028 - Sembilan Tahap Pernapasan Buddha (3)
Hari ini mengulas Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dan Bhadrakumbhaprana, dalam tantrayana dua sadhana tersebut merupakan ‘prana-yoga’ (Yoga Pernapasan), yaitu penekunan elemen vayu (angin). Yang paling penting dalam sadhana prana ini adalah prana dan nadi tanpa rintangan. Orang yang menekuni qigong akan tahu, apabila prana dan nadi sekujur tubuh Anda tanpa rintangan, maka prana Anda akan melimpah.
Menekuni sadhana ini dibutuhkan konsistensi. Sembilan Tahap Pernapasan Buddha jumlahnya adalah dua puluh tujuh langkah, Anda harus menekuninya setiap hari. Bhadharkumbhaprana juga harus ditekuni setiap hari, ini semua tidak akan berhasil tanpa konsistensi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa konsistensi merupakan syarat utama dalam bhavana.
Seperti saya sendiri, saya mulai memperoleh kemampuan spiritual pada usia dua puluh lima tahun, kebetulan sekarang telah mencapai usia kebalikannya, yaitu lima puluh dua tahun, di antara usia dua puluh lima tahun hingga usia lima puluh dua tahun terdapat masa dua puluh tujuh tahun lamanya, sadhana saya tidak pernah berhenti seharipun. Apabila Anda ingin memperoleh keberhasilan, maka Anda juga harus demikian. Bukan malah , hari ini suasana hati saya baik, maka saya bersadhana, kemudian besoknya berhenti, sebulan kemudian bersadhana lagi, hanya ingin mencoba-coba saja. Jika demikian, kemampuan Anda bukannya semakin baik, tapi justru melemah. Ini semua sudah pasti memerlukan konsistensi, pencapaian yang tinggi dan mendalam pasti memerlukan usaha keras.
Apabila Anda dapat menekuni Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dan Bhadrakumbhaprana dengan baik, maka prana Anda pasti akan tembus. Prana yang tembus sangatlah penting, Anda harus mengetahui kemanakah mengalirnya prana dalam tubuh Anda. Anda menghirup napas, kemudian membiarkannya turun, hingga berputar di kaki, kemudian kembali lagi, ke kaki kiri, ke tangan kiri, ke tangan kanan, berbalik ke ubun-ubun. Bahkan prana juga dapat menembus ubun-ubun, dalam tantrayana, prana yang menembus ubun-ubun disebut sebagai ‘Sadhana Phowa’, menggunakan prana untuk membuka ubun-ubun. Oleh karena itu, setelah Anda mampu mencapai keberhasilan dalam olah prana, telah membuka ubun-ubun, maka Anda dapat berpulang melalui ubun-ubun, dengan demikian Anda tidak akan terjerumus ke tiga alam rendah.
Dalam Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, Anda menggunakan pikiran untuk menurunkan prana ke dantian, kemudian memutar dan keluar melalui lubang hidung kanan. Masuk melalui lubang hidung kanan, turun ke dantian, memutar, keluar melalui lubang hidung kiri. Selanjutnya, masuk melalui kedua lubang hidung, turun ke dantian, naik ke ubun-ubun, kembali dan keluar melalui kedua lubang hidung . . . sesungguhnya pengendalian pikiran yang sederhana ini merupakan cara untuk menghentikan pikiran kacau, saat pikiran Anda bergerak, Anda dapat menghentikannya.
Selain itu, ini juga merupakan cara untuk melatih prana Anda, Anda harus mengetahui ke mana arah prana mengalir, ini sangat penting. Misalnya Anda hendak mengalirkan prana ke tangan, maka prana akan langsung mengalir ke tangan. Mengalirkannya ke bawah, hingga ke dasar, kemudian naik ke atas, hingga ke ubun-ubun, prana ini dapat digerakkan. Tangan kiri dan kanan, kaki depan dan belakang, serta sekujur tubuh, semuanya penuh dengan prana, dengan demikian tubuh Anda akan sangat kuat.
Bagaimanapun, apabila Anda menekuni Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dan Bhadrakumbhaprana, maka Anda akan merasakan prana yang melimpah, bahkan dapat dialirkan keluar. Dalam qigong dikatakan: ‘Membelah gunung dan memukul kerbau.’ , membelah gunung dan memukul mati kerbau, tentu saja ini adalah kalimat yang berlebihan, namun mungkin juga yang dimaksud adalah ‘Jurus Tapak Pembelah’. Apabila Anda dapat mengalirkan prana dengan baik, prana Anda dapat menyatu dengan ‘shen’, maka Anda dapat terbang. ‘Shen’ adalah elemen kehidupan Anda, apabila Anda dapat mengalirkan prana ke sana, maka Anda akan memperoleh ‘rddhividhijnanam’ (kemampuan tiba di tempat tujuan dalam sekejap)
Sadhana olah prana sangat penting dalam tantrayana, meskipun Sembilan Tahap Pernapasan Buddha hanya terdiri dari beberapa tahapan, masuk melalui lubang hidung kiri, keluar melalui lubang hidung kanan, masuk melalui lubang hidung kanan, keluar melalui lubang hidung kiri, masuk melalui kedua lubang hidung, keluar melalui kedua lubang hidung . . . kemudian kebalikannya, melakukannya tiga kali sembilan , dua puluh tujuh. Juga memvisualisasikan sinar putih masuk, sinar hitam keluar, di dalam berupa sinar merah . . . Anda mengira ini terlampau mudah, sesungguhnya apabila Anda berhasil menguasai dengan baik, maka nadi avadhuti (nadi tengah), lalana (nadi kiri) dan rasana (nadi kanan) akan menjadi tembus pandang. Anda dapat melihat pergerakan prana, ini semua adalah buah ketekunan! Prana di ubun-ubun, di ‘Dantian Atas’, kemudian ditekan turun, melalui visuddha-cakra (cakra tenggorokan), anahata-cakra (cakra hati), manipura-cakra (cakra pusar), melewati ‘Dantian Tengah’ hingga ‘Dantian Bawah’, Anda dapat mengalirkannya dengan sangat lancar. Kemana prana mengalir maka bagian tersebut akan penuh vitalitas, Anda memperoleh anubhava (hasil dari penekunan). Ini tidaklah sederhana, tidak akan membuat Anda tidak merasakan apapun.
Oleh karena itu kita semua harus mempunyai konsistensi, apabila dapat menekuni dengan konsisten, maka prana akan melimpah, dapat digunakan untuk mengangkat bindu. Ada teknik untuk menurunkan, mengangkat, mempertahankan dan mendistribusikan bindu, semua memerlukan prana sebagai sarana utamanya. Pembangkitan kundalini juga memerlukan ‘prana-yoga’, tanpa ‘prana-yoga’ tidak akan ada prana untuk meniup dan menggerakkan kundalini. Tanpa bangkitnya kundalini, Anda tidak akan mampu melarutkan bindu dari ‘Tianting’. Sesungguhnya ketiganya ini adalah satu.
Setelah prana, nadi dan bindu menyatu, barulah dapat mengalirkan. Apabila Anda ingin menembus nadi sekujur tubuh, maka Anda harus menekuni ‘prana-yoga’. Pengulasan hari ini sampai di sini.
Om Mani Padme Hum.