -- yaitu Pat Kai, kemarahan -- yaitu Go Kong, kebodohan -- yaitu Sha Wu Cing. Hari ini kita hendak menyaksikan Buddhata, kita harus terlebih dahulu menyingkirkan keserakahan, selanjutnya meredakan kemarahan kita, selanjutnya menyingkirkan kebodohan kita, kita mesti menyingkirkan keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, Buddhata kita baru akan muncul, ini adalah teori umat Buddha yang paling mendasar. Kita harus menyingkirkan semua keserakahan, kemarahan, kebodohan, keraguan, dan kesombongan, kemudian tutup mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran kita, karena, jika kita dapat menutup keenam indera ini, kita baru dapat menyaksikan Buddhata, karena keenam indera ini terpolusi, mata -- polusi rupa, telinga -- polusi mendengar suara yang merdu, hidung -- polusi mencium wangi dan bau, lidah -- polusi rasa, tubuh -- polusi sentuhan, sedangkan pikiran, banyak pikiran mencemari pikiran kita. Jadi, kita harus lebih dulu menutup keenam pencuri ini, kemudian bunuh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan, Buddhata kita pun baru bisa muncul dan menyaksikan cahaya bindu. (Hadirin tepuk tangan).
Saya jelaskan lagi yang lebih dalam, sebenarnya, sangat dangkal juga. Tadi malam, Buddha Kalacakra menampakkan diri pada saya, Ia berkata pada saya, "Anda harus menyampaikan seperti ini, semua orang akan mengerti, semua orang akan mengerti, apa itu api? Api adalah "satu". Apa itu air? Air adalah zero "nol"." Mengapa air dan api diilustrasikan dengan "satu" dan "nol"? Bagaimana manusia terlahir, Buddha mengajarkan kita teori menjadi seorang manusia sejati, sekarang saya tidak menjelaskan "teori menjadi seorang manusia saleh" yang disabdakan oleh Sang Buddha, melainkan menjelaskan teori manusia memproduksi manusia. Bagaimana Anda terlahirkan? Barusan ada 43 pasang mempelai yang menerima pemberkatan nikah, sepulangnya, mereka pun belajar "memproduksi manusia", suami istri harmonis, anak-anak terlahir. Dulu, ketika guru menjelaskan tentang kesehatan fisik, selalu menghindari topik ini, karena ini adalah "teori memproduksi manusia".
Kalacakra berkata pada saya, "Anda jelaskan apa itu satu, apa itu nol. Sebenarnya segala sesuatu berasal dari nol dan satu." Setelah ke-34 pasang mempelai ini menerima pemberkatan nikah, mereka pun tahu. Apa itu "satu"? Jangan berpikiran negatif. Apa itu "nol"? Juga jangan berpikiran negatif. Ketahuilah! Yang keluar dari pria, semua adalah "satu". Sedangkan, kesuburan wanita, justru mengandalkan sebuah "nol", semua adalah cacing! Cacing "satu", sekawanan cacing "satu" berlomba, menyerbu ke sebuah cacing bulat, yang pertama kali menyentuh, ia pun masuk, dan terbentuk, kemudian mengandung 10 bulan, terlahirlah seorang anak. Inilah kekuatan baru Zhenfo Zong di masa yang akan datang. (Hadirin tepuk tangan) Tepat sekali yang disabdakan Buddha Sakyamuni, "Manusia terbentuk dari cacing." Manusia berasal dari cacing, cacing "satu" dan cacing "nol" menyatu dan berubah menjadi cacing diri Anda, juga berubah menjadi cacing diri saya, semua orang adalah cacing. Sang Buddha bersabda bahwa tubuh manusia adalah sarang cacing! Lihatlah, dulu sekali, Sang Buddha pun telah mengetahui penyatuan antara "satu" dan "nol". Kita sangat beruntung, karena setiap dari kita yang duduk di sini, semua adalah juara satu.
