6 Maret 2021 Pujabakti Sadhana Padmakumara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#Liputan TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺)
Hari ini mentari bersinar terang di Seattle, angin musim semi bertiup membawa kehangatan. Setiap umat tersenyum penuh kebahagiaan, menantikan pujabakti, dan acara tanda tangan buku karya tulis terbaru dari Dharmaraja Liansheng, buku nomor 282, "Bersua Bodhidharma". Diiringi lantunan Mantra Hati Padmakumara, para umat beranjali menyambut kedatangan Mahaguru. Mahaguru melangkah masuk sembari menyapa segenap umat dengan sorot mata teduh penuh welas asih, berhenti di hadapan altar mandala, dan memandu semua untuk melakukan mahanamaskara.
Usai pujabakti, semua bersama Mahaguru menyaksikan video produksi Tbboyeh untuk publikasi buku baru. Mahaguru berpesan supaya semua memerhatikan buku "Bersua Bodhidharma", dalam buku ini terkandung makna Dharma yang sangat mendalam, namun meskipun mendalam, Mahaguru menulisnya menggunakan gaya bahasa sehari-hari yang mudah dipahami, supaya para pembaca bisa mengerti, dan setelah membacanya dapat mengamalkannya, dengan demikian baru bisa menjadi sadhaka sejati.
Setelah membacanya, dan Anda merasa apa yang disampaikan dalam buku adalah kebenaran, namun jika Anda tidak mengamalkannya, Anda tetap saja seorang awam. Jika Anda ingin mencapai kesucian, tidak melekati dunia fana, bertekad terbebas dari samsara, maka Anda mesti mengamalkan Buddhadharma dengan sebaik-baiknya, dengan demikian barulah Anda memiliki pencapaian sejati, inilah tujuan kita belajar Buddha, jika tidak, apa manfaatnya Anda membaca buku dan mendengar pembabaran Dharma?
Mahaguru mengisahkan cerita humor untuk menyampaikan bahwa banyak hal yang sesungguhnya merupakan kesalahpahaman, salah mengerti, padahal sesungguhnya jika dijelaskan bisa dimengerti, tidak akan salah paham, tidak akan salah sangka, persoalan kecil juga tidak akan menjadi persoalan besar.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab
Siswa bertanya:
Jika sadhaka berbhavana sesuai ajaran kebenaran yang dibabarkan oleh Mahaguru, bersadhana, menjapa mantra, dan berdana, menerima adhisthana silsilah dari Trimula, samadhi menghasilkan pahala, daya ikrar, mempelajari sutra, dan mencapai pencerahan teori. Apakah perbedaan antara Kebuddhaan melalui sila, samadhi, dan prajna, dengan melalui penekunan Sadhana Internal, olah prana, nadi, bindu, dan pembangkitan kuncalini? Atau keduanya mesti ada? Sama seperti prajna dan upaya yang mesti dijalankan bersamaan?
Mahaguru menjawab:
Bersadhana mesti sesuai tahapan. Dalam Avatamsaka Sutra dibabarkan mengenai lima tahap, terlebih dahulu menekuni sambharamarga, kemudian prayogamarga, berikutnya darsanamarga, yaitu Anda telah mencerahi marga, dilanjutkan dengan bhavanamarga, dan terakhir adalah parayana.
Sambharamarga meliputi berdana berbuat jasa kebajikan. Prayogamarga meliputi bersadhana, japa mantra, adhisthana arus silsilah Trimula, mempelajari sutra, dan membangkitkan tekad Bodhi. Darsanamarga meliputi pencerahan teori. Mematuhi sila tergolong prayogamarga. Samadhi dan prajna merupakan pahala samadhi, tergolong dalam bhavanamarga. Latihan Sadhana Internal, prana, nadi, bindu, pembangkitan kundalini, bisa disebut Sampannakrama (tahap sempurna), termasuk dalam bhavanamarga. Parayana adalah Kebuddhaan. Semua urutan ini mesti ada, prajna dan upaya mesti ditekuni bersamaan.
