20 Juni 2021 Upacara Agung Homa Maha Padmakumara Putih di Rainbow Temple

20 Juni 2021 Upacara Agung Homa Maha Padmakumara Putih di Rainbow Temple

Liputan TBSN

Terlebih dahulu Dharmaraja mengumumkan bahwa minggu depan adalah Upacara Homa Amitayus Buddha (Changshoufo - 長壽佛), sekaligus seluruh dunia serentak merayakan hari jadi Dharmaraja Liansheng. Minggu depan adalah tanggal 18 bulan 5 Imlek, sedangkan penanggalan umum jatuh pada tanggal 27 Juni, seumur hidup ini Dharmaraja masih 2 kali mengalami hari jadi menurut penanggalan Imlek jatuh tepat pada hari jadi menurut penanggalan umum.

Dharmaraja khusus memberitahukan, dalam Lamdre dibahas mengenai bhumi ke-12 setengah, ini sudah termasuk Parayana (Pencapaian final). Pada saat mencapai Parayana, dapat memperoleh keleluasaan. Banyak hal dalam hidup manusia tidak bisa leluasa, banyak kerisauan batin, terutama adalah penderitaan penuaan dan sakit. Dharmaraja mengatakan, "Di masa muda, tidak memahami penderitaan penuaan dan sakit, namun pada saat usia mencapai 70 tahun, semakin memahami derita penuaan dan sakit. Saat ini baru mengetahui, tubuh yang sehat dan bertenaga tidak bisa lagi didapatkan, namun ini juga merupakan fenomena alami."

Dharmaraja menggunakan kisah humor, "Tidak perlu takut menghadapi pandemi ini, karena pada dasarnya manusia lahir ke dunia tidak merencanakan untuk kembali dalam kondisi hidup." Dharmaraja mengatakan, sekalipun Sakyamuni Buddha, Yesus, dan semua tokoh agama, semua sama. "Apa yang patut dirayakan dari sebuah kelahiran? Apa yang patut diratapi dari sebuah kematian?"Dharmaraja mencontohkan dirinya sendiri, terhadap hidup ini tidak ada lagi yang didambakan, pada dasarnya sekalipun menginginkan segala hal di dunia saha ini, tetap saja tidak ada gunanya, sebab tidak ada yang benar-benar merupakan milik Anda, seperti yang disebutkan dalam Sutra Hati: "Karena mengenal tiada suatu yang diperoleh, maka mencapai keberhasilan Bodhisattva (Karena tiada sutu yang diperoleh, Bodhisattva.)."

◎ Anda Bertanya Saya Menjawab – Interaksi Adalah Kekuatan

Pertanyaan dari Siswa di Singapura:
Apakah Sadhana Tirta Amerta butuh abhiseka khusus? Ataukah setelah memperoleh Abhiseka Istadevata, langsung boleh menekuni Sadhana Tirta Amerta menggunakan Istadevata sendiri? Selain itu, apakah Sadhana Tirta Amerta sama dengan Sadhana Air Dewata yang bisa menambah bindu dalam tubuh?

Dharmaraja menjawab:
Dahulu, saat mempraktikkan Sadhana Amerta, merapal:

大鵬金翅鳥,
Dà péng jīn chì niǎo,

曠野鬼神眾,
kuàn gyě guǐ shén zhòng,

羅刹鬼子母,
luó chà guǐ zǐ mǔ,

甘露悉充滿
gān lù xī chōng mǎn

Kemudian dengan vajra jari menggambar aksara Sansekerta Hum 3 kali di atas permukaan air, menjapa: "Hom. Hom. Hom." Ini adalah Sadhana Tirta Amerta; Selain itu, ada pula yang mengangkat kalasa abhiseka, visualisasi Istadevata memasuki kalasa, pori Istadevata terbuka, mengalirkan tirta amerta, kemudian tirta amerta digunakan untuk mengabhiseka, ini adalah Abhiseka Tirta Amerta; Atau, visualisasi Istadevata yab-yum dengan Bhagavati, duduk di atas padma di puncak kepala sadhaka, mengalirkan amerta berwarna putih susu, mengalir melalui tangkai padma, ke sekujur tubuh, ini juga Sadhana Tirta Amerta; Karena amerta telah mengalir masuk ke dalam tubuh, tentu saja bisa menambah bindu.