Buddha Kalacakra bersabda, api pada diri kita adalah "Yang", air, bindu, hormon pada diri kita adalah "Yin". Api kita masuk ke dalam air, itulah "Penyatuan Surya dan Candra", "Cakra Berhenti Berputar". Mari kita renungkan sejenak, api berbentuk memanjang dan naik, air berbentuk lingkaran dan turun, sinar prajna yang kita lihat, yaitu altar mandala kita yang sekarang, sekarang Mahaguru sama halnya dengan Buddha Kalacakra yang duduk di tengah-tengah altar mandala, acarya yang berada di sisi kiri dan kanan, serta seluruh bhiksu/ni Lama adalah kerabat, inilah Penyatuan Surya dan Candra. Setelah kita melihat matahari dan bulan menyatu, Yin dan Yang menyatu, saat ini, kita pun melihat cahaya bindu, saat kita memotret, bukankah kita sering melihat sinar prajna? Di dalam prajna ada sebuah mandala, mandala yang berbentuk lingkaran, seperti kita sekarang, mandala substansi yang berbentuk lingkaran, di tengah angkasa, tak terhingga, semua sinar prajna, mandala yang terdapat banyak sekali Buddha, Bodhisattva, dan para makhluk suci, turun di tempat ini. (Hadirin tepuk tangan) Setelah menyaksikan sinar prajna, melihat Buddhata sendiri, mata Anda harus melihat dengan jelas! Kenali sinar prajna ini, jaga Buddhata ini, kita harus konsisten menjaga Buddhata ini. Untuk apa menjaga-Nya? Agar Ia tidak goyah, Ia adalah bindu abadi, tidak goyah. Ketika hati kita hening dan musnah, sinar Buddhata pun muncul. Mengapa Buddha Sakyamuni bersabda "keheningan dan kemusnahan adalah kebahagiaan", mengapa? Setelah hening dan musnah, apapun tidak ada lagi, apa yang dimaksud kebahagiaan? Ketika kita melihat cahaya bindu, melihat Buddhata, kebahagiaan yang dihasilkan, tak terhingga. Turunnya air adalah semacam kebahagiaan, naiknya api juga semacam kebahagiaan, prana bergerak di seluruh tubuh kita juga semacam kebahagiaan, kebahagiaan demikian di dalam Tantra disebut "Mahasukha", bukan kebahagiaan awam antara pria dan wanita. Kebahagiaan awam antara pria dan wanita adalah kebahagiaan sementara, merupakan kebahagiaan awam. Kebahagiaan yang dijelaskan hari ini adalah kebahagiaan dari pergerakan prana, kebahagiaan dari turunnya air, kebahagiaan dari naiknya api. Air disebut "cairan bulan Bodhicitta", api disebut "api kundalini", "api kundalini" adalah "satu", "bindu" adalah "nol", ketika turun, menyatu di cakra hati, akhirnya cakra hati kita terbuka, saat kita menyaksikan Buddhata, itulah penyatuan antara satu dan nol, disebut "Penyatuan Surya dan Candra", "Cakra Berhenti Berputar".
Asalkan kita menyaksikan cahaya bindu dari Penyatuan Surya dan Candra muncul, kita melihat ke dalam diri kita, melihat cahaya bindu, bagus sekali, cahaya bindu bisa menghasilkan semacam tabung cahaya di dalam nadi tengah kita, tabung cahaya yang dihasilkan ini adalah sebutir demi sebutir cahaya bindu yang mulai muncul.
Awalnya sebuah, selanjutnya berubah menjadi 2 buah, selanjutnya berubah menjadi 3 buah, berubah menjadi 4 buah, semakin dilihat semakin banyak, terangkai menjadi topik hari ini "Rantai Vajra". Tidak hanya melihat sebuah cahaya, karena sebuah cahaya tersebut hanya Buddhata kita sendiri, namun, Buddhata bisa tumbuh, bisa bertambah, bisa bertambah jumlahnya dan tumbuh. Mengapa? Karena kita melatih diri menggunakan sadhana Tantra, di dalam meditasi, kita menyaksikan sebuah Buddhata, selanjutnya, kita belah menjadi sebuah Buddhata, belah lagi menjadi 2 buah Buddhata, belah lagi menjadi 3 buah Buddhata, belah lagi menjadi 4 buah Buddhata, inilah yang disebut "titisan di luar tubuh". (Hadirin tepuk tangan)
Sang Buddha sendiri memiliki banyak nirmanakaya, triliunan nirmanakaya. Saat kita japa nama agung Buddha, "Namo San Shi Liu Wan Yi Yi Shi Yi Wan Jiu Qian Wu Bai Tong Ming Tong Hao Amituofo", Namo San Shi Liu Wan, sama dengan 3 triliun, cahaya tak terhingga dari Buddha Amitabha, disebut juga Amitayus, cahaya tak terhingga. Nirmanakaya-Nya sangat banyak, muncul banyak nirmanakaya. Bodhisattva Avalokitesvara juga sama, memiliki triliunan nirmanakaya, ini tidak dapat dibayangkan oleh manusia biasa. Hanya ada sebuah Buddhata, mengapa bisa menitis menjadi banyak? Inilah bermacam-macam benda yang merupakan gabungan dari hati dan prana di dalam nadi tengah kita, mencakup air, api, prana hati, semua bergabung, dan melahirkan sebuah titisan lain, sebuah cahaya bindu melahirkan cahaya bindu kedua, melahirkan cahaya bindu ketiga, melahirkan cahaya bindu keempat, sehingga menjadi Rantai Vajra.
