5 Desember 2020 Liputan Pujabakti Sadhana Istadevata Avalokitesvara Bodhisattva di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
【Liputan TBS Seattle】
Usai memandu semua untuk bersembah puja kepada segenap Guru Silsilah, Triratna Mandala, serta Istadevata pujabakti: Avalokitesvara Bodhisattva, Mahaguru dengan ramah menyapa semua umat dalam berbagai bahasa.
Mahaguru membuka Dharmadesana dengan ulasan keagungan Avalokitesvara Bodhisattva yang merupakan pemimpin dari Astamahabodhisattva, merupakan Bodhisattva yang memiliki maitrikarunacitta kepada semua makhluk sadgati. Dahulu tiap kali biksu berjumpa dengan orang lain, akan mengucap: "Namo Amitabhaya Buddhaya" (Namo Amituofo), kadang saat biksuni berjumpa dengan orang lain, akan mengucap: "Namo Avalokitesvaraya Bodhisattvaya" (Namo Guanshiyin Pusa).
Dalam alam Bodhisattva, sesungguhnya tiada pembedaan laki-laki maupun perempuan, Avalokitesvara Bodhisattva memiliki banyak tubuh penjelmaan, sehingga memiliki banyak sebutan mulia, kadang Beliau menampakkan diri dalam wujud perempuan, kadang dalam wujud laki-laki. Di saat Sang Bodhisattva tampil dalam wujud perempuan, berarti Beliau menunjukkan maitrikaruna.
Mahaguru mengisahkan pengalaman nyata sebagai contoh:
Peristiwa ini terjadi dahulu di saat Mahaguru baru saja memperoleh kontak yoga dengan para Buddha dan Bodhisattva. "Ada seorang ibu bernama Wan Jisao yang tinggal di seberang kediaman saya saat itu, ibu itu memuja Avalokitesvara Bodhisattva di rumah, kadang ia mengundang saya untuk melafal sutra di rumahnya. Sepulangnya saya ke rumah, Avalokitesvara dari rumah Wan Jisao telah tiba di rumah saya! Di saat Wan Jisao bertandang ke rumah saya, dengan gembira saya memberitahunya: 'Avalokitesvara dari rumah Anda bertandang ke rumah saya." Dia langsung naik pitam: "Avalokitesvara di rumah saya ada di rumah saya, melindungi rumah saya, mana boleh pergi ke rumah Anda?" Selesai bicara, Avalokitesvara langsung masuk dalam tubuhnya, tanpa bisa mengendalikan diri, ia mulai menampar mulutnya sendiri, bahkan menampar sampai bengkak. Melalui peristiwa ini saya mendapatkan sebuah pesan berharga, maitrikaruna tanpa batas, bukan hanya dicurahkan kepada satu orang saja, atau kepada sekelompok orang saja, atau hanya kepada sebuah negara saja, melainkan kepada semua makhluk sadgati dalam trisahasramahasahasralokadhatu, semua mendapatkan curahakan maitrikaruna dari Avalokitesvara Bodhisattva. Belajar Buddha mesti belajar hati tanpa batas, bukan hati yang sempit dan egois, hati yang egois adalah kejahatan.
Siswa Bertanya, Mahaguru Menjawab
Siswa bertanya: Apakah umat biasa boleh menggambar fu untuk umat lain yang memerlukannya?
Mahaguru menjawab: Boleh dan tidak boleh. Di saat mendesak, sebagai contoh membutuhkan fu menghentikan pendarahan, di saat orang itu sedang mengalami pendarahan, jika Anda tahu cara menggambar fu sesuai ritusnya, dengan tulus memanjatkan permohonan kepada Mulacarya dan Istadevata, kemudian mulai menggambar, dari goresan kuas Anda ada pancaran sinar dari Dewata, dari Mulacarya, dan dari Istadevata, maka fu tersebut akan berfungsi, bisa menolong orang di saat genting.
