【Berita Seattle TBS】
Sore hari tanggal 28 Juni 2020, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat dengan tulus mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Agung Homa Amoghapasalokesvara Bodhisattva. Amoghapasalokesvara Bodhisattva merupakan salah satu Istadevata di antara banyak penjelmaan Avalokitesvara Bodhisattva, dengan pasa welas asih membimbing semua makhluk, sehingga harapan mereka tidak hampa.
Amoghapasalokesvara memiliki Dharmabala setara dengan Cundi Bhagavati, pasa Beliau dapat mengikat harta, juga bisa mengikat manusia, semua bisa diikat, keutamaannya ada pada kata "Amogha" ( Tidak hampa / tidak sia-sia ), oleh karena itu, semua umat tidak akan kembali dengan tangan kosong. Amoghapasalokesvara memiliki gelar Tantra : Samahitavajra , yaitu Vajra yang menyeberangkan insan dengan prinsip kesetaraan. Pada upacara hari itu, sekuntum padma putih dari Samahitavajra menjemput Acarya Li Xingzhi (李幸枝上師), selain itu juga menurunkan bahtera Dharma yang menjemput banyak arwah terlahir di Negeri Buddha.
"Padma berkelopak delapan di cakra anahata harus divisualisasikan berwarna apa ?" Dharmaraja memberitahu semua, warna padma di cakra anahata divisualisasikan sama dengan warna padmasana dari Istadevata Anda sendiri, "Apa warna padmasana dari Istadevata Anda, maka itulah warna dari padma di cakra anahata Anda."
Dalam karya tulis Dharmaraja, buku nomor 267 ada dibahas mengenai : "Aku adalah harimau dari Nanshan, bukan Simhanada dari Beishan.", Dharmaraja menggunakan ko'an Zen untuk mengupas makna Dharma, asalkan sadhaka dapat berbhavana sampai kebijaksanaan kesetaraan, disebut apa pun boleh : "Aku adalah harimau, aku adalah singa, aku adalah ayam, aku adalah monyet, Sakyamuni Buddha adalah Buddha, Mahaguru juga adalah Buddha, apa bedanya ? Oleh karena itu, harimau, singa, dan Guru Lu tiada berbeda."
Tantra mengutamakan silsilah, setiap sutra dan mantra membutuhkan abhiseka, namun Dharmaraja berwelas asih, memberikan kemudahan kepada para siswa, asalkan telah memperoleh abhiseka Sadhana Istadevata tertentu, maka boleh menekuni berbagai metode sadhana dari Istadevata tersebut. Akan tetapi, Dharmaraja mengingatkan : "Anda mesti pertimbangkan dengan saksama, jika sadhana tersebut ada hubungannya dengan abhiseka yang telah Anda peroleh, maka tidak perlu abhiseka lagi. Tapi jika sama sekali tidak ada hubungannya, maka masih memerlukan abhiseka."
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre, dalam teks disebutkan : "Bodhipaksika", Dharmaraja mengupas makna dari : "Nidana prana catvararddhipadah dhyanasamadhi.", jika ingin merealisasikan catvarahrddhipadah dalam 37 Bodhipaksika mesti gunakan prana, nadi, dan bindu menjadi sebab dari dhyana-samadhi, disebut sebagai catvarahrddhipadah, memasuki samadhi berdasarkan 37 Bodhipaksika, rddhi adalah samadhi, dan padah adalah sebab. "Bodhi adalah Buddha, paksika adalah hetu ( sebab ), apa yang digunakan untuk mencapai Bodhi ? Jumlahnya ada 37.", oleh karena itu, Dharmaraja menekankan, jangan kehilangan catvarahrddhipadah, jangan kehilangan 37 Bodhipaksika, "Gunakan air, api, dan angin dalam tubuh Anda untuk membina diri dalam 37 Bodhipaksika, kemudian memasuki samadhi."
"Melatih diri dalam 37 Bodhipaksika bisa muncul rintangan", prana karma berarti tubuh masih tiris, prana karma dari 10 jenis karma bisa mempengaruhi sadhaka. Dharmaraja mengajarkan, bagi yang masih tiris, mesti berbhavana sampai mencapai kondisi anasrava, gunakan 37 Bodhipaksika yang dapat membuat tubuh dan batin tidak buyar, "Kita mesti melenyapkan prana karma dari 10 jenis karma, kemudian pada akhirnya berubah menjadi 10 prana istimewa dan 7 kunci ketekunan bhavana ( 7 kiat ketekunan bhavana ), 70 kiat."