12 September 2020 Upacara Musim Gugur Penyeberangan Amitabha Buddha di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
【Berita TBS Seattle】
Pada malam hari tanggal 12 September 2020, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple ( 西雅圖雷藏寺 ) dengan tulus mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng untuk memimpin Upacara Musim Gugur Penyeberangan Amitabha Buddha.
Di tahun-tahun sebelumnya, untuk menyelenggarakan upacara musim gugur mesti menyewa lokasi yang besar untuk menampung ribuan umat yang hadir, serta terdapat beberapa upacara seperti transmisi sadhana, pemberkatan nikah, penganugerahan Bodhisattvasila dan upasampada. Namun pada tahun ini, dikarenakan pandemi Covid-19, demi menyesuaikan dengan aturan cegah wabah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka upacara musim gugur tahun ini diselenggarakan di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, tanpa transmisi sadhana, dan tanpa pemberkatan nikah, namun semua umat dari berbagai negara tetap bisa berpartisipasi melalui siaran langsung internet.
Dharmaraja Liansheng mengungkapkan bahwa berbagai bencana yang terjadi seperti pandemi Covid-19, kebakaran hutan di Amerika Serikat, badai di laut Karibia, dan banjir di China, semua menunjukkan bahwa dunia ini tidak kekal, membuktikan kebenaran yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha: "Sarvadharma anitya.", di dunia ini tidak ada yang abadi, kita mesti tekun berbhavana, mencapai Negeri Buddha baru bisa mencapai keabadian yang sejati.
Dalam penyeberangan arwah kali ini ada tiga macam penjemputan. Yang pertama adalah penjemputan cahaya, cahaya terpancar mencapai neraka paling dalam dan gelap, para arwah melihat cahaya tersebut terus naik mengikuti arah cahaya, kemudian Amitabha Buddha memancarkan cahaya menjemput mereka.
Yang kedua, penjemputan bahtera Dharma, begitu tangan Mahaguru melepaskan sebuah bahtera Dharma, bahtera Dharma akan meluncur ke bawah, satu bahtera berubah menjadi 10 bahtera, 10 bahtera menjadi ratusan bahtera, ratusan bahtera menjadi ribuan bahtera, kemudian Amitabha Buddha menggunakan Dasabala Tathagata untuk mengundang para arwah naik bahtera Dharma, Mahadewi Yaochi dengan daya agung mengundang para arwah naik bahtera Dharma, bahtera menuju ke arah tepian, yaitu Sukhavatiloka.
Yang ketiga adalah penjemputan padma, Trini Arya Sukhavati muncul, tangan menganugerahkan padma, di angkasa muncul puluhan ribu padma, dan puluhan ribu arwah naik padma terlahir di Negeri Buddha.
Penjemputan padma adalah tingkat tertinggi, penjemputan bahtera Dharma adalah tingkat menengah, sedangkan penjemputan cahaya adalah tingkat bawah. Asalkan berhasil terlahir di Negeri Buddha, sudah pasti bisa mencapai Kebuddhaan.
Asalkan mencapai alam suci Amitabha Buddha, semua tidak akan mundur lagi, berbhavana dengan baik pasti bisa merealisasikan Buddhata, semua memasuki alam cahaya kedamaian abadi, pasti bisa mencapai tingkat Bodhisattva atau bahkan Buddha, inilah keabadian yang sejati.
Buddha mengajarkan kepada kita, jika ingin mencapai keberhasilan bhavana, tidak boleh cemburu, tidak boleh dengki, tidak boleh membenci, hati Anda mesti seluas langit baru bisa mencapai surga, baik itu arupadhatu, rupadhatu, maupun kamadhatu, hati Anda mesti seluas langit.
Hati yang sempit bahkan tidak bisa mencapai surga, apalagi Sukhavatiloka? Hati yang sempit, penuh niat jahat, gemar bertikai, bisa terjerumus ke alam asura, kemudian berbuat karma buruk dan terjatuh ke tiga alam rendah.
Di Tibet ada empat orang sastrawan yang sangat ternama, yang pertama adalah Milarepa, senandung Dharma yang Beliau nyanyikan sangat terkenal, Beliau adalah seorang Mahasiddha, pada akhirnya Beliau mengampuni paman dan bibinya yang telah merampas harta bendanya, Beliau mengampuni semua orang.