Mahaguru melanjutkan, saya sendiri juga punya satu set tahapan, terlebih dahulu membangkitkan naiskramyacitta. Bhavana tidak bisa dilakukan tanpa naiskramyacitta. Anda telah terbiasa dengan dunia fana, terbiasa menikmati berkah, harta, sensualitas, kemasyhuran, makan, dan tidur, Anda menyukai dan tamak akan lima nafsu utama ini, sama sekali tidak ingin meninggalkan dunia fana, tidak punya naiskramyacitta, bagaimana bisa berbhavana? Menurut saya, naiskramyacitta paling penting.
Kedua adalah Bodhicitta, selain naiskramyacitta, mesti mengembangkan tekad menuntun insan, ini adalah Bodhicitta. Bodhicitta sangat penting, bukan hanya diri sendiri terbebas dari dunia fana dan samsara, hanya ingin menjadi suciwan atau mencapai Kebuddhaan, sama sekali tidak punya niat menuntun para insan, tidak punya Bodhicitta. Oleh karena itu, naiskramyacitta adalah yang paling penting, yang kedua adalah Bodhicitta.
Ketiga, pandangan benar jalan tengah, Anda mesti punya konsep pandangan jalan tengah, yaitu perpaduan upaya dan prajna, ini adalah metode bhavana. Terlebih dahulu naiskramyacitta, kemudian Bodhicitta, dan pandangan benar jalan tengah, berikutnya adalah utpattikrama dan sampannakrama, ini adalah tahapan bhavana saya.
Siswa bertanya:
Jika kerabat yang tinggal sangat jauh tidak meyakini ajaran Buddha dan Zhenfo Zong, juga tidak berbhavana mengikis karma, saat ia meninggal dunia saya juga tidak bisa melakukan penjapaan di sampingnya untuk menyeberangkannya, maka selain membantunya bersarana kepada Mahaguru, saya bersadhana, menjapa mantra dan membaca sutra melimpahkan jasa kepada mendiang, dan mendaftarkannya dalam upacara penyeberangan, apa lagi yang bisa saya lakukan untuk membantunya terlahir di Sukhavatiloka? Mohon petunjuk Mahaguru, Buddha atau Bodhisattva mana yang bisa 'memaksanya' untuk menerima penyeberangan terlahir di Sukhavatiloka? Apakah bisa memohon kepada Mahaguru dan Mahadewi Yaochi? Apakah Amoghapasalokesvara bisa langsung mengikatnya terlahir di Sukhavatiloka?
Mahaguru tertawa dan mengatakan bahwa apa yang hendak beliau katakan telah diungkapkan semua oleh siswa tersebut. Boleh mohon kepada Mahaguru, kepada Mahadewi Yaochi, kepada Amoghapasalokesvara untuk langsung mengikat mendiang dan menyeberangkannya. Semenjak terjadi pandemi, setiap malam Mahaguru menekuni Sadhana Penyeberangan, dan sudah berjalan selama satu tahun. Oleh karena itu, selain mendaftarkan mendiang kerabat sebagai pemohon utama penyeberangan, Anda bisa langsung mengundangnya, mengundangnya untuk berpartisipasi dalam upacara penyeberangan yang dilakukan Mahaguru setiap malam, dengan demikian bisa menjemputnya terlahir di Sukhavatiloka.
Siswa bertanya:
Tahun lalu, saat upacara agung, siswa telah menerima Bodhisattvasila, semenjak saat itu, dalam setiap aktivitas, siswa senantiasa mengingatkan diri sendiri mesti belajar laku Bodhisattva, anatman, memikirkan kepentingan insan, meskipun sangat sukar, siswa tetap berupaya sekuat tenaga untuk belajar.
Siswa gemar membaca Sutra Ksitigarbha, ingin meneladan Ksitigarbha Bodhisattva menolong sang ibunda, senantiasa menyeberangkan insan di alam baka. Bodhisattva semestinya mesti bisa berada dalam kondisi anatman, hanya memikirkan kebaikan bagi insan. Dalam Sutra Ksitigarbha juga tertulis kita mesti melimpahkan jasa kepada semua makhluk, sebab melimpahkan jasa kepada kerabat sendiri hanya menghasilkan kebahagiaan selama tiga kelahiran. Siswa merasa sungguh malu, sekarang masih belum bisa melupakan kepentingan keluarga, siswa merenung, bahkan keluarga diri sendiri pun belum bisa dibimbing, bagaimana mungkin bisa membimbing insan lain?
Mahaguru menjawab:
Sebenarnya pemikirannya tidak salah, terlebih dahulu membimbing kerabat, baru kemudian membimbing semua makhluk. Seperti dalam sadhana kita biasanya, visualisasi caturapramana: Di sisi kanan adalah kerabat dari garis ayah, di sisi kiri adalah kerabat dari sisi ibu, di belakang adalah para senior dan semua yang berjasa, di bagian depan adalah penagih utang karma. Di sekeliling Anda adalah makhluk sadgati, semua bersadhana bersama, dan bersama mencapai Kebuddhaan. Ini adalah visualisasi Bodhisattva, visualisasi caturapramanacitta. Dalam sadhana, asalkan ada visualisasi caturapramana, berarti menyelamatkan semua secara bersamaan. Dalam melakukan penyeberangan arwah, Mahaguru menyeberangkan semua secara bersamaan, tidak hanya insan yang berjodoh dengan Mahaguru atau siswa Zhenfo Zong.
Mahaguru mengungkapkan, tiap kali di kantor True Buddha Foundation (TBF) ada surat permohonan penyeberangan, Mahaguru akan membuat 'jejak', kemudian malam hari di rumah menyeberangkan semua. Semua yang berjodoh dengan Mahaguru, siswa Zhenfo Zong, semua yang meninggal karena wabah Covid-19, diseberangkan dengan cara demikian.
Anda juga bisa belajar dari Mahaguru, menyeberangkan kerabat, senior dan orang yang berjasa. Menyeberangkan semua penagih utang karma, dan semua makhluk sadgati. Asalkan Anda punya sikap hati caturapramana, maka kelak dapat menikmati kebahagiaan banyak kelahiran, bukan hanya dalam tiga kelahiran.
◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre
Bhumi pertama di antara dasabhumi Bodhisattva, disebut pramuditabhumi. Kenapa disebut pramudita? Sebab Anda telah melihat marga, timbul sukacita. Dari darsanamarga, mulai masuk sampannakrama. Apa yang orang awam lihat adalah dunia fana, ini bukan melihat marga. Bila Anda melihat yang tak terlihat oleh orang awam, barulah disebut melihat marga (darsanamarga). Karena Anda telah melihat sesuatu yang tidak nampak bagi orang awam, timbul sukacita dalam hati Anda, oleh karena itu bhumi pertama di antara dasabhumi Bodhisattva disebut pramudita. Di sini ada satu kata "mudita", inilah maknanya. Darsanabhumi pertama, Anda berada di bhumi pertama, melihat kebijaksanaan bhumi pertama, saat itu merupakan permulaan asravaksayajnanam.
Mahaguru Berdharmadesana:
Bagian ini membahas naiskramyacitta, pada saat semua belum merasakan penderitaan, merasa dunia ini sangat baik. Orang yang telah mengalami penderitaan mulai muak dan ingin terbebas, muak terhadap dunia fana, timbul rasa takut terhadap dunia fana. Terlebih, karma penyakit yang paling menderita. Saat berada di Dharmasana, Sakyamuni Buddha sering mengatakan, "Saya beritahu Anda semua, hidup ini adalah duhkha."
Duhkha adalah kebenaran, karena duhkha, timbul rasa gentar, timbul rasa muak, sehingga timbul naiskramyacitta. Hari ini kita duduk di sini berbhavana, tujuan utama kita adalah meninggalkan samsara. Gentar akan dunia fana, muak akan alam manusia, ini adalah naiskramyacitta. Di dunia fana ini bukan tidak ada neraka, ada amputasi kaki, ada cangkok jantung, ada pemotongan usus, ada pengangkatan lambung, ada pengangkatan lever, bedah mata, masalah pada otak, semua sangat menderita.
Di akhir, Mahaguru menggunakan kisah humor untuk mengingatkan semua supaya tidak mabuk oleh kenikmatan sesaat dunia fana, sesungguhnya adalah sebuah mimpi, semoga semua bangun! Setelah Mahaguru mengadhisthana semua, dilanjutkan dengan tanda tangan buku, segenap umat pulang dengan membawa banyak hasil!