【 Mantra Hati Bodhisatwa Manjusri 】:
"Om. A. La. Ba. Zha. Na. Di." ( Baca : 'Om. A La Pa Ca Na Ti' )
【 Mengenal Pratima Bodhisatwa Manjusri 】
Bodhisatwa Manjusri ( Wen-shu Pu-sa ) berkepala satu dan berlengan dua, tangan kanan membawa khadga ( pedang ), tangan kiri memegang utpala ( teratai biru ), di atas utpala terdapat sutra-pitaka, Bodhisatwa Manjusri menunggang singa.
【 Kutipan Dharmadesana Dharmaraja Lian-sheng 】
Bodhisatwa Manjusri dalam Bahasa Mandarin disebut : Wen-shu-shi-li, Man-shu-shi-li dan Miao-ji-xiang. Merupakan Bodhisattva Mahayana yang paling utama dalam hal Prajna, bersama Bodhisatwa Samantabhadra ( Pu-xian Pu-sa ) menjadi dua pendamping utama dari Shakyamuni Buddha. Dikarenakan di antara para Bodhisattva Ia merupakan pemimpin pendukung pembabaran Dharma dari Shakyamuni Buddha, maka Ia disebut juga sebagai Pangeran Dharma Manjusri.
Dalam sebuah pustaka paling kuno di India, Mahabarata ada tertulis :
Dharmaraja Suchandra dari Shambala memperoleh transmisi lisan ajaran Kalacakratantra dari emanasi Shakyamuni Buddha di Stupa Sri-dhyanyakataka. Semenjak saat itu ajaran Kalacakratantra terus ditransmisikan kepada setiap Raja Kalki sampai ke generasi ke-25.
Raja pertama adalah Raja Manjusri Yashas yang merupakan emanasi dari Bodhisatwa Manjusri.
Raja kedua adalah Raja Pundarika, yang menghasilkan karya tulis termasyhur : Sastra Vimalaprabha ( Esensi Kalacakratantra ), dan Sri Paramarthaseva.
Raja Pundarika merupakan putra dari Bodhisatwa Manjusri. Raja Pundarika tiada berbeda dengan Mahapadmakumara Putih.
Dalam Garbhadhatu Mandala, Manjusri merupakan Adhinatha utama dalam Manjusri-sala yang berlokasi di sebelah barat daya dari Aula Padma Berkelopak Delapan di Panggung Tengah. Dalam Vajradhatu Mandala menempati posisi utara yang pertama di antara Enam Belas Adinata Bhadrakalpika.
Bodhisatwa Manjusri menguasai Pintu Dharma Prajna, merupakan Bodhisattva yang paling utama dalam hal Prajna.
Gelar Beliau sangat banyak, antara lain : Wen-shu-shi-li, Man-shu-shi-li, Wen-shu-bao-li, Miao-ji-xiang, Miao-yin, Pu-shou, Jing-shou, Miao-de, Ru-shou dan lain sebagainya.
Maha-bodhisattva ini bersama Bodhisatwa Samantabhadra menjadi dua pendamping dari Shakyamuni Buddha, Bodhisatwa Manjusri menguasai Pintu Dharma Prajna, sedangkan Bodhisatwa Samantabhadra menguasai Pintu Dharma teori dan pengetahuan.
Di masa lampau Bodhisatwa Manjusri pernah menjadi Guru dari Sapta-buddha ( Tujuh Buddha ), Ia telah mencapai Kebuddhaan dengan nama : Buddha Naga Raja Yang Termulia ( Long-zhong-shang-zun-wang Fo / 龍種上尊王佛 ) , gelar tantra-Nya adalah : Sri Vajra dan Prajna Vajra.
Menurut Dharmaraja Lian-sheng, Bodhisatwa Manjusri memiliki rahasia besar, keberhasilan tertingginya adalah Buddha, Sadhana Manjusri sangat luas tak bertepi, Ia adalah Guru Para Buddha.
Menurut sutra dan sastra Buddhisme, Bodhisatwa Manjusri adalah Guru dari Para Buddha masa lampau yang tak terhingga banyaknya, pernah membimbing sadhaka yang tak terhingga banyaknya hingga merealisasikan Kebuddhaan. Oleh karena itu Sutra Mahayana Kontemplasi Batin Kelahiran Mula menyebut-Nya sebagai : Ibu Buddha Trikala ( San-shi Fo-mu )
Pada masa Sang Buddha, Dharmabala Manjusri meliputi dunia saha.
Tiga Suciwan Avatamsaka antara lain : Namo Mulaguru Shakyamuni Buddha di bagian tengah, di sisi kanan adalah Bodhisatwa Manjusri, di sisi kiri adalah Bodhisatwa Samantabhadra. Shakyamuni Buddha mengetahui keagungan Bodhisatwa Manjusri, Ia mampu menuntun para insan dengan leluasa sesuai kehendak, memiliki kemampuan bermanifestasi, abhijna yang tak terhingga. Oleh karena itulah keagungan Bodhisatwa Manjusri sungguh tak terperikan. Adhinatha ini merupakan yang paling agung di antara semua Bodhisatwa.