Kita belajar Buddhadharma, setiap kali harus sangat tekun, bahkan harus membuktikan, membuktikan Buddhata yang kita saksikan. Selanjutnya, Buddhata pun akan meningkat perlahan-lahan, kita memperhatikannya terus-menerus, melatihnya terus-menerus, maka akan menjadi 2, 3, 4, 5 buah, semuanya sama-sama Buddhata kita, di dalamnya, semua adalah diri kita. Seperti nirmanakaya Bodhisattva Avalokitesvara, semua adalah Bodhisattva Avalokitesvara, nirmanakaya Buddha Amitabha, semua adalah Buddha Amitabha, ini justru dihasilkan dari Rantai Vajra. Kemudian, kita berlatih sungguh-sungguh. Namun, mengapa Rantai Vajra bisa stabil, karena hati kita tidak bergerak, maka bisa stabil, itulah meditasi, saat satu, titik ini tidak akan bergerak.
Rantai Vajra dan cahaya bindu yang barusan kita lihat itu sendiri bisa bergerak, bisa berpindah-pindah, ketika kita menetap pada sepenuh hati tidak galau, cahaya bindu itu tidak bergerak, yang muncul di dalamnya adalah yidam kita sendiri, yaitu diri kita. Kemudian? Tidak hanya sebuah Rantai Vajra, ia akan berubah menjadi Layar Vajra. Bagaimana menjelaskannya? Ada sebuah cerita, seorang bernama Xiaoli memainkan piano untuk temannya, sehabis memainkan piano, lantas bertanya pada temannya, "Bagaimana permainan piano saya?" Teman ini pun berkata, "Kamu seharusnya main piano di dalam acara televisi, supaya semua orang menontonnya." Xiaoli pun bertanya, "Apakah permainan piano saya sebagus itu?" Temannya pun berkata, "Jika kamu main piano di televisi, saya pun bisa langsung mematikan televisinya." Permainan piano tidak bagus, televisi pun dimatikan. Hari ini, kita ada siaran internet, semua orang sedang menyaksikan, saya juga bisa menyaksikan gaya saya sendiri sedang berceramah Dharma, semua bisa terlihat.
Rantai Vajra akan berubah menjadi Layar Vajra, apa itu Layar Vajra? Sebuah contoh sederhana, seperti televisi yang tadi saya katakan, yang muncul di dalam televisi adalah cahaya bindu yang bergabung menjadi sebuah Layar Vajra, awalnya adalah cahaya bindu, berubah menjadi Rantai Vajra, Rantai Vajra bergabung, akan menjadi seruas demi seruas garis, seruas garis vertikal, seruas garis horisontal, garis horisontal dan garis vertikal bergabung menjadi titik cahaya, saat ini pun berubah menjadi Layar Vajra. Setelah berubah menjadi Layar Vajra, jika kita memiliki pencapaian samadhi, saat di dalam meditasi, perhatikan ke dalam dengan saksama, kita pun akan melihat Buddha. Semua Buddha yang muncul dari dalam Layar Vajra, semua lebih dulu muncul setengah badan, kemudian muncul seluruh badan, Buddha yang terhitung bisa muncul di dalam Layar Vajra yang tak terhitung. Setelah semua Buddha muncul, akan berkata pada Anda, "Anda telah mencapai kebuddhaan." Saat ini, semua Buddha di dalam Layar Vajra, semua berubah menjadi yidam kita, kita pun memasuki yidam, dan kita pun mencapai kebuddhaan. Apa yang dimaksud "mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang"? Setelah melihat cahaya bindu, kemudian menambah titisan kita menjadi Rantai Vajra, Rantai Vajra bertambah lagi, menjadi Layar Vajra, di dalam Layar Vajra, selain muncul semua Buddha, lebih dulu muncul setengah badan, kemudian seluruh badan. Berkata pada kita, "Anda telah mencapai kebuddhaan." Oleh karena itu, pentingkah meditasi dalam melatih diri? Meditasi sangat penting, hanya saat kita bisa bermeditasi, bisa melihat cahaya bindu Buddhata kita sendiri, kelak baru dapat menghasilkan Rantai Vajra dalam pelatihan diri kita, selanjutnya, lewat Rantai Vajra, dilatih menjadi vertikal, horisontal, bergabung menjadi Layar Vajra yang tak terhingga, di dalam Layar Vajra yang tak terhingga, kita melihat yidam kita sendiri, kemudian berubah menjadi yidam sendiri, yidam yang tak terhingga, yakni penjelmaan Buddhata kita. Saat ini, disebut "mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang".