Apa yang dikatakan "Tidak boleh"? Anda menggambar satu tumpuk fu kemudian membagikan kepada semua orang untuk keselamatan, ini tidak boleh, sebab seorang yang menggambar fu, juga orang yang memohon fu, serta Dewata yang sedang lewat bertugas, Istadevata, dan Guru, di antara ketiganya terdapat jalinan segitiga yang tidak boleh terputus. Orang yang memohon fu mesti tulus, sedangkan orang yang menggambar fu mesti punya kemampuan menggambar fu, ritus harus lengkap, dan Istadevata bisa berkontak yoga dengan Anda, di saat itu, fu yang digambar akan berfungsi. Di saat daya spiritual Anda cukup, maka Guru dan Istadevata akan hadir untuk memancarkan sinar adhisthana.
Siswa bertanya:
Bagaimana cara kita mengetahui bahwa Dewa Bumi yang kita puja di rumah memiliki kedudukan sebagai Fudezhengshen (福德正神) atau masih berkedudukan sebagai Penunggu Rumah? Di saat kita mengisi formulir atau kayu homa dalam upacara, sebaiknya ditulis sebagai Kakek Dewa Bumi (Tudigong - 土地公 ), Nenek Dewa Bumi (Tudipo - 土地婆 ), atau Penunggu Rumah (Dijizhu - 地基主)?
Mahaguru menjawab: Penunggu Rumah (Dijizhu - 地基主) adalah arwah di dalam rumah, bukan dewa. Sedangkan Dewa Bumi adalah dewa, disebut Fudezhengshen. Anda tidak perlu tahu yang Anda semayamkan di rumah berkedudukan sebagai Penunggu Rumah atau Dewa Bumi, kecuali Anda sendiri melihatnya, atau Anda telah memiliki mata gaib atau jenis kemampuan paling rendah dalam melihat alam tak kasat mata.
Cara mengisi formulir pendaftaran atau kayu homa:
Jika Anda ingin mendaftarkan Dewa Bumi, maka tulis saja Fudezhengshen (福德正神). Jika Anda ingin mendaftarkan Penunggu Rumah, maka tulis saja Dijizhu (地基主).
Mahaguru mengisahkan bahwa Dewa Bumi yang baru datang untuk menjabat di Rainbow Vila menguasai bahasa Inggris, bahasa Taiwan, bahasa Mandarin, dan bahasa Kanton, karena Mahaguru benar-benar bisa melihatnya, dan bisa berkomunikasi dengannya, tentu saja bisa mengenalinya. Tanpa mata gaib, tanpa lima jenis abhijna mata dan sadabhijna, maka tidak perlu dipaksakan, daftarkan saja sesuai dengan nama yang tertera pada papan atau rupang yang Anda puja di altar.
Siswa bertanya:
1. Mahaguru mengatakan, Sadhana Dhumapuja adalah persembahan bagi semua makhluk halus yang merintangi hidup saya, dan semua Penagih Utang Karma (冤親債主) diri sendiri. Apakah Sadhana Dhumapuja boleh dilakukan untuk Penagih Utang Karma dari anggota keluarga kita, misalnya suami saya atau putra saya?
2. Jika boleh, bagaimana melakukannya? Sadhana mesti dipisah satu-persatu, atau langsung saja dilakukan bersamaan untuk anggota keluarga?
Mahaguru menjawab:
1. Sadhana Dhumapuja boleh dilakukan untuk Penagih Utang Karma dari anggota keluarga di rumah Anda, misalnya suami, putra, putri, atau ayah dan ibu Anda. Semua penagih utang karma dari anggota keluarga yang menetap satu rumah dengan Anda boleh diikutsertakan dalam Sadhana Dhumapuja. Yang penting disebutkan dalam pelimpahan jasa.
2. Lakukan saja secara bersamaan dalam satu sadhana, tidak perlu dipisahkan satu persatu, tidak perlu berpikir terlampau detail.
Mahaguru tertawa dan mencontohkan, ada seorang siswa yang menanyakan perihal menghormati leluhur di kuburan, berapa jumlah mangkuk persembahan ronde? Berapa jumlah ronde di setiap mangkuknya? Seberapa besar tiap rondenya? Apa warna rondenya? Pertanyaan semacam ini terlampau detail, Mahaguru mengutamakan jalan tengah, dalam banyak hal jangan terlampau detail, jangan pula terlampau serampangan, yang terbaik adalah cukupan saja.