Dalam Tantrayana Bodhisatwa Manjusri disebut sebagai Adhinatha Prajna. Dalam Mahayana, yang paling utama dalam hal Prajna adalah Bodhisatwa Manjusri ; Dalam Hinayana, yang paling utama dalam hal Prajna adalah Sariputra ( Dharmaraja Lian-sheng, Sheng-yen Lu merupakan nirmanakaya dari Sariputra ) ; Dalam Tantrayana, yang paling utama dalam Prajna adalah Vajrasattva ( Jin-gang-sa-duo )
Dalam Tantra Bodhisatwa Manjusri disebut juga sebagai Pelindung Utama di antara Tiga Pelindung Utama, merupakan Adhinatha yang paling utama, Bodhisatwa Manjusri merepresentasikan Prajna, Bodhisatwa Avalokitesvara merepresentasikan maitrikaruna, sedangkan Bodhisatwa Vajrapani merepresentasikan Dharmabala.
Anda mesti bersarana pada Bodhisatwa Avalokitesvara untuk mengembangkan Bodhicitta ; Bersarana pada Bodhisatwa Manjusri untuk mengembangkan Prajna hingga Prajna Buddha Tathagata ; Selain itu, Vajrapani merepresentasikan semua Dharmabala yang bekerja di dunia , tiga Adhinatha ini disebut sebagai Tiga Pelindung Utama atau Rigsum Gonpo.
Wujud Bodhisatwa Manjusri, rambutnya terjalin menjadi lima, melambangkan Panca-jnana dari Mahavairocana Tathagata ( Da-ri Ru-lai ), tangan kanan memegang khadga yang melambangkan pedang Prajna, vahana ( tunggangan ) Manjusri adalah singa yang melambangkan kewibawaan Prajna.
Ada Manjusri Ekaksara, Manjusri Pancaksara, Manjusri Sadaksara, Manjusri Astaksara ; Manjusri Ekajata, Manjusri Pancajata, Manjusri Astajata dan Manjusrikumara. Manjusri Pancaksara dan Manjusri Pancajata merupakan tubuh utama. Tangan kiri Bodhisatwa Manjusri memegang utpala yang melambangkan tak tercemari, sebab mampu memotong klesa.
Dharmapala utama dari Dharmaraja Lian-sheng adalah Yamantaka Vajra, Yamantaka Vajra merupakan Vajra yang teragung yang beremanasi saat Manjusri Bodhisattva memasuki samadhi Yamaraja. Emanasi satu garis : Amitabha Buddha - - - Bodhisatwa Manjusri - - - Yamantaka Vajra, ketiga Adhinatha ini manunggal, Amitabha Buddha sebagai Buddha Dharmakaya, Bodhisatwa Manjusri sebagai Buddha Praptidharma atau Tathagata Sambhogakaya, sedangkan Yamantaka merupakan Vajra cakra penuntun, ketiganya adalah satu garis.
Dikarenakan Bodhisatwa Manjusri merupakan simbol Prajna dalam Buddhisme Mahayana, maka di dalam sutra Buddha ada banyak kisah Bodhisatwa Manjusri yang menggunakan Prajna untuk menuntun para sadhaka.
Gunung Lima Puncak ( Wu-tai Shan ) merupakan salah satu dari Empat Gunung Ternama di Tiongkok , disebut juga : Gunung Kesejukan ( Qing-liang Shan ). Dalam Sutra Raja Agung ( Gao-wang Jing ) juga disebutkan : “Qing-liang Bao-shan Yi-wan Pu-sa” ( Koti Bodhisattva di Gunung Mustika Kesejukan ) , di Gunung Qing-lian terdapat jutaan Bodhisattva, semuanya pernah dituntun oleh Bodhisatwa Manjusri, jutaan Bodhisattva yang sama dengan emanasi Bodhisatwa Manjusri di Gunung Wu-tai.
Bodhisatwa Manjusri dan saya sendiri memiliki jodoh yang erat, saat pertama kali pergi ke Tiongkok, saya menuju Gunung Wu-tai di Shan-xi untuk menghaturkan puja pada Bodhisatwa Manjusri, di antara Empat Gunung Ternama di Tiongkok, pertama kali saya ziarah ke Gunung Wu-tai dari Bodhisatwa Manjusri. Saat berziarah ke Gunung Wu-tai, Bodhisatwa Manjusri beremanasi menjadi seorang bhiksu, saat saya menghaturkan penghormatan Ia juga menghaturkan penghormatan, saya bernamaskara dari atas gunung hingga ke bawah, Ia juga melakukan hal yang sama. Dua orang bernamaskara bersama. Dia mengatakan bahwa Ia telah sangat lama menunggu saya. Kemudian saya berdana uang kepadanya, dia menjawab : “Bukan ini.” Saya memberi isyarat tangan, Ia menjawab : “Tepat sekali ! Tepat sekali !” Kami berdua tertawa, saling menghormat dan berpamitan.
