【Berita TBS Seattle】
Sore hari tanggal 22 Desember 2019, Rainbow Temple (彩虹雷藏寺) Seattle Amerika Serikat dengan tulus mengundang Mulacarya Dharmaraja Liansheng Lu Shengyan (蓮生活佛盧勝彥).
Transmisi perdana Sadhana Adinatayoga Atisa Dipamkara dan Bodhipathapradipa telah dianugerahkan oleh Dharmaraja Liansheng dalam Upacara Agung Homa Atisa Dipamkara pada tanggal 8 Desember 2018 di Indonesia Convention Exhibition ( ICE ) BSD Tangerang. Dalam karya tulis Dharmaraja Liansheng, buku no-228, artikel berjudul : “Atisa Dipamkara dan Suvarnadvipi Dharmakirti” dituturkan mengenai perjalanan Y.A. Atisa berangkat dari Simhaladvipa India menuju ke Jambi untuk belajar Dharma kepada Mahaguru Suvarnadvipi Dharmakirti. Sedangkan di masa kini, pemerintah setempat memandang lokasi tempat bhavana Y.A. Atisa sebagai tempat peninggalan bersejarah.
Y.A. Atisa sendiri merepresentasikan kebijaksanaan agung, Dharmaraja memberitahu semua bahwa Y.A. Atisa selalu menang dalam setiap perdebatan, tiap kali menang Beliau mendapatkan sebuah payung, oleh karena itu prosesi payung Beliau sangat panjang, selain itu, pihak yang kalah dalam perdebatan mesti berguru kepada yang menang, dan mempersembahkan kuilnya kepada pihak yang menang, oleh karena itulah Y.A. Atisa menjadi pemimpin dari ratusan vihara.
Kepada Y.A. Atisa, Mahaguru Suvarnadvipi Dharmakirti mengajarkan tiga bentuk sikap batin diri terhadap para insan, yaitu : Empati, kesetaraan Antara diri dengan insan lain, dan sikap lebih mementingkan orang lain ketimbang diri sendiri.
Mengupas makna dari pengembangan Bodhicitta, Dharmaraja mengutip tuturan dari Mengzi : “Kepentingan rakyat lebih berharga daripada kepentingan diri sendiri.” Belajar Buddha, yang pertama mesti mengamalkan Caturapramanacitta : Maitri berarti menolong para insan, supaya para insan berbahagia ; Karuna berarti mengatasi penderitaan para insan ; Mudita berarti membangkitkan sukacita ; Upeksa berarti sanggup mengorbankan jiwa dan raga diri sendiri. “Inilah semangat Y.A. Atisa, yaitu semangat Bodhisattva.” Dharmaraja berpesan, demikianlah semestinya seorang Bodhisattva, yaitu tidak mementingkan ego, mesti mengutamakan kebaikan bagi semua makhluk, membina sikap tanggung jawab, dengan demikian Anda dapat melangkah maju di jalan Kebuddhaan, berjalan setapak demi setapak, dan suatu hari nanti, walau lambat sekalipun, pasti akan mencapai tujuan, mencapai keberhasilan. “Jika ingin mencapai keberhasilan dalam hidup, maka mesti melalui tempaan baru bisa benar-benar memperoleh nilai kehidupan.” Dharmaraja mengingatkan, “Jika tidak berjuang, maka selamanya hanya menjadi insan fana, tidak akan bisa menjadi manusia yang paling bernilai dalam hidup.”
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre :
Dharmaraja menuturkan, dalam bhavana bisa muncul banyak rintangan, “Meskipun sukar untuk dilalui, namun tetap merupakan jalan, semua adalah jalan untuk menguji keteguhan Anda, dan Anda mesti bisa melalui jalan tersebut.”
Dharmaraja menjelaskan, kita mesti belajar meditasi demi jalan Kebuddhaan, singkirkan rintangan dalam meditasi, singkirkan rintangan mara, “Ketahuilah bahwa semua rintangan tersebut kelak dapat menjadi pahala, sebab tanpa rintangan tersebut, kita tidak akan menjadi tekun, dan tidak akan bisa melewati setiap ujian.” Dharmaraja menyemangati semua, demikian pula dengan dunia ini, semua perlu belajar dari pengalaman, “Untuk berlatih meditasi, mesti punya pengetahuan seputar meditasi, mesti punya kebijaksanaan seputar meditasi.”, Dharmaraja memberikan restu supaya semua dapat mencapai keberhasilan dalam meditasi, dan semua dapat memasuki samadhi, serta memancarkan terang.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja menganugerahkan Abhiseka Sadhana Adinatayoga Atisa Dipamkara, para umat menerima dengan sukacita, upacara pun manggala dan sempurna.
Judul Asli :
2019年12月22日彩虹雷藏寺阿底峽尊者護摩大法會