Kita tidak dapat membeli benda asli dengan benda palsu. Tubuh kita ini palsu, tubuh kita multak tidak dapat mencapai kebuddhaan. Karena, tubuh kita tercipta dari tanah, air, api, angin, dan udara, untuk mencapai kebuddhaan, tentu harus ada benda asli baru bisa mencapai kebuddhaan, benda palsu tidak dapat mencapai kebuddhaan. Di dalam Tantra, diri kita harus menyaksikan cahaya bindu diri sendiri, inilah meditasi. Saat meditasi sampai tingkat terdalam, "Air dan Api Melebur", "Surya dan Candra Menyatu", "Cakra Berhenti Berputar", "Satu Yang Datang Kembali", melihat cahaya, inilah Buddhata kita, disebut menyaksikan Buddhata. Hanya dengan pelatihan diri demikian, baru dapat mencapai kebuddhaan. Ada seorang anak kecil, bawa uang ke toko mainan untuk beli pesawat terbang, pegawai toko berkata padanya, "Uangmu palsu, kamu tidak bisa beli dengan uang palsu." Si anak kecil berkata, "Pesawat terbangmu juga bukan pesawat terbang asli, saya menggunakan uang palsu untuk membeli pesawat terbang palsu." Kita tidak mungkin membeli pesawat terbang asli dengan uang palsu, membeli benda palsu dengan uang palsu, juga tidak mungkin. Jadi, hari ini saya menyampaikan apa yang dulu guru saya ajarkan pada saya, "Kita harus melatih meditasi."
Di dalam Tantra, disebut "air turun, api naik". Di dalam cakra hati terbuka, penyatuan surya dan candra, peleburan air dan api, setelah kita melihat cahaya bindu, kita jadikan cahaya bindu tersebut sebagai yidam, selanjutnya menghasilkan serangkaian cahaya bindu, kemudian menghasilkan Layar Vajra, kemudian, perhatikan munculnya semua Buddha Bodhisattva, Buddha memberitahu kita bahwa kita telah mencapai kebuddhaan, semua berubah menjadi diri kita, ketika Para Buddha berubah menjadi diri kita, juga berubah menjadi yidam kita, baru disebut mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang, baru disebut yoga yang sejati.
Sadhana ini sangat bagus, mudah dibicarakan, sulit ditekuni. Apa yang disebut bagus? Istri memasak, bertanya pada sang suami, "Sayang, bagaimana rasa ayam masakan saya?" Sang suami berkata, "Lumayan." Sang istri bertanya, "Kalau sayuran?" Sang suami berkata, "Biasa saja." Sang istri bertanya lagi, "Ikan ini?" Sang suami berkata, "Masih bolehlah." Sang istri bertanya, "Memangnya kamu tidak bisa mengucapkan satu kata "bagus"? Sang suami minum sesendok sup dan berkata, "Hao Tang." (panas sekali) Akhirnya ada satu kata "Hao" (bagus), yaitu Hao Tang (panas sekali). Di mana kebaikan utama dari Tantra itu sendiri? Kebaikan Tantra ada pada kita dapat mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang.