Dalam hagiografi Milarepa terdapat banyak sajak dan lagu, hagiografi menuliskan bhavana Beliau, mulai dari menyadari anitya, kemudian duhkha, mengenali sunya, melepas segalanya, kemudian menggunakan hati-Nya untuk merealisasi Hati Tathagata, melebur dalam Hati Tathagata.
Sastrawan yang kedua adalah Sakya Pandita dari Sakyapa, Beliau adalah seorang Mahasiddha, Beliau menulis sajak bhavana, yaitu: Pepatah Elegan Sakya Pandita, yang isinya mengajarkan Anda untuk melatih tubuh, dan bagaimana menekuni kiat utama.
Yang ketiga adalah Je Tsongkhapa, Beliau menulis sangat banyak sajak, bahkan kalimatnya sangat panjang, semua merupakan pujian bagi para Buddha dan Bodhisattva, seperti: Avalokitesvara Bodhisattva, Sarasvati Devi, dan Amitayus Buddha. Mengapa perlu memuji Buddha dan Bodhisattva? Sebab Hati Buddha dan Bodhisattva adalah kesunyataan agung, dan Hati yang paling indah. Tiada cemburu, tiada dengki, tiada kebencian.
Sastrawan yang keempat adalah Dalai Lama ke-6, Tsangyang Gyatso, sajak dan lagunya sangat indah dan sangat simpel, langsung bisa dipahami. Dalam sajak beliau mengungkapkan harapan akan cinta juga harapan akan akan Kebuddhaan, saat visualisasi Guru yang muncul malah kekasihnya, diam-diam pergi kencan, namun juga kuatir tidak bisa mencapai keberhasilan bhavana, beliau menulis banyak sajak seputar cinta, juga banyak sajak mengenai Kebuddhaan. Hidup beliau berakhir dengan mengenaskan.
Dalam kehidupan asmara, apakah kita juga bisa berbhavana? Dalam Tantra ada metode ini, dalam kehidupan asmara , tetap bisa bervisualisasi, menjapa mantra, melafal Nama Buddha, membaca sutra, mencapai keberhasilan Dharmakaya, bisa melihat Buddha dan Bodhisattva muncul memancarkan cahaya mengadhisthana Anda. Apakah Anda bisa? Ini adalah sebuah ujian yang sangat besar, yang satu adalah roh, dan yang satu adalah daging, dalam kondisi daging, Anda mesti bisa berbhavana mentransformasikannya menjadi roh, jika Anda tidak bisa mentransformasikannya, dan tetap melakukan Sadhana Yab Yum, akibatnya adalah terjerumus dalam Neraka Vajra.
Di kolong langit ini, tidak ada manusia yang sama, namun setiap insan memiliki Buddhata yang sama, oleh karena itu, demi Buddhata, Anda mesti mengasihi semua makhluk, termasuk mengasihi musuh-musuhmu, Yesus juga mengajarkan untuk mengasihi musuh-musuhmu. Buddha mengajarkan apramanaupeksha, upeksha dalam maitri, karuna, mudita, dan upeksha, oleh karena itu, saat menjalani laku Bodhisattva, Sang Buddha sanggup mengorbankan tubuhnya untuk memberi makan harimau, mengiris dagingnya untuk memberi makan elang. Seorang Bodhisattva mesti bisa bersabar terhadap umat di sekitar Anda, jika dia berbuat salah, nasihati untuk bertobat, semua bisa dimulai dari awal, kita tidak boleh mencampakkannya.
Mahaguru toleran, namun di saat perlu bersikap keras tetap harus keras, semua harus menjaga sila, dan yang melanggar mesti bertobat. Anda mesti introspeksi, apakah telah melanggar sila? Yang melanggar sila harus bertobat, asalkan telah bertobat dengan sungguh hati, maka masih bisa diampuni, kecuali Anda melanggar dan melanggar lagi, dan terus melanggar sila, atau mengkhianati Guru, atau melakukan lima perbuatan durhaka, maka barulah dikeluarkan dari garis silsilah Guru.