13 Desember 2020 Upacara Homa Ksitigarbha Bodhisattva di Rainbow Temple
【Liputan TBSN】
Pada tanggal 13 Desember 2020, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat menyelenggarakan Upacara Homa Ksitigarbha Bodhisattva, Dharmaraja Liansheng selaku upacarika mengadhisthana formulir pendaftaran, melakukan adhisthana santika dan paustika, serta menyeberangkan para arwah. Seperti biasanya, begitu Dharmaraja tiba di homasala, beliau berjalan ke arah layar Zoom untuk menyapa para siswa dari berbagai negara, meskipun ada selisih waktu di setiap negara, namun setiap hari Minggu sebelum acara dimulai, para siswa selalu siap berada di depan layar untuk menyambut kehadiran Dharmaraja dan mendukung berlangsungnya upacara.
Upacara homa berlangsung dengan khidmat, sebelum memulai Dharmadesana, terlebih dahulu Dharmaraja memberitahu semua bahwa minggu depan, tanggal 20 Desember, pukul 3 sore adalah Upacara Homa Yamantaka Vajra.
Yamantaka Vajra merupakan perwujudan krodha dari Manjusri Bodhisattva, menjelma di saat Manjusri Bodhisattva memasuki tubuh Yamaraja. Mulabhumi Yamantaka adalah Amitabha Buddha, oleh karena itu Tantra Timur di Jepang berpendapat bahwa Yamantaka Vajra merupakan perwujudan krodha dari Amitabha Buddha. Yamantaka merupakan ajaran tertinggi dalam Gelugpa. Yamantaka juga merupakan Sadhana Vajra yang paling menonjol di antara sadhana dari Pancamahavajra.
Istadevata homa hari ini adalah Ksitigarbha Bodhisattva. Salah satu gunung terkenal di Tiongkok, yaitu gunung Jiuhua di Anhui, merupakan Bodhimanda dari Ksitigarbha Bodhisattva. Dharmaraja mengenang, pernah suatu kali di Taiwan Lei Tsang Temple beliau berjumpa dengan seorang siswa dari provinsi Anhui Tiongkok, di saat hendak berpisah, siswa itu mengatakan: "Jumpa lagi di Seattle." Karena persoalan visa, siswa tersebut tidak bisa pergi ke Seattle, namun tiap kali semua berkumpul daring melalui ZOOM, ia selalu hadir. Di kehidupan lampau, siswa itu merupakan orang yang sangat dekat dengan Dharmaraja, oleh karena itulah Dharmaraja secara khusus berpesan untuk jumpa lagi di Seattle. Semua siswa yang berjodoh bisa bersama dengan Dharmaraja adalah orang-orang yang memiliki jalinan jodoh dengan Dharmaraja di kehidupan lampau.
Sang Buddha mengajarkan, mesti bisa melepas dengan prinsip kesetaraan. Sebab baik itu jodoh baik maupun buruk, semua adalah orang yang berjodoh di kehidupan lampau, maka mesti diperlakukan dengan setara. Perjumpaan dalam kehidupan saat ini, semua adalah kerabat dan teman, pemikiran seperti ini dapat membuat kita memahami maitri, karuna, mudita, dan upeksha. Niat berdana mesti didasari prinsip kesetaraan, ini disebut upeksha setara, kesetaraan antara orang dekat maupun musuh. Inilah sikap hati yang teragung. Ksitigarbha Bodhisattva sungguh agung, sanggup melepas semua tanpa batas, demi menyeberangkan semua makhluk di tiga alam rendah, terutama alam neraka.
Dalam sesi tanya jawab, Dharmaraja menjawab pertanyaan siswa.
Ada siswa dari Singapura bertanya:
Apakah Yeshe Tsogyal bisa dijadikan sebagai Dharmapala? Siapakah perwujudan krodha dari Yeshe Tsogyal?
Dharmaraja menjawab:
Yeshe Tsogyal merupakan salah satu dari 5 Bhagavati utama dari Guru Padmasambhava, memperoleh transmisi sejati dari Guru Padmasambhava, termasuk di antaranya banyak terma dari Guru Padmasambhava. Sebelum Guru Padmasambhava pergi, Beliau membuat Mandala Vajrakila dan memberikan 3 Vajrakila kepada Yeshe Tsogyal. Sesuai petunjuk Guru Padmasambhava, Yeshe Tsogyal pergi ke Nepal untuk mencari orang India yang bernama Atsara Sale, untuk bersadhana bersama beliau, Atsara Sale adalah titisan Hayagriva Vidyaraja.
Yeshe Tsogyal boleh dijadikan sebagai Dharmapala, sedangkan Dharmapala agung dari Yeshe Tsogyal adalah Hayagriva Vidyaraja. Oleh karena itu krodha dari Yeshe Tsogyal adalah Hayagriva Vidyaraja. Boleh visualisasi Beliau menjelma menjadi Hayagriva Vidyaraja.
Pertanyaan kedua berasal dari seorang siswa di Indonesia:
"Dalam Tantra, Dharmapala melindungi Buddhadharma atau melindungi sadhaka? Apakah Dharmapala berkenan memenuhi harapan dan keinginan pribadi dari sadhaka?"
