16 Januari 2022 Upacara Agung Homa Syama Tara di Rainbow Temple
#LiputanTBSN
Pada tanggal 16 Januari 2022, pukul tiga sore, Rainbow Temple (Caihongleizangsi-彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat menyelenggarakan Upacara Agung Homa Syama Tara (Tara Hijau/Lv Dumu-綠度母). Meskipun udara sore hari ini sangat dingin, melihat mobil Dharmaraja Liansheng telah tiba, hati semua umat seketika penuh kehangatan. Setelah bernamaskara kepada altar mandala, Dharmaraja saling menyapa dengan segenap siswa yang berpartisipasi secara daring melalui Zoom, siswa yang daring kali ini termasuk CEO Tbboyeh: Pengacara Zhou Huifang dan segenap relawan yang sedang menggelar pameran buku di California Amerika Serikat. Tampak senyuman di wajah semua orang, sukacita meliputi semua yang daring dan hadir langsung di lokasi.
Upacara berlangsung dengan khidmat, tiap kali api Homa dinyalakan, saat itu harapan dan daya batin turut bangkit. Kehadiran Syama Tara menambah keyakinan bahwa kita dijauhkan dari bencana alam dan petaka buatan manusia, mengikis karmavarana dan kerisauan batin. Welas asih Bhagavati Tara menyentuh semua yang hadir. Usai Homa, terlebih dahulu Dharmaraja Liansheng memperkenalkan Yidam Homa minggu depan, Vajra Mahabala (Dali Jingang-大力金剛), yang merupakan representasi dari Padmakumara, Buddha Amitabha, Bodhisatwa Ksitigarbha, dan Mahadewi Yaochi. Vajra Mahabala merupakan Dharmapala agung yang sangat kuat, yang direkrut secara istimewa bagi Zhenfo Zong.
Yidam Homa hari ini adalah Syama Tara, disebut juga Bodhisatwa Tara (Duoluo Pusa-多羅菩薩). Dharmaraja Liansheng mengenang, di Yogyakarta Indonesia ada sebuah candi mestika, Yidam candi tersebut adalah Syama Tara. Y.A. Atisa dari Srilanka berlayar menuju ke Indonesia, Berguru kepada Mahaguru Suvarnadvipa Dharmakirti, belajar Dharma selama 12 tahun, secara khusus mempelajari Bodhicitta dan Sadhana Syama Tara. Kemudian Y.A. Atisa masuk Tibet untuk membabarkan Dharma, dan akhirnya Parinirvana di dekat Lhasa. Guru Sesepuh Madhyamaka, Bodhisatwa Nagarjuna juga merupakan Guru Sesepuh yang kontak yoga melalui Sadhana Syama Tara. Selain itu, Gyalwa Karmapa ke-16 menekuni Sadhana Tara di pagi hari.
Syama Tara dan Sita Tara merupakan perwujudan dari Bodhisatwa Avalokitesvara, ketika itu Bodhisatwa Avalokitesvara yang berwelas asih kepada semua makhluk di enam alam mengalirkan dua tetes air mata, satu tetes menjadi Syama Tara, dan satu tetes menjadi Sita Tara. Dharmaraja mengungkapkan bahwa Tara memiliki tiga alam suci, berharap supaya semua menghargai jodoh dengan Bhagavati Tara.
Menekuni Sadhana Tara sangat mudah kontak yoga, Dharmaraja Liansheng mengungkapkan, hari ini ketika baru saja tiba di arena upacara, sebelum melakukan pengundangan, Syama Tara sudah datang terlebih dahulu untuk menyapa, ini menandakan kontak batin Tara sangat cepat. Pada umumnya, Yidam baru turun hadir saat doa dipanjatkan, sebelum api homa dinyalakan.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Pertanyaan pertama dari siswa di Indonesia:
Siswa ini menanyakan bagaimana menangani persembahan air mandi yang telah digunakan untuk Sadhana Jambhala Putih?
Dharmaraja Liansheng menjawab: Boleh digunakan untuk mandi.
Pertanyaan kedua dari siswa di Indonesia:
Mengenai Sadhana Vajra Yamantaka, jika sadhaka telah menerima Abhiseka Sadhana Vajra Yamantaka, tapi belum menerima Abhiseka tingkat ketiga, bolehkah menekuni Sadhana Japa Vajra Yamantaka (Daweide Jingang Niansongfa-大威德金剛念誦法)? Konon hanya sadhaka yang sudah mendapatkan Abhiseka tingkat ketiga baru boleh menekuni Sadhana Japa Vajra Yamantaka.
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Sebenarnya tidak ada ketentuan seperti itu, sadhaka yang pernah menerima Abhiseka Sadhana Vajra Yamantaka boleh menekuni Sadhana Japa Vajra Yamantaka.