Kita harus tekun setiap hari. Pekerjaan rumah Xiaobao selalu lebih baik daripada Xiaoming, suatu hari ayah bertanya, "Xiaoming, ujian semester kali ini, Xiaobao mendapat nilai berapa?" Xiaoming berkata, "Ia dapat nilai 95." Ayah bertanya, "Lumayan, Xiaobao dapat nilai 95, bagaimana denganmu, Xiaoming? Xiaoming berkata dengan sombongnya, "Nilai saya sedikit lebih banyak." Ayah sangat senang. Ia berkata, "Nilai 96?" Ia berkata, "Bukan, di kertas ujian tertulis 9,5." Sedikit lebih baik. Tantra tidak hanya sedikit lebih baik, kebaikan Tantra ada pada mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang, kebaikan Tantra tidak hanya meditasi, ia memiliki cara melatih diri, seperti melatih prana, melatih nadi, melatih bindu, melatih peleburan air dan api, melatih penyatuan surya dan candra, melatih Satu Yang Datang Kembali, melatih melihat cahaya, melihat cahaya Rantai Vajra, melihat cahaya Layar Vajra, cahaya Layar Vajra yang tak terhingga, di dalamnya muncul Buddha, serta kontak yoga dengan yidam kita, kita sendiri akan memasuki Layar Vajra. Dengan kata lain, kita sendiri kontak yoga sepenuhnya dengan Buddha, kita adalah Layar Vajra, dengan kata lain, Buddha yang tak terhingga dan Buddhata kita, sepenuhnya adalah Buddhata yang sama.
Hari ini terima kasih atas kedatangan Anda semua, juga terima kasih kepada seluruh tamu kehormatan. Yang saya sampaikan hari ini sangat singkat dan ringkas, Kalacakra pun telah turun di altar mandala. Yang namanya Rantai Vajra, semua orang telah mengerti, Rantai Vajra bukan hanya mengacu pada Rantai Vajra yang berwujud, juga ada Rantai Vajra yang tak berwujud, Layar Vajra ada yang berwujud, juga ada Layar Vajra yang tidak berwujud, tubuh kita terdapat api dan air yang berwujud, juga terdapat air dan api yang tak berwujud, ada surya dan candra yang tak berwujud, juga ada Yin dan Yang yang tak berwujud. Hari ini, saya tidak ada sesuatu untuk diberikan pada Anda, justru sesimpel inilah. Ada sebuah cerital lucu, ada seorang pengemis berkata pada wanita yang kebetulan lewat, "Kakak, saya sudah 2 hari tidak makan, bolehkah berikan saya sedikit kue tar?" Kakak berkata, "Kue tar? Saya tidak punya, saya punya nasi, tidak punya kue tar." Pengemis ini menjawab, "Kalau biasanya, saya terima apa adanya, tapi hari ini adalah ulang tahun saya." Pengemis itu meminta kue tar karena ia berulang tahun, hari ini, yang saya berikan pada Anda semua adalah nasi dan juga kue tar. Buddhata! Kita semua tidak perlu berebut. Ada seseorang mendatangi sebuah bank, ia berkata pada pengawai bank, "Saya mau tarik uang." Pegawai berkata, "Berapa account number (nomor rekening) Anda?" Si bapak itu berkata, "Jika saya punya nomor rekening, buat apa saya menodong Anda dengan pistol?" Maksudnya adalah, Buddhata tidak bisa direbut, melainkan benda dalam diri kita, cahaya bindu adalah benda di dalam tubuh kita, air dan api adalah benda di dalam tubuh kita, Rantai Vajra adalah benda di dalam tubuh kita, Layar Vajra adalah benda di dalam tubuh kita, semua Buddha adalah benda di dalam tubuh kita. Hanya dengan kontak yoga dengan Buddha, setelah mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang, akhirnya Anda mengerti bahwa semua Buddha sama dengan diri Anda sendiri, setelah Anda berhasil dalam melatih diri, sepenuhnya sama, setara dan tidak ada bedanya.