Dharmaraja menjawab:
Dharmapala akan melindungi tantrika, juga melindungi Buddhadharma, melindungi Istadevata, dan melindungi Guru. Namun sadhaka mesti menghormati Dharmapala, ibaratnya jangan meminta Dharmapala untuk menanak nasi, menyapu lantai, jangan menganggap Dharmapala sebagai pelayan Anda.
Dharmapala sangat welas asih, kadang Beliau bahkan rela menjadi petugas kebersihan bagi sadhaka, namun hanya pada saat sadhaka telah mencapai tingkat spiritual yang sangat tinggi, saat sadhaka telah berkontak yoga dengan para makhluk suci.
Berikutnya, pertanyaan dari siswa di Taiwan:
"Vyaghravaktra Vajra (Hutou Jingang) bisa menangkal hawa buruk tempat tinggal, apakah yang dimaksud adalah hawa buruk sudut tembok seperti mata pisau, tiang menembus jantung, pintu tetangga seberang lebih besar dari pintu rumah sendiri, serta berbagai macam hawa buruk tempat tinggal? Apakah cukup dengan berdoa, mengundang, dan menjapa mantra?"
Dharmaraja menjawab:
Vyaghravaktra Vajra merupakan penjelmaan Mahadewi Yaochi, tentu saja bisa menangkal hawa buruk. Setelah mempersemayamkan dan memuja rupang Vyaghravaktra Vajra, maka tidak perlu lagi risau akan hawa buruk di tempat tinggal.
Dalam ilmu fengshui ada banyak metode untuk mengatasi hawa buruk, contohnya: metode wangong dapat mengatasi "Tiang menembus jantung". Bisa juga mengubah arah dengan menggunakan papan langit dan bumi.
Vyaghravaktra Vajra bisa mengubah fengshui, yang terbaik adalah mempersemayamkan dan memuja Beliau, mengundang dan berdoa, serta menjapa mantra.
Pertanyaan terakhir dari seorang siswa di Malaysia, ia memohon: "Siswa curiga kekasih mengirimkan ilmu teluh, saya ingin berpisah dengannya, namun saya sangat takut, semoga saya bisa memperoleh bantuan."
Dharmaraja menjawab:
Setiap hari baca Satyabuddha Sutra sebanyak 7 kali, bisa mengatasi ilmu teluh. (Kemudian Dharmaraja memberikan adhisthana bagi siswa tersebut)
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre:
Prana nidana eksternal dan prana nidana internal saling terhubung, contohnya, prana nidana eksternal memasuki tubuh. Dalam tubuh ada Pancadakini yang melambangkan lima jenis prana (prana sirkulasi atas, prana sirkulasi bawah, prana sirkulasi sekujur, prana mitra api, serta prana jiwa)
Dalam tubuh ada Pancatathagata, Vairocana Buddha, Amitabha Buddha, Aksobhya Buddha, Ratnasambhava Buddha, dan Amoghasiddhi Buddha, yang kemudian bertransformasi menjadi pancamrta. Pancadakini, pancaprana, dan pancamrta menggunakan prana hati daikini ditambah dengan ayah dan ibu (Ayah adalah api, ibu adalah air). Turun ke dalam nadi tengah, nadi kiri, nadi kanan, dan 72000 nadi.
Dakini air (kebijaksanaan), Daka api (Samaya) serta Dakini angkasa, berhimpun bersama mengadhisthana diri sendiri secara sinambung. Menjadi nidana Mahabodhi, dan bhumi ke-13 adalah Buddha. Mulai dari bhumi awal sampai bhumi ke-12 adalah Bodhisattva. Dalam bhavana, Dharmaraja adalah Daka Samaya, sedangkan Dakini Prajna adalah Dakini di angkasa. Saat keduanya manunggal maka terjadi adhisthana sinambung bagi diri, menjadi nidana bagi Kebuddhaan. Merepresentasikan sadhaka (Samayanatha) dan Dakini eksternal (Prajnanatha) yang manunggal.
Meskipun ada tiga macam peningkatan: himpunan prana, nadi, dan bindu, yang menghasilkan beberapa hasrat. Hasrat ini bukan nafsu keinginan, contohnya adalah Samadhi Loka Hasrat Vajravarahi. Samadhi yang masih ada konsep memperoleh dan kehilangan, bisa menjadi samadhi tiada memperoleh dan tiada kehilangan. Memperoleh berarti bukan memperoleh, kehilangan berarti bukan kehilangan.
Dharmaraja Liansheng manunggal dengan Istadevata, berawal dari samadhi berhasrat, mencapai samadhi tanpa hasrat. Istadevata tidak datang dari luar, sesungguhnya dihasilkan oleh peleburan prana hati dengan air dan api, merupakan anubhava yang dihasilkan sendiri oleh sadhaka. Ini membuktikan bahwa meskipun Anda merasakan, namun sesungguhnya tiada memperoleh dan tiada kehilangan, meninggalkan perolehan dan kehilangan, inilah bhumi ke-13, inilah nidana Kebuddhaan.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng dan Gurudara Acarya Lianxiang kembali berjalan ke arah layar untuk melihat para siswa yang sedang daring, Guru dan siswa berjumpa penuh sukacita secara daring. Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Sadhana Ksitigarbha Bodhisattva kepada para siswa yang hadir. Upacara telah berjalan dengan sempurna.