Pertanyaan ketiga dari siswa di Indonesia:
Apabila seorang ibu yang sedang mengandung menerima Abhiseka Sarana, apakah dengan demikian janin di dalam kandungannya juga telah menerima Abhiseka Sarana?
Dharmaraja Liansheng menjawab:
Meskipun seorang ibu yang hamil menerima Abhiseka, janin dalam kandungan belum menerima Abhiseka, mesti tunggu sampai ia lahir baru bisa menerima Abhiseka untuk dirinya sendiri.
Pertanyaan dari siswa di Hong Kong:
Mengenai cara membuat Air Tak Berakar. Di tempat tinggalnya, sudah puluhan tahun tiap kali hari raya Peh Cun (Duanwu) tidak pernah turun hujan, di kotanya juga tidak ada sumur dan tidak ada sumber air, bolehkah menggunakan metode sains, menyalakan pengawalembab (dehumidifier) di saat tengah hari Peh Cun untuk menyerap uap air di udara masuk ke dalam mesin dan menjadi air, demi mendapatkan Air Tak Berakar?
Dharmaraja Liansheng berwelas asih mohon petunjuk Buddha Bodhisatwa, dan Buddha Bodhisatwa berwelas asih memberikan dispensasi boleh membuat Air Tak Berakar dengan cara seperti itu.
◎ Dharmaraja Liansheng Mengulas Sutra Vajra
Teks Sutra:
"Jika ada insan yang dapat menerima, membaca, mengamalkan dan mempertahankan Sutra ini, maupun membabarkannya kepada khalayak luas, maka Tathagata mengetahui dan memandang orang itu sebagai memperoleh keberhasilan jasa kebajikan yang luar biasa, tak terhitung, tak terkatakan, dan tak terbatas. Orang yang demikian, memikul Anuttara Samyak Sambodhi Tathagata. Mengapa demikian? Subhuti! Bagi yang gemar akan ajaran inferior, melekat pada pandangan keakuan, pandangan pribadi, pandangan makhluk hidup, dan pandangan jangka kehidupan, tidak akan bisa menerima dan membaca Sutra ini, juga tidak akan bisa mengulasnya untuk orang lain."
Sutra Vajra adalah Sutra kebenaran tertinggi, merupakan Sutra Darsanamarga, sedangkan yang tidak mengandung kebenaran tertinggi adalah ajaran agama Buddha manusiayana, yaitu yang mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang baik, juga agama Buddha Dewayana yang hanya bercita-cita terlahir di alam surga. Sutra Hati, Sutra Vajra, dan Sutra Maha Prajna tergolong sebagai Sutra Darsanamarga (Pencerahan). Oleh karena itu, orang yang hendak mengulas Sutra Vajra harus sudah merealisasikan Darsanamarga.
Menerima, mengamalkan dan mempertahankan, serta membaca, berarti menerima makna utama dari Sutra Vajra, bahkan harus bisa mempertahankan makna utama ini. Untuk mempertahankannya memang lebih sukar, sebab manusia memiliki tabiat, dan tabiat ini perlu dikikis secara bertahap. Contohnya, tamak, benci, bodoh, ragu, sombong, iri, cemburu, dan pendendam, ini semua adalah tabiat, jika tidak dikikis, tidak akan bisa mempertahankan makna utama Sutra Vajra. Sebab semua tabiat itu merupakan perwujudan keakuan.
"Membabarkan kepada khalayak luas, maka Tathagata mengetahui dan memandang orang itu sebagai memperoleh keberhasilan jasa kebajikan yang luar biasa, tak terhitung, tak terkatakan, dan tak terbatas."
Mengulas Sutra Vajra kepada orang lain, maka Buddha Sakyamuni dan para Buddha akan mengetahui orang ini, kenapa? Sebab hanya diketahui antara Buddha dengan Buddha. Tingkat apa yang telah dicapai oleh sadhaka, Buddha pasti tahu, Buddha bisa melihat dan memahami. Kondisi ini tanpa batas. Mesti berbhavana sampai Darsanamarga, kemudian perlu melakukan bhavanamarga. Perlu berlatih visualisasi, rapal Mantra, bentuk mudra, yang merepresentasikan tubuh, ucapan, dan pikiran yang bersih. Dalam setiap aktivitas di dunia saha, kita bisa bervisualisasi, bentuk mudra, dan rapal Mantra, semua menjadi suci, karena trikarma ditransformasikan menjadi triguhya.
