6 Februari 2021 Pujabakti Sadhana Istadevata Ksitigarbha Bodhisattva di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#Liputan TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Hujan musim dingin di Seattle masih turun rintik-rintik, namun tahun baru Imlek segera tiba, di dalam dan luar vihara terpasang lampion terang yang memberikan kesan hangat kepada kita semua. Suara Mantra Hati Padmakumara mulai berkumandang, alunan musik suara mantra nan agung mulai membahana memecah kesunyian malam, dengan langkah mantap dan tenang Dharmaraja Liansheng memasuki ruang mandala, kemudian memandu semua melakukan mahanamaskara kepada para Buddha dan Bodhisattva.
Usai pujabakti, Mahaguru Berdharmadesana: Dari varga tubuh penjelmaan dalam Sutra Ksitigarbha dapat diketahui bahwa Ksitigarbha Bodhisattva mempunyai banyak tubuh penjelmaan, tidak hanya Ksitigarbha Bodhisattva, semua Buddha dan Bodhisattva juga memiliki banyak tubuh penjelmaan untuk melakukan misi Bodhi.
Mahaguru menggunakan sebuah kisah humor untuk menyampaikan bahwa dalam belajar Buddha, sekalipun Anda adalah profesor atau doktor dalam bidang Buddhisme, Buddhadharma baru bermanfaat jika Anda bisa menjadi Buddha, jangan hanya mengikuti apa yang tertulis dalam sebuah buku dengan membabi buta. Setelah mendengar pembabaran Dharma, tekunilah sesuai Dharma tersebut, barulah Anda bisa mencapai keberhasilan. Sekalipun Anda telah berulang kali mendengar Dharma, percuma saja jika tidak ada pengamalan. Oleh karena itu di antara proses mendengar, merenung, dan bhavana, yang paling penting adalah bhavana.
◎ Anda Bertanya Saya Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa bertanya:
Di antara umat Sedharma yang meninggal dunia, ada yang mengandalkan kemampuan diri sendiri untuk terlahir di Buddhaksetra (Negeri Buddha), ada juga yang mengandalkan penjemputan Mahaguru, ada yang dijemput saat berada di alam neraka atau alam baka, ada yang dijemput oleh Istadevata, ada juga yang dibawa oleh Istadevata ke tempat Mahaguru berada kemudian diseberangkan oleh Mahaguru, ada yang dijemput oleh para Dakini, ada yang dibawa oleh para Dakini ke tempat Mahaguru berada untuk diseberangkan. Ada berbagai macam kondisi, tidak hanya satu macam saja, mohon petunjuk Mahaguru, apa sebab dari segala perbedaan tersebut?
Mahaguru menjawab:
Ini ibarat saat Anda semua yang berasal dari tempat berbeda ingin menuju ke Seattle, ada yang naik pesawat terbang, ada yang naik kapal pesiar, ada yang naik mobil, bahkan ada yang bersepeda, berbeda-beda, demikian pula dengan proses terlahir di Buddhaksetra, masing-masing memiliki nidana berbeda. Asalkan bersedia untuk sepenuh hati, maka pasti bisa sampai di tempat tujuan.
Ada yang terlahir di Buddhaksetra mengandalkan daya diri sendiri, diri sendiri memiliki kemampuan cukup, bisa sekehendak hati menuju Buddhaksetra. Ada yang dijemput saat jelang wafat, ada pula yang dijemput saat di alam bardo, dan lain sebagainya.
Saat Anda berada di alam baka, jika Anda bisa melafal Nama Buddha, jika Yamaraja menanyai Anda, "Anda bersarana kepada siapa?" Jika Anda masih ingat Mahaguru, dan Anda bisa menjapa mantra, "Om. Gulu. Liansheng. Xidi. Hom" begitu menjapa mantra ini, Mahaguru muncul di alam baka untuk menjemputnya terlahir di Buddhaksetra. Akhir-akhir ini banyak Dakini yang membawa para arwah ke tempat Mahaguru. Jika Anda telah kontak yoga dengan Istadevata, maka Istadevata akan membawa Anda. Bagi yang belum kontak yoga dengan Istadevata, Dakini juga tidak kenal, maka ia akan terjerumus ke alam baka. Jika masih ingat Guru sarana, masih ingat mantra, berarti masih bisa tertolong. Jika apa pun tidak ingat, berarti tidak tertolong lagi.
Siswa bertanya:
Drdha Prthivi (堅牢地神), Bodhisattva Ibu Pertiwi (Dimu Pusa - 地母菩薩), dan Dewa Bumi (Tudigong - 土地公), semua adalah Dewata Bumi, apakah dengan demikian dengan menjapa Mantra Dewa Bumi (Antudizhenyan - 安土地真言) bisa sekaligus mengundang Drdha Prthivi atau sama saja dengan menjapa Mantra Hati Drdha Prthivi? Apakah Drdha Prthivi dan Bodhisattva Ibu Pertiwi berasal dari sumber yang sama namun berbeda wujud? Apakah Dewa Kota (Chenghuangye - 城隍爺) tergolong sebagai Dewata Bumi atau Dewata Alam Baka? Apakah Mantra Dewa Bumi bisa digunakan untuk memuja Dewa Kota?
