7 Oktober 2023 Pujabakti Sadhana Bodhisatwa Avalokitesvara

7 Oktober 2023 Pujabakti Sadhana Bodhisatwa Avalokitesvara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
#LiputanLianhuaHanyu (蓮花涵予)

Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (Xiyatu Leizangsi/西雅圖雷藏寺)

Tanggal 7 Oktober 2023, pemandangan musim semi semakin kentara, segenap siswa berhimpun di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, semua diliputi sukacita, berpartisipasi dalam pujabakti hari Sabtu yang dipimpin oleh Dharmaraja Liansheng.

Istadewata Sabtu ini adalah Bodhisatwa Avalokitesvara (Guanshiyin Pusa/觀世音菩薩). Setelah secara singkat memperkenalkan Bodhisatwa Avalokitesvara, Dharmaraja Liansheng memperkenalkan Rinpoche Thubten Karma yang baru dikukuhkan. Thubten Karma bermakna menggunakan hukum sebab akibat dalam Buddhadharma untuk membimbing semua makhluk.

Rinpoche Thubten Karma sudah berkarya di Nepal dalam waktu lama, beliau melakukan banyak karya kebajikan di Nepal dengan memuliakan nama Dharmaraja Liansheng sebagai Mulacarya, dan beliau telah menolong banyak penduduk yang membutuhkan bantuan. 23 tahun lampau, paman ke-6 beliau membiayai pembangunan biara di Nepal, nama biara tersebut adalah Chhyorten Tashi Tamang Monastery, kini Rinpoche menjabat sebagai ketua biara, dan gigih berupaya menyeberangkan insan luas. Biara tersebut telah menghasilkan kontak batin berturut-turut, asap dupa pemujaan tak pernah terputus. Pada saat Nepal dilanda gempa dahsyat pada tahun 2015, banyak bangunan biara dan kuil yang ambruk, tapi Chhyorten Tashi Tamang Monastery tetap berdiri tegak, ini merupakan daya adhisthana dari Mulacarya Liansheng.

Rinpoche menuturkan, meskipun di Nepal ada banyak Ayushmat yang mengukuhkan beliau sebagai Rinpoche yang menitis, tapi beliau tidak pernah berkenan menerima pengukuhan tersebut, sebab bagi beliau Dharmaraja Liansheng lah yang merupakan Mulacarya beliau. Di Nepal, Rinpoche gigih melindungi dan mendukung ajaran Dharma silsilah Zhenfo, tiap kali mendengar ada orang yang salah paham terhadap Zhenfo Zong, beliau pasti akan tampil untuk meluruskan.

Pernah suatu ketika, seorang Lama setempat yang sudah akrab dengan beliau, bertanya: "Apakah Guru Anda mengajarkan Sadhana Jambhala Kuning kepada Anda? Tahukah Anda bagaimana metode visualisasinya?" Rinpoche pun menuturkan metode visualisasi Sadhana Jambhala Kuning yang ditransmisikan oleh Mulacarya Liansheng. Begitu Lama itu mendengar, beliau terkejut sampai menjatuhkan cangkir ke lantai, Sang Lama mengatakan: "Itu adalah metode yang baru diajarkan kepada Guru saya setelah saya memberikan persembahan dan mengabdi kepada Mulacarya saya selama tiga puluh sampai empat puluh tahun lamanya."

Berdasarkan pengalaman pribadi beliau, Rinpoche menyemangati semua: "Sadhana Tantra Zhenfo sungguh luar biasa! Mahaguru berwelas asih mentransmisikan Sadhana Tantra secara luas, sungguh luar biasa! Siswa Zhenfo sungguh terberkati, mesti menghargai dengan sebaik-baiknya."

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Siswa bertanya:
1. Apa itu samatha dan vipasyana?
2. Bagaimana mengetahui bahwa sadhaka hanya menekuni samatha, dan tidak menekuni vipasyana? Apa perbedaan penekunan bhavana antara sadhaka yang menekuni samatha-vipasyana dengan sadhaka yang tidak menekuninya?
3. Dalam buku Dharmaraja Liansheng, nomor 280 "Langit di Atas Langit" (Tianwaizhitian/天外之天), tertulis: "Tidak memikirkan lampau, tidak memikirkan mendatang, tidak memikirkan sekarang." Apakah ini hanya penekunan samatha?
4. Dalam buku Dharmaraja Liansheng nomor 240 "Membuka Gerbang Mustika" (Dakai Baoku zhi Men/打開寶庫之門), tertulis: "Karena tidak menemukan pikiran, tidak menemukan hati, sehingga terang dan sunya." Terang dan sunya yang disebutkan, apakah merupakan terang sunya jernih yang dibabarkan oleh Je Tsongkhapa?

Dharmaraja Liansheng menjawab: Samatha dan vipasyana, sesungguhnya adalah memotong dan melampaui, yaitu trekcho dan togal dalam Dzogchen. Pemotongan adalah amanasikara, amanasikara adalah Dharmata alamiah. Trivimokshamukhani antara lain: sunyata, animitta, dan apranihita, yang sesungguhnya adalah penghentian, juga merupakan Dharmata alamiah, sekaligus merupakan amanasikara yang sering saya babarkan. Mencapai kondisi amansikara, semua telah dipatahkan. