19 September 2020 Pujabakti Sadhana Istadevata Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
(Berita #TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple )
Pujabakti bersama tanggal 19 September 2020 adalah Sadhana Istadevata Padmakumara. Semua melaksanakan pujabakti dengan tetap mematuhi aturan cegah wabah dari pemerintah setempat, mengenakan masker, dan menjaga jarak aman.
Tepat pukul 8 malam suara tabuhan bokor bergema, lantunan suara Mantra Padmakumara menyambut kedatangan Mahaguru dan Gurudara, kemudian semua bersama bernamaskara kepada Triratna Mandala.
Mahaguru naik Dharmasana, memimpin segenap siswa di lokasi dan yang berpartisipasi melalui internet untuk berpujabakti bersama Sadhana Istadevata Padmakumara.
Usai pujabakti, Mahaguru bersembah puja kepada segenap Guru Silsilah : Biksu Liaoming, Guru Sakya Zhengkong, Gyalwa Karmapa ke-16, Guru Thubten Dhargye, kemudian bersembah puja kepada Triratna Mandala, dan Istadevata pujabakti hari ini : Padmakumara.
Mahaguru menyapa : Gurudara, Tenzin Gyaltso Rinpoche, Thubten Ksiti Rinpoche, para Acarya, Dharmacarya, biksu, biksuni, pandita Dharmaduta, pandita Lokapalasraya, ketua vihara, dan segenap umat, serta umat yang berpartisipasi secara daring melalui internet. Dengan ramah Mahaguru menyapa semua dalam berbagai bahasa : "Selamat malam semuanya ! Apa kabar semuanya !"
Seperti sebelumnya, Mahaguru membuka Dharmadesana dengan sebuah kisah humor, menyampaikan bahwa banyak kondisi yang membuktikan bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal, walau hari ini tubuh masih sehat, namun entah apakah besok masih sehat ? Apa yang akan terjadi ? Oleh karena itulah Sang Buddha mengatakan : "Segala yang berkondisi tidak kekal."
Perbedaan antara Madhyamaka dan Vijnaptimatra, yang satu adalah "Segala sesuatu adalah refleksi batin, bukan kondisi eksternal.", dan yang lain adalah : "Hati diri manunggal dengan Buddhata."
Jika ingin mempelajari Madhyamaka, Anda bisa membaca Madhyamakavatara karya Candrakirti. Jika ingin mempelajari Vijnaptimatra bisa membaca Sandhinimorcana Sutra, Dvadasavijnaptimatrata, dan Lankavatara Sutra.
Maitreya Bodhisattva, Asanga, dan Vasubandhu mengutamakan pandangan Vijnaptimatrata, sedangkan Manjusri Bodhisattva, Nagarjuna, dan Aryadeva membabarkan Madhyamaka. Dalam Tantra Tibet, pada umumnya mereka memadukan Vijnaptimatra dengan Madhyamaka, sebagian besar dalam Madhyamaka ada pemikiran Vijnaptimatra, dalam Vijnaptimatra juga ada Madhyamaka.
【 Anda Bertanya Saya Menjawab 】
Siswa bertanya :
Sembah puja kepada Mulacarya Dharmaraja Liansheng, siswa menyaksikan Upacara Luotiandajiao, Mantra Pendek Mahakaruna Dharani adalah : "Om. Xidiandu. Manduola. Baduoye. Suoha." Namun, biasanya kita menjapa Mantra Pendek Mahakaruna Dharani menggunakan Mantra Hati Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara : "Namo. Sanmanduo. Mutuonan. Warila. Damo. Xie." Mohon petunjuk Mahaguru, apa perbedaan antara kedua mantra tersebut dan kegunaanya. Apakah siswa boleh menjapanya ? Terima kasih Mahaguru.
Mahaguru menjawab :
"Namo. Sanmanduo. Mutuonan. Warila. Damo. Xie" adalah Mantra Hati Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara, sedangkan Tantra Timur Jepang sebagian besar menjapa ini : "Om. Xidiandou. Manduola. Batuoye. Suoha." Yang merupakan beberapa aksara di bagian akhir Mahakaruna Dharani, biasanya dijapa oleh Tantra Tibet. Yang satu adalah Mantra Hati Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara, yang satu adalah Mantra Hati Mahakaruna Dharani, mantra pendek, sesungguhnya keduanya tiada berbeda.
Namun untuk sadhana, saat menekuni Sadhana Sahasrabhuja Sahasranetra Avalokitesvara mesti menjapa Mantra Hati Nya : "Namo. Sanmanduo. Mutuonan. Warila. Damo. Xie."
Siswa bertanya :
Sebelum menekuni metode dalam Zhenfo Zong, saya pernah menjalankan metode Dharma yang lain, mohon petunjuknya, bagaimana cara menangani buku-buku, media cetak, CD, benda rohani, poster dan lain-lain ( dari sekte yang sebelumnya ) ?
Mahaguru menjawab :
Jika berdomisili di Taiwan, saya akan membawanya ke kuil Dewa Bumi untuk menjalin jodoh dengan insan lain, orang yang berjodoh akan mengambilnya. Di Malaysia, Anda bisa membawanya ke kuil Toa Pek Kong.
Untuk barang-barang yang berasal dari metode Dharma yang lainnya, Anda bisa memberikannya ke tempat sekte tersebut. Tapi jika benar-benar sudah lama dan rusak, Anda boleh berdoa melapor kepada para Buddha dan Bodhisattva, kemudian dibakar di tempat pembakaran kertas mulia.
Siswa bertanya :
Karena kegelapan batin, dulu saya tidak belajar Buddha. Tidak berdaya menghadapi kondisi sulit dalam kehidupan. Setelah saya meyakini Buddhadharma, dan meyakini hukum sebab akibat, saya bisa menggunakan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Saya sangat bersyukur atas adhisthana para Buddha dan Bodhisattva, membuat saya dan putra saya yang semula menolak ajaran Buddha menjadi lebih bijak sehingga dapat mulai menerima ajaran Buddha.
Saya mempersemayamkan Vajrakila, setiap malam saya dan putra saya mempersembahkan air bersih, kemudian japa Mantra Catursarana 3 kali, menjapa Mantra Vajrakila 7 kali dengan membentuk mudra, visualisasi, baca Sutra Raja Agung, saat menjapa Mantra 7 Buddha saya membentuk mudra, kemudian menjapa mantra hati yang lain, visualisasi mahanamaskara, japa Mantra Sataksara 3 kali dengan membentuk mudra, melimpahkan jasa, japa Mantra Paripurna, dan membentuk mudra pembubaran.
Mohon petunjuknya, apakah saya boleh menuntun putra saya untuk bersadhana seperti di atas ? Terima kasih.
Mahaguru menjawab :
Japa Mantra Catursarana dan Mantra Vajrakila masih belum mencukupi syarat sebagai satu kali sadhana.
Sebab satu kali sadhana ( tahap inti ) terdiri dari japa mantra, mudra, visualisasi, dan masuk samadhi. Lebih baik melakukan sadhana sesuai tahapan dalam Zhenfo Zong, terlebih dahulu adalah tahap awal, yaitu Caturprayoga, kemudian tahap inti yaitu visualisasi, japa mantra, masuk samadhi, kemudian tahap akhir yaitu pelimpahan jasa, japa Mantra Sataksara, japa Mantra Paripurna, kemudian Mudra Pembubaran.
Jika putra Anda berusia lebih dari 10 tahun, maka Anda boleh pelan-pelan ajarkan sadhana, namun sebelumnya mesti memperoleh abhiseka.
Siswa bertanya :
Dalam karya tulis Mahaguru, buku nomor 44 "Fumopingyaozhuan" ( arti harfiah : "Legenda Penakluk Mara" ) dalam artikel berjudul "Mudra Simabandhana Diri", ada disebutkan : "Saat membuat simabandhana diri, saya tambahkan Mantra Vajragni, nampak jala berwarna emas dengan kobar api menyala-nyala. Api ini bukan api biasa, dapat membakar semua mara, jika Mara Devaputra menyentuhnya menggunakan tangan, maka tangannya akan hangus terbakar, ia akan meraung bak halilintar, akan tetapi tak berdaya. Dengan demikian, barulah saya tidak akan disesatkan Mara.” Saya ingin mohon petunjuk Mahaguru, bagaimana Mantra Vajragni ?
Mahaguru menjawab :
Boleh gunakan Mantra Mahabrahma, ini juga merupakan Mantra Vajragni “Om. Beizha. Bulama. Suoha.”
Siswa bertanya :
Dalam karya tulis Mahaguru buku nomor 67 “Guiyizhe de xinsheng” ( arti harfiah : Suara Hati Siswa Sarana ), artikel berjudul : “Sadhana Pohon Duit”, ada disebutkan, “8. Bentuk mudra : Jemari kedua tangan terbuka penuh, telapak tangan kiri menghadap bawah, letakkan di depan dada, telapak tangan kanan menghadap ke depan, letakkan di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. ( Laksana sebatang pohon yang tertanam di bumi, ini adalah Mudra Pohon Duit. ) Mohon Mahaguru memperagakan bagaimana cara membentuk Mudra Pohon Duit ? Mohon Mahaguru juga berkenan memperagakan cara menjapa Mantra Sadhana Pohon Duit ? ( “Namo Sanmanduo .Warifa. Hom.” )
Mahaguru menjawab :
( Mahaguru memperagakan Mudra Pohon Duit ) tangan kiri di depan dada, telapak terbuka, jemari tangan kanan juga terbuka, laksana sebatang pohon yang tertanam di bumi, tangan kanan diletakkan di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri, dan tangan mesti digoyang.
Mantra Sadhana Pohon Duit : “Namo Sanmanduo. Warifa. Hom” dijapa “Fa”, mengandung makna “Semakin makmur !”
Visualisasi Y.A. Liansheng memancarkan cahaya kuning terang menyinari pohon, dan pohon pun memancarkan cahaya keemasan. Pohon membesar, daunnya sangat rimbun. Kemudian visualisasi daun pohon semua berubah menjadi NTD, atau USD, atau Yen, semua daun pohon besar itu berubah menjadi uang kertas.
Visualisasi dengan sangat jelas, saat itu tangan kanan mesti digoyang, berarti menggoyang pohon. Visualisasi semua daun ( uang kertas ) rontok berjatuhan di sekitar sadhaka, terus menumpuk setinggi gunung dan mengitari sadhaka.
Mahaguru merasakan bahwa dalam hidup manusia, yang paling penting adalah kesehatan, uang pun tidak bisa membeli kesehatan, oleh karena itu kesehatan adalah yang paling utama, uang nomor dua. Namun bagi sadhaka Tantra, bhavana nomor 1, nyawa nomor 2, dan uang nomor 3. Jika tubuh Anda sehat, namun tidak tahu berbhavana, maka kelak tetap saja terjerumus ke sadgati, oleh karena itu Buddhadharma diperlukan untuk berbhavana mencapai moksa, mencapai empat tingkat kesucian, dan selamanya tidak bertumimbal lahir lagi, ini yang paling penting.
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre :
3, Anubhava Mempertahankan Empat Jenis Prana.
Slokha : “Aliran 4 jenis prana dan persembahan berbagai tarian Dewi.”, jika mempertahankan parna catur-mahabhuta, di lokasi semula ada 225, empat jenis berarti 900 napas. Dalam anubhava fenomena lingkungan dan anubhava mimpi melihat para Dewi menyanyi, serta memberikan persembahan aneka tarian ; Anubhava tubuh di bagian ini tidak penting, jadi tidak perlu dijabarkan.
Apa itu empat jenis prana ? Yang paling penting, prana sirkulasi atas yang mengendalikan tubuh bagian atas, prana srikulasi bawah yang mengendalikan tubuh bagian bawah, prana sirkulasi sekujur tubuh yang mengendalikan sirkulasi prana di sekujur tubuh, prana mitra api yang mengendalikan nadi tengah. Ini adalah empat jenis prana utama, ada lagi prana hati, menjadi lima prana utama.
Melatih empat jenis prana ini, prana sirkulasi atas ditekan ke bawah, prana sirkulasi bawah diangkat ke atas, prana mitra api masuk ke nadi tengah, prana sekujur tubuh di saat pembuyaran mesti bisa mengalir di sekujur, Anda cukup gunakan 225 kali napas, satu macam prana gunakan 225 kali napas, empat jenis prana menjadi 900 kali napas, kemudian dalam mimpi Anda dapat melihat para Dewi mempersembahkan nyanyian dan tarian.
Kemampuan bhavana semacam ini sudah sangat lumayan, prana sirkulasi atas ke bawah, prana sirkulasi bawah diangkat ke atas, prana sekujur mengalir di sekujur tubuh, prana mita api dituntun, prana dalam nadi tengah menembus nadi tengah, dengan demikian semua prana berhimpun dalam nadi tengah, naik ke atas, terus mencapai puncak kepala, maka saat bermimpi di malam hari akan mengalami anubhava tubuh, dapat melihat para Dewi mempersembahkan nyanyian dan tarian. Namun anubhava semacam ini bukan yang utama, oleh karena itu tidak perlu dijabarkan.
Dalam Sutrayana biasanya menjapa Nama Buddha, Trini Arya Sukhavati muncul di hadapan, dan menjemput sadhaka terlahir di Sukhavatiloka. Sampai di alam Buddha, para makhluk suci akan membimbing Anda sampai mencapai Kebuddhaan.
Dalam Tantra, seperti Guru Padmasambhava dapat mentransformasikan tubuh menjadi sinar pelangi, membuka semua lima cakra, berubah menjadi pelangi pancawarna, sinar pelangi bisa mencapai Kebuddhaan menggunakan tubuh saat ini, dengan kata lain tubuh jasmani ini pun mencapai Kebuddhaan, dalam kehidupan kali ini dapat langsung menjadi Buddha.
Usai Dharmadesana yang sarat Dharmasukha, Mahaguru berwelas asih menganugerahkan abhiseka sarana kepada siswa baru yang memohon sarana, kemudian Mahaguru mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani dan mengabhiseka rupang Buddha, serta mengadhisthana para hadirin di lokasi dan semua orang yang menyaksikan lewat internet. Pujabakti hari ini telah usai dengan meninggalkan Dharmasukha dalam sanubari setiap siswa, syukur kami panjatkan atas welas asih Mahaguru membabarkan Dharma demi kebaikan bagi semua makhluk.
Artikel Dharmadesana lengkap dapat disimak melalui tautan True Buddha News di bawah ini:
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1213.htm