Di sini, kita mengundang Buddha Kalacakra memberkati Indonesia, agar iklim di Indonesia teratur, negara makmur dan rakyat aman sentosa. Tadinya menjelaskan sadhana ini harus lebih detil dan terperinci, harus dijelaskan dari prana, dari bindu, dari api kundalini, terakhir menjelaskan tentang "Penyatuan Surya dan Candra", "Cakra Berhenti Berputar", kemudian "Satu Yang Datang Kembali", di dalam meditasi kita melihat cahaya bindu, harus dijelaskan seperti ini baru ada sebuah lanjutan, dengan kata lain ada sebuah urutan. Di Taiwan Lei Tsang Temple, saya mengulas tentang Hevajra, justru harus dijelaskan perlahan-lahan seperti itu, agar kita semua paham. Sebenarnya sadhana Tantra ada kaitannya dengan alam semesta. Oh! Saya lupa menyampaikan bahwa, cahaya bindu Anda -- Buddhata, kapan baru dapat berubah menjadi yidam? Tadi malam, Kalacakra berkata pada saya, "Ketahuilah, ketika satu menyatu dengan nol dalam diri manusia, butuh berapa lama baru bisa terlahir? Butuh 10 bulan." Kalacakra mengungkapkan sebuah rahasia pada saya, ini adalah rahasia terbesar, ketika kita melihat cahaya bindu, kita perhatikan cahaya bindu tersebut, setiap hari melatih meditasi, perhatikan cahaya bindu, dengan kata lain, melakukan teknik "Wenyang". Saat ini, butuh berapa lama, agar cahaya bindu kita berubah menjadi Rantai Vajra yang tak terhingga, kemudian berubah menjadi Layar Vajra yang tak terhingga? Menurut penuturan Kalacakra, kita harus menghabiskan waktu 10 bulan, cahaya bindu baru dapat berubah menjadi Rantai Vajra, inilah rahasia yang disampaikan Kalacakra pada saya, yaitu 10 bulan. Apa yang dimaksud "Kalacakra"? Ia berpadu dengan waktu, setelah satu dan nol menyatu, manusia harus mengandung 10 bulan untuk melahirkan seorang anak, Kalacakra juga mengatakan, sama halnya, ketika kita melihat cahaya bindu, penyatuan surya dan candra, maka kita pun mengandung 10 bulan, apa yang dimaksud "janin suci"? Yaitu janin Buddha, janin Buddha di dalamnya, setelah kita mengandung janin Buddha, kita memperhatikan-Nya, mengerami-Nya, menumbuhkan-Nya dalam meditasi selama 10 bulan, akhirnya kita memiliki sebuah janin, 10 bulan kemudian, kita akan berubah menjadi 2 janin, 10 bulan kemudian, akan berubah menjadi 3 janin, begitulah Ia dihasilkan dalam melatih diri. Saya hampir lupa menyampaikan, karena versi ini merupakan versi yang disampaikan Buddha Kalacakra pada saya tadi malam, Ia mengatakan ini sama seperti tubuh manusia mengandung anak, 10 bulan kemudian akan lahir, 10 bulan kemudian, cahaya bindu pun akan berubah menjadi 2, 10 bulan kemudian akan berubah menjadi 3, 10 bulan kemudian akan berubah menjadi 4, terus bertambah, berubah menjadi Rantai Vajra. Bagaimana dengan Layar Vajra? Melatih diri sungguh-sungguh dalam jangka panjang, kita pun berubah menjadi Layar Vajra. Di dalam Layar Vajra, kita pun bisa melihat diri kita sendiri, kita telah menjadi yidam, kita juga merupakan yidam Buddha, sekarang di dalam Layar Vajra, kita menyatu dengan-Nya, kita pun mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang.
Penjelasan hari ini seharusnya sudah sangat jelas! Namun, proses melatih diri butuh waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, kita sebagai umat Buddha harus sangat tekun, yang paling mendasar, kita harus menyingkirkan keserakahan, kemarahan, kebodohan, keraguan, dan kesombongan, kita harus menaati Pancasila, kita harus membunuh 6 pencuri, mata-telinga-hidung-lidah-tubuh-pikiran, kita harus menempuh 8 jalan kebenaran, 4 kebenaran mulia, 12 sebab musabab yang saling bergantungan, sadhana Tantra, ada yoga eksternal, juga ada yoga internal, kelak kita semua bersama-sama mencapai kebuddhaan. Semoga Kalacakra memberkati kita semua, setiap orang dapat berhasil, dapat menyaksikan Buddhata, memahami hati dan menyaksikan Buddhata, kemudian melatih diri dan mencapai kebuddhaan dalam tubuh sekarang. Om Mani Padme Hum.