Daya visualisasi sangat besar, terlebih jika fokus, pikiran bersih. Saat merapal Mantra, ucapan bersih. Tubuh membentuk mudra, tubuh pun bersih, termasuk dalam segala aktivitas sehari-hari, semua bisa disucikan, bahkan termasuk urusan suami istri. Di sini letak keistimewaan Sadhana Tantra, segala hal bisa ditransformasikan menjadi bhavana. Sadhaka yang telah mencapai kondisi suci bisa melakukan aktivitas apa pun, sebab segala perbuatan beliau sudah selaras dengan Buddhadharma, telah memikul semua marga, menghasilkan pahala kebajikan yang luar biasa. Sebab kondisi tanpa keakuan merupakan alam tanpa batas.
"Jasa kebajikan yang luar biasa, tak terhitung, tak terkatakan, dan tak terbatas." Besarnya pahala tidak bisa diukur dengan penggaris, tidak bisa diungkapkan menggunakan kata-kata, tidak ada batasannya.
"Subhuti! Bagi yang gemar akan ajaran inferior, melekat pada pandangan keakuan, pandangan pribadi, pandangan makhluk hidup, dan pandangan jangka kehidupan, tidak akan bisa menerima dan membaca Sutra ini, juga tidak akan bisa mengulasnya untuk orang lain."
Orang yang masih melekat pada atribut keakuan, atribut pribadi, atribut makhluk hidup, dan atribut jangka kehidupan, tidak akan bisa mengajarkan Sutra Vajra, dan tidak bisa membabarkannya kepada orang lain. Harta, seks, nama, dan tidur, semua adalah tabiat, perlu dikikis.
Dharmaraja Liansheng menggunakan pengalaman diri sebagai contoh bagaimana menghadapi urusan keuangan dan aset. Beliau menyikapi dengan alami, tidak mempersoalkan untung dan rugi, sekalipun ada banyak benda berharga, tapi semua tidak mengikat hati Dharmaraja. Cuaca langit sukar diprediksi, demikian pula berkah dan musibah umat manusia, Dharmaraja Liansheng menyikapi materi dengan sikap tiada persoalan. Tidak ada satu benda pun yang penting, satu-satunya hal yang paling penting adalah Bodhi. Merealisasi Bodhi pulang ke rumah Tathagata, inilah rumah yang kekal, semua yang lain adalah palsu. Jangan melekat pada apa pun di dunia fana, termasuk rumah, mobil, urusan keuangan, dan tubuh jasmani, dengan demikian baru bisa bersih dan terang, baru bisa terlihat oleh Buddha dan Bodhisattva. Orang yang demikian baru bisa mengulas Sutra Vajra. Selama masih mempunyai rasa tamak, benci, bodoh, keraguan, sombong, cemburu, iri, benci, dan terikat pada cinta sempit, maka tidak akan bisa menemukan jalan pulang.
Selama masih ada kemelekatan keakuan, kemelekatan pribadi, kemelekatan makhluk hidup, dan kemelekatan jangka kehidupan, tidak akan bisa mendengar, menerima, membaca, apalagi mengulas Sutra Vajra. Inti ada pada mengulas Sutra Vajra, harus benar-benar memahaminya baru bisa mengulas Sutra Vajra dengan tepat.
Karena Mahaguru Lu telah melepas keduniawian, bukankah tidak perlu lagi memberikan persembahan kepada Mahaguru Lu? Sesungguhnya, seorang sadhaka masih perlu memberikan persembahan kepada Ia yang patut menerima persembahan, apalagi jika sebagian besar persembahan tersebut digunakan untuk misi Bodhi, membangun tempat ibadah, bersumbangsih bagi masyarakat, dan menolong semua makhluk.
Tekad mulia Dharmaraja Liansheng dalam membimbing semua makhluk sungguh patut kita teladani, semoga pandemi segera berakhir, supaya semua kembali normal, supaya pada upacara mendatang kita semua bisa berhimpun kembali. Semoga misi Bodhi lebih besar dan berhasil.
Di penghujung acara, Dharmaraja Liansheng berpamitan dengan segenap siswa melalui Zoom, ada permulaan pasti ada akhir, meskipun kali ini kita mesti berpisah, tapi kita tidak pernah lupa janji kita untuk jumpa lagi. Di akhir acara, segenap siswa yang hadir di lokasi menerima Abhiseka Sadhana Syama Tara, dengan demikian upacara pun telah berakhir dengan sempurna.
------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
https://ch.tbsn.org/news/detail/1543/2022%E5%B9%B401%E6%9C%8816%E6%97%A5%E5%BD%A9%E8%99%B9%E9%9B%B7%E8%97%8F%E5%AF%BA%E7%B6%A0%E5%BA%A6%E6%AF%8D%E8%AD%B7%E6%91%A9%E5%A4%A7%E6%B3%95%E6%9C%83.html
Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#TautanPendaftaranUpacaraRainbowTemple: https://tbs-rainbow.org/Donate
Tautan partisipasi dalam upacara homa melalui Zoom: https://tbs-rainbow.org/雲端視訊