Mahaguru melanjutkan pengulasan Lamdre:
Di saat seseorang sedang marah, wajah dalam cermin adalah raut wajah marah; Di saat bersukacita, raut wajah Anda akan nampak ceria di cermin. Demikian pula di dalam meditasi, yang muncul akan sesuai dengan bagaimana kondisi hati Anda dan bagaimana kondisi prana Anda.
Jika Anda telah memperoleh divyacaksu (mata dewata), dalam samadhi dapat melihat surga kamadhatu, surga rupadhatu, dan surga arupadhatu. Di saat divyacaksu semakin bersih, maka alam surga akan semakin jelas. Apa yang dimaksud dengan kata "berpuncak" dalam teks Lamdre ini? Anda bisa melihat surga kamadhatu, tapi tidak bisa melihat surga rupadhatu, inilah yang dimaksud sebagai "puncak" (batas maksimal kemampuan), "puncak" Anda hanya sampai surga kamadhatu. Atau "puncak" Anda hanya sampai surga rupadhatu, atau bisa mencapai surga arupadhatu. Inilah anubhava samadhi "berpuncak", bisa menampakkan berbagai fenomena, bisa melihat berbagai macam hal yang berbeda-beda dalam triloka, muncul divyacaksu yang masih tergolong sebagai abhijna tiris.
Divyacaksu ini masih bersifat tiris, bukan divyacaksu yang non-tiris. Divyacaksu yang non-tiris tergolong dalam asravaksayajnanam, bisa melihat segala sesuatu. Rupadharma dalam triloka: kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu, adalah berbeda-beda, tidak sama.
Di saat prana berhimpun dalam nadi tengah Anda, akan muncul sebuah suara yang mirip dengan suara lebah, dan Anda bisa mendengarnya. Di saat prana berhimpun dalam nadi tengah, kadang ada juga suara yang disebut: "ghanta".
Menurut slokha Lamdre, saat bersamadhi, jika prana hati atau pikiran Anda dan prana dihimpun di telinga, saat itu Anda bisa mendengar suara dari langit, menjadi divyasrotra (telinga dewata). Bukankah saya pernah babarkan bahwa di saat bersamadhi jika prana dihimpun di mata, maka Anda akan bisa melihat surga triloka; Prana dihimpun di telinga, bisa mendengar suara dari langit. Demikianlah cara mendapatkan divyacaksu dan divyasrotra. Jika prana Anda himpun di telinga, bisa mendengar suara pembicaraan antar dewata, semua suara di triloka, tidak peduli jauh atau dekat, semua bisa terdengar.
Dalam teks Lamdre disebutkan bahwa saat bersamadhi, jika prana hati dihimpun pada mata kanan, maka akan memperoleh divyacaksu, bisa melihat berbagai fenomena di alam surga. Jika prana hati dihimpun pada telinga kiri, akan memperoleh divyasrotra, bisa mendengar suara merdu dari surga.
Saat berada dalam samadhi, Anda bisa mengalami kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu, mata Anda bisa melihatnya, telinga Anda bisa mendengarnya. Anubhava yang dihasilkan dalam samadhi berpuncak, dalam Lamdre dikatakan: "Fenomena yang nampak dari mata kanan", mata kanan Anda dapat melihat pemandangan di alam surga. Dalam teks Lamdre disebutkan: "Telinga kiri bisa mendenga", maksudnya adalah telinga kiri Anda bisa mendengar suara merdu dari alam surga.
Berpartisipasi dalam pujabakti yang dipimpin oleh Mahaguru, baik itu yang hadir langsung maupun mengikuti siaran langsung, kita semua selalu memperoleh daya adhisthana silsilah yang istimewa, serta bisa mendengarkan Dharmadesana yang sangat berharga, selalu membuat lubuk hati kita mengalirkan Dharmasukha. Terima kasih Mahaguru karena telah mengajarkan kepada kami untuk meneladani hati maitrikaruna tanpa batas dari Avalokitesvara Bodhisattva, serta berbagai kondisi luar biasa saat berada dalam samadhi mendalam. Terima kasih karena Mahaguru telah berkenan menjawab pertanyaan siswa! Kami segenap siswa dengan tulus bersembah puja kepada Mahaguru.