Mengenai butuh abhiseka atau tidak, Dharmaraja memberikan contoh: Sadhana Mahamayuri Vidyarajni (mencakup Sadhana Tirta Amerta Mahamayuri Vidyarajni), Sadhana Raga Vidyaraja (VIdyaraja duduk di atas amerta kalasa, juga ada Sadhana Tirta Amerta), jika menjadikan dua Istadevata ini untuk menekuni Sadhana Tirta Amerta, maka perlu abhiseka secara langsung; Sadhana Tirta Amerta yang lain, boleh tulis surat mohon abhiseka jarak jauh. Sama seperti Sadhana Argam Puja Mahadewi Yaochi, mengundang Istadevata masuk ke dalam argam, sekujur tubuh Istadevata mengalirkan tirta amerta, sehingga tirta argam puja juga merupakan tirta amerta Mahadewi Yaochi.

Pertanyaan dari siswa di Taiwan:
Bagaimana umat awam membantu para roh yang tak berwujud untuk bersarana kepada Dharmaraja Liansheng? Selain mengisi formulir bersarana, apakah di depan altar mandala perlu melakukan ritus tertentu?

Dharmaraja memberikan contoh, banyak orang memohonkan sarana bagi Dewa Bumi di rumah masing-masing, pada umumnya, sadhaka cukup melapor kepada Dewa Bumi atau Dewa tersebut, jika telah mendapatkan persetujuan melalui bubei , barulah boleh mendaftarkannya untuk bersarana pada Zhenfo Zong. Jika mereka tidak setuju, kita tidak boleh memaksa. Dharmaraja mengatakan, dalam segala hal jangan memaksakan kehendak, lebih baik alamiah saja, karena pemaksaan justru akan mengundang antipati dan ketidaknyamanan.

"Banyak peristiwa memilukan dalam masyarakat yang diakibatkan oleh pemaksaan. Contohnya, antar pasangan laki-laki dan perempuan, muncul ketidakcocokan karena perbedaan pendapat, jika telah merasa tidak cocok, maka jangan memaksa pasangan Anda." Dharmaraja mencontohkan, "Baru-baru ini di Taiwan terjadi suatu peristiwa, seorang tentara yang sedang bertugas pergi mencari kekasih perempuannya, kekasihnya mengajukan keinginan untuk berpisah, tentara itu tidak setuju, akhirnya sekali tembakan mengakhiri nyawa kekasihnya. Ini adalah contoh perilaku yang paling buruk, namun justru terjadi di berbagai tempat di seluruh dunia. Di dunia ini ada banyak pilihan, untuk apa terus melekati seseorang yang tidak mencintai Anda? Memaksakan diri untuk bersama justru akan menambah penderitaan. Di saat jodoh bertemu, maka pasti akan bersama, di saat jodoh telah tiada, maka pasti berpisah, ini alamiah. Jika terlalu memaksakan, saling membenci, apa faedahnya?"

Dharmaraja mengingatkan, "Dalam hati sadhaka tidak boleh ada benci, hanya boleh ada cinta, inilah bhavana. Jika ada benci dalam hati, berarti Anda adalah orang awam, tidak pernah berbhavana, karena kebencian adalah benih keterjerumusan ke alam neraka."

Kembali ke pokok pembahasan, Dharmaraja mengatakan, "Membantu para roh untuk bersarana, juga perlu mendapatkan persetujuan mereka. Dalam segala hal jangan memaksa, semua menjalani hari dengan damai, sebab pemaksaan justru akan melukai orang lain dan diri sendiri, juga menciptakan karmavarana. Demikian pula dengan suami istri, karena telah menikah menjadi suami dan istri, maka mestinya saling toleran, banyak mengingat budi pasangan, dengan demikian baru bisa harmonis."

Pertanyaan dari siswa di Singapura:
Jika belum bisa mencapai keberhasilan dalam Sadhana Tantra, apakah boleh menggunakan metode pelafalan Nama Amitabha Buddha untuk terbebas dari samsara?

Dharmaraja menjawab:
Menekuni Tantra perlu mengandalkan prana, nadi, dan bindu, serta kesucian tubuh, ucapan, dan pikiran, mencapai kontak yoga dengan Istadevata, kemudian membangkitkan kundalini dan olah bindu. Jika tidak ada kundalini, dan bindu sudah kering, nadi juga kering, tubuh telah rusak, maka akan sangat sukar menekuni Sadhana Tantra.

Menurut sadhana dalam sekte Sukhavati, tekun melafal Nama Amitabha Buddha, bisa menggunakan pelantunan, atau penjapaan nama. Dharmaraja mencontohkan ketekunan beliau dalam melafal Nama Buddha dalam kehidupan sehari-hari, jika sadhaka sudah tidak mampu menekuni Sadhana Internal, maka tekuni pelafalan Nama Buddha fokus pada kelahiran di Sukhavatiloka. Kelak menjelang wafat, satu hati tak galau, Trini Arya Sukhavati akan muncul menjemput, dan setibanya di Sukhavatiloka Anda bisa melanjutkan bhavana dengan baik.