Mahaguru menjawab:
Drdha Prthivi, Bodhisattva Ibu Pertiwi, dan Dewa Bumi, masing-masing memiliki mantranya sendiri. Meskipun semua adalah Dewata Bumi, namun kedudukan Drdha Prthivi dan Bodhisattva Ibu Pertiwi sangat tinggi, sedangkan kedudukan Dewa Bumi adalah yang paling kecil di antara jajaran Dewata. Oleh karena itu, menjapa Mantra Dewa Bumi tidak sama dengan Mantra Drdha Prthivi. Di dalam sutra disebutkan bahwa Bodhisattva Ibu Pertiwi adalah istri dari Drdha Prthivi.
Dewa Kota adalah Dewata Alam Baka, kedudukan Dewa Kota lebih besar dari Dewa Bumi. Dewa Kota adalah pemimpin suatu wilayah, contohnya adalah Dewa Kota Seattle disebut "Fu Chenghuang" (府城隍) atau Dewa Wali Kota, Dewa Kota penguasa seluruh negara bagian Washington disebut "Zhou Chenghuang" (州城隍) atau Dewa Gubernur. Seattle Ling Shen Ching Tze Temple berada di Redmond, tergolong wilayah King County, oleh karena itu Dewa Kota penguasa King County disebut sebagai "Xian Chenghuang" (縣城隍) atau Dewa Bupati. Demikianlah Dewa Kota pun masih dibagi berdasarkan tingkatannya.
Lebih lanjut lagi, Mahaguru menjelaskan, Mantra Dewa Bumi juga sangat agung, beliau adalah Dewa yang melindungi tempat tinggal Anda, Dewa Bumi yang melindungi satu kelurahan atau kecamatan, di dalam satu desa ada Dewa Bumi empat arah, dilindungi oleh Empat Dewa Bumi.
Siswa bertanya:
Akibat bimbingan yang keliru, siswa pernah keliru saat berlatih Pernapasan Botol, sehingga prana memasuki rahim, bagaimana cara mengeluarkannya kembali?
Mahaguru menjawab:
Saat berlatih Pernapasan Botol, terlebih dahulu diri sendiri bervisualisasi kesunyataan, tubuh jasmani adalah sunya, jangan pedulikan di mana rahim Anda, bahkan organ dalam pun tidak ada, pembuluh darah juga tidak ada, tidak ada apa pun, hanya sebuah cangkang tubuh, hanya sebuah bentuk. Kemudian ada tiga ruas nadi, yaitu nadi tengah, nadi kiri, dan nadi kanan, di bagian cakra manipura adalah tempat nadi kiri dan nadi kanan menyambung dengan nadi tengah. Di saat menghirup napas dan menahan napas, prana dari nadi kiri dan nadi kanan akan memasuki nadi tengah.
Jangan visualisasikan prana Pernapasan Botol memasuki rahim, cukup visualisasi prana masuk nadi tengah. Namun ada yang perlu diperhatikan bagi perempuan yang menekuni Pernapasan Botol, ini adalah prana yang keras, dekat dengan rahim bisa mengakibatkan pendarahan, mungkin bisa mengacaukan datang bulan, jadi visualisasikan agak ke atas. Sampai di cakra anahata jangan menganggapnya jantung, jangan visualisasikan jantung, cukup visualisasikan nadi tengah. Prana masuk ke nadi kiri dan kanan melalui lubang hidung kiri dan kanan, di cakra anahata cukup masuk nadi tengah.
◎ Mahaguru Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Bhumi Pertama Darsanabhumi Adalah Pramuditabhumi
Menurut Sutrayana hanya ada Dasabhumi Bodhisattva (10 bhumi), bhumi ke-11 sudah Kebuddhaan, sedangkan menurut Lamdre, Bodhisattva terbagi menjadi bhumi ke-10, bhumi ke-11, bhumi ke-12, dan bhumi ke-12 setengah. Yang dimaksud dengan "25 Bagian" adalah 25 Bodhyanga, yaitu pengulasan mendetail mengenai Bodhyanga. Pancamarga antara lain: sambharamarga, prayogamarga, darsanamarga, bhavanamarga, sampai pada akhirnya adalah Parayana atau abhavana.
Mulai dari Bodhisattva bhumi pertama, terus sampai bhumi ke-6 adalah Abhiseka Kalasa. Bhumi ke-7 sampai bhumi ke-10 adalah Abhiseka Guhya. Bhumi ke-11 dan ke-12 tergolong Abhiseka Prajna, sedangkan setengah sisanya adalah Abhiseka Keempat.