Sesungguhnya Guru Sesepuh Gelugpa ‘Tsongkhapa’ merupakan emanasi Bodhisatwa Manjusri. Dalam menuntun para insan, Bodhisatwa Manjusri tidak hanya menggunakan metode penuntunan, bahkan juga mempunyai metode menyeberangkan arwah, oleh karena itu ada Sadhana Bodhisatwa Manjusri Untuk Penyeberangan Arwah, Sadhana Manjusrikumara Pancajata Menyeberangkan Arwah dan Sadhana Astamahakumara Manjusri Menyeberangkan Arwah, ini semua sangat penting !
Dalam buku Sadhana Karman Tantrayana terdapat Sadhana Bodhisatwa Manjusri untuk Menyeberangkan Arwah, metode ini bukanlah metode yang mendukung pembunuhan, melainkan metode yang bersandar pada Dharmabala Bodhisatwa Manjusri untuk menyeberangkan arwah hewan.
Sadhana ini sangatlah istimewa, merupakan penekunan sadhana tantra yang sesuai dan dapat menuntun orang yang memiliki usaha rumah makan, merupakan metode yang mengandung misteri nan agung.
Menurut Dharmaraja Lian-sheng , saat Buddha berada di Istana Surga Suddhavasa, Beliau pernah membabarkan Sadhana Mantra Cakra Aktivitas Manjusrikumara, inilah Mantra Mula Ekaksara dari Manjusri.
Ekaksara Mantra ( Mantra Satu Suku Kata ) dari Manjusri adalah : “Om. Bulin” atau diterjemahkan juga : “Om. Ci-lin”, inilah Mantra Paripurna.
Praktisi mantra ini yang menekuni visualisasi Tri Mahabodhisattva : Bodhisatwa Manjusri, Avalokitesvara Bodhisattva dan Samantabhadra Bodhisattva, dapat memperoleh perlindungan dan dukungan dari Bodhisatwa Manjusri dan Bodhisattva yang lain, selain itu, Lima Dayang Pengiring dari Manjusri : Kesini, Upakesini, Citra, Vasumati dan Akarsani ; Serta Delapan Mahakumara dari Manjusri : Jaliniprabhakumara, Vasumatikumara, Vimalaprabhakumara, Acintyamati, Akarsanikumara, Kesinikumara, Paritranasayamatikumara dan Upakesinikumara, semua melindungi sadhaka.
Ada yang bertanya kepada saya : “Mantra apakah : Om. Bulin ?”
Saya menjawab : “Mantra ini merupakan Mantra Hati Satu Suku Kata dalam Sutra Tata Ritual Bodhisatwa Manjusri, disebut juga Mahacakraekaksara, dilafalkan ‘Bulin’”
Penanya : “Mengapa ‘Om. Bulin’ menghasilkan pahala yang demikian besar ?”
Jawab : “Mantra ‘Om. Bulin.’ Ini merupakan hati Bodhisatwa Manjusri, merupakan usnisa tertinggi dari Para Buddha.”
Sutra-sutra Bodhisatwa Manjusri antara lain :
Sutra Pertobatan Manjusri , Sutra Prajna Manjusri, Sutra Carya Manjusri, Sutra Ikrar Manjusri, Sutra Kemurnian Sila Manjusri, Sutra Pertanyaan Manjusri, Sutra Pertanyaan Manjusri Mengenai Bodhi, Sutra Parinirvana Manjusri, Sutra Manjusri Menunjukkan Harta Dharma, Sutra Keagungan Buddha-ksetra Manjusri, Sutra Tata Ritual Mula Manjusri, Sutra Dharani Dharmaratnagarbha Manjusri, Sutra Prajnaparamita Yang Dibabarkan Oleh Manjusri, Sutra Kebuddhaan Yang Tak Terperikan Yang Dibabarkan Oleh Manjusri, Sutra Dharani Mula Satu Suku Kata Manjusri, Sutra Sadhana Fungsi Mantra Enam Suku Kata Manjusri, Sutra Pahala dan Keagungan Buddha-ksetra Manjusri, Sutra Raja Ajaran Mula Bodhisatwa Manjusri Varga Svarnapaksiraja, Sutra Naksatra Baik dan Buruk Serta Waktu Manggala dan Amanggala Yang Dibabarkan Oleh Bodhisatwa Manjusri dan Para Rsi, Sutra Dharani Bodhisatwa Manjusri Memadamkan Nasfu Berahi dan Kesombongan.
◎ Perhatian : Penekunan sadhana tantra Zhenfo harus sesuai kaidah Dharma, yaitu memiliki tekad Bodhicitta, bersarana kepada Dharmaraja Liansheng, menaati sila, menguatkan fondasi Catur-prayoga dan Guru-yoga, kemudian barulah memohon abhiseka sadhana adhinatha ini.