Dharmaraja mengatakan, "Metode sukar, kita juga menekuninya; Metode mudah, kita juga menekuninya; Sebab semua bisa membawa kita pada keberhasilan bhavana. Bukan karena telah menekuni Sadhana Tantra sehingga Mahaguru melupakan metode pelafalan Nama Buddha dari sekte Sukhavati. Berbagai metode Dharma seperti sekte dhyana, Sukhavati, Tantra, Vinaya, semua tercakup, ditekuni sesuai dengan jodoh masing-masing."

Tri Istadevata dari Dharmaraja antara lain, Amitabha Buddha, Ksitigarbha Bodhisattva, dan Mahadewi Yaochi. Setiap malam Dharmaraja melakukan penyeberangan arwah yang ditekuni berdasarkan Tri Istadevata ini. Dharmaraja juga mengisahkan bahwa beliau pernah menyimak Upasaka Li Bingnan mengupas "Bab Penembusan Universal Pelafalan Nama Buddha oleh Mahastamaprapta Bodhisattva" di Taixu Memorial Hall. Dalam Sutra Surangama juga dibabarkan perihal metode penembusan universal melalui mendengar, memenungkan, dan melafal Nama Buddha, semua sangat penting.

◎ Dharmaraja Melanjutkan Pengulasan Lamdre

Dharmaraja menyebutkan, Drokmi Lotsawa adalah seorang Guru penerjemah yang agung, Beliau juga pernah berkunjung ke India. Beliau menjunjung tubuh Virupa, pergi ke India, bersembah puja kepada lima pintu di Vihara Vikramasila, yaitu pintu timur, selatan, barat, utara, dan tengah. Kemudian belajar Dharma dan kembali ke Tibet. Saat itu, Marpa Guru Sesepuh Kagyudpa juga merupakan siswa dari Drokmi Lotsawa. Tiga pandita Zur dari Nyingma juga ada di bawah silsilah Drokmi Lotsawa. "Di sini disebutkan bahwa Drokmi Lotsawa sengaja menulis dengan keliru." Dharmaraja mengungkapkan, saat itu Marpa memohon kitab Dharma dari Drokmi Lotsawa, dan Lotsawa mengatakan, "Anda mesti mempersembahkan ini dan itu, barulah Aku akan menganugerahkan kitab Dharma kepada Anda." Marpa pun mempersiapkan beberapa emas dan memperoleh kitab dari Drokmi Lotsawa.

"Tanda keberhasilan Tathata – Dibedakan dua kelekatan", sampai pada bhumi ke-12 setengah, dengan sendirinya kelekatan telah sirna. Kebencian adalah kelekatan, cinta juga kelekatan. Sampai pada keberhasilan bhumi ke-12 setengah, tiada lagi yang melekati dan yang dilekati.

"Tembus" berarti nadi tengah telah sepenuhnya tembus, tiada rintangan. Karena tiada rintangan, maka tiada lagi kelekatan.

"Kumara", ada yang mengartikan Kumara sebagai Mahasattva atau Bodhisattva. Kumara berarti hati yang sangat polos, sunya, tiada suatu apapun. Berbhavana mencapai bhumi ke-12 setengah, telah mencapai Kebuddhaan, tiada lagi sesuatu yang dapat merintangi Anda, ini adalah penembusan, juga berarti Kumara.

"Kota Dharmadhatu Kumara", telah memasuki alam Kebuddhaan, dalam hati Kumara tiada kelekatan, tiada lagi baik dan buruk, cantik dan jelek. Bayi yang baru lahir sama sekali tiada konsep baik dan buruk, hatinya suci bersih.

"Bodhicitta sebagai penembusan" Menggunakan prana hati Bodhi untuk menembus nadi tengah terus sampai ke usnisasirsa, sehingga Anda pun suci sepenuhnya.

"Phala ksetraparisuddhi sambhogakaya", meskipun telah mencapai alam suci Buddha sambhogakaya, sesungguhnya telah tidak berbeda jauh dengan alam suci Buddha Dharmakaya.

"Tidak beraturan, teks yang terbolak-balik dan keliru", maksudnya adalah sadhaka mesti berbhavana sesuai arahan Guru, terus sampai mencapai bhumi ke-12 setengah.

Usai Dharmadesana, para siswa bersama menyanyikan: "Selamat Hari Ayah" sebagai ungkapan rasa syukur atas keberadaan Ayah Maha Welas Asih bagi Zhenfo Zong, Dharmaraja Liansheng. Kemudian memohon Dharmaraja meniup lilin dan memotong kue. Siswa di Zoom juga mengucapkan selamat kepada Dharmaraja Liansheng. Berikutnya, Dharmaraja Liansheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Padmakumara yang paling berharga kepada segenap siswa yang hadir di lokasi. Upacara telah mangala dan paripurna.

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。