Mulai dari bhumi pertama sampai bhumi ke-6 adalah utpattikrama. Bhumi ke-7 sampai ke-10 merupakan empat bhumi adhisthana diri sendiri, adhisthana diri sendiri adalah diri sendiri menjadi Istadevata. Cakra mandala adalah mandala berbentuk lingkaran, dan bagian luarnya persegi empat. Ajaran bhumi ke-11 dan bhumi ke-12 adalah cakra mandala, yaitu cahaya Prajna. Ajaran bhumi ke-12 setengah adalah gelombang vajra, apa artinya ? Saat Mahaguru mengulas Risalah Agung Tahapan Jalan Tantra, Je Tsongkhapa muncul untuk mengadhisthana Mahaguru, sinar disekeliling Beliau adalah sinar gelombang vajra, terus terpancar banyak sekali.
Mahaguru memberikan perumpamaan menggunakan pengalaman sadhana diri sendiri, tahapan di mana para Buddha dan Bodhisattva mengadhisthana Mahaguru adalah utpattikrama (tahap pembangkitan); Kemudian di saat diri sendiri menjadi Istadevata, ini adalah adhisthana diri sendiri; Berikutnya, diri sendiri menjadi sebuah cakra, duduk di dalam cahaya Prajna, ini adalah cakra mandala; Kemudian, gelombang vajra, semua bahtera Dharma naik ke angkasa, menuju ke Mahapadminiloka, ini adalah gelombang vajra.
Ksetraparisuddhi (alam suci) sebagai pembagian loka, bhumi ke-6 keleluasaan dari ksetraparisuddhi nirmanakaya, bhumi ke-7 sampai bhumi ke-10 keleluasaan dari ksetraparisuddhi sambhogakaya, sedangkan bhumi ke-11 dan bhumi ke-12 memperoleh keleluasaan dari ksetraparisuddhi Dharmakaya, bhumi ke-12 setengah memperoleh keleluasaan dari ksetraparisuddhi Dharmata. Ksetraparisuddhi digunakan untuk membagi loka, Amitabha Buddha memiliki empat loka : Alam Kediaman Awam dan Suci, Alam Upaya Kausalya Bersisa, Alam Keagungan Sambhogakaya, dan Alam Keheningan Abadi.
Bhumi ke-6 adalah kemunculan mandala tubuh, bhumi ke-7 sampai bhumi ke-10 adalah mandala aksara nadi, merupakan mandala Dharma. Nadi adalah Dharma. Bhumi ke-11 dan bhumi ke-12 muncul mandala Bodhicitta, bisa dikatakan direpresentasikan dengan Bodhicitta. Bhumi ke-12 setengah muncul mandala intisari Tathagata Trikala, trikala adalah masa lampau, sekarang, dan mendatang, merupakan mandala kesatuan hakikat trikala. Ini pembagian menggunakan mandala.
"Sadbhumi membangkitkan tujuan makna tiada berbeda dari samsara dan Nirvana.", makna tiada berbeda dari samsara dan Nirvana artinya adalah sudah tiada perbedaan lagi antara samsara dan Nirvana. Di saat mencapai dasabhumi, bisa dibilang semua karmavarana telah bersih tak bersisa. Sampai pada bhumi ke-12, disebut "Sunya dan sukha sempit", makna dan tujuan sunya dan sukha, memasuki sunyata, sukha adalah sunya, dan sunya adalah sukha. Separuh bhumi yang tersisa membangkitkan sukha dan sunya mahaluas, yang ini lebih besar, makna dan tujuan sukha-sunya mahaluas, demikianlah jika dibedakan berdasarkan makna dan tujuan. Sesuai dengan berbagai tujuan dan makna, ada sebab, pembuktian, keberhasilan, serta kesimpulan, ada empat arti di dalamnya.
Dalam sebuah alam juga terdapat makna khusus, apa tujuan dan makna dari Alam Kediaman Awam dan Suci? Yaitu menggunakan orang suci untuk memengaruhi orang awam, seperti kata pepatah, bahwa lingkungan bisa memengaruhi seseorang. Amitabha Buddha menjemput insan yang masih berkarma buruk untuk terlahir di Sukhavatiloka, di sana insan berjumpa dengan orang suci, belajar dari orang suci, sehingga karmavarana pun terkikis, dan bisa memasuki Alam Upaya Kausalya Bersisa, kemudian meningkat lagi masuk ke Alam Keagungan Sambhogakaya, saat itu ia akan memiliki keagungan dan bersinar. Sampai di Alam Keheningan Abadi, ia pun menjadi Buddha, menjadi Amitabha Buddha. Ini semua merupakan tujuan dan makna.
Usai Dharmadesana, semua bernamaskara kepada para makhluk suci di altar mandala, kemudian Mahaguru berwelas asih mengadhisthana semua. Pujabakti telah usai dengan manggala dan sempurna.
Untuk membaca Dharmadesana lengkap dalam bahasa Mandarin, silakan klik tautan di bawah ini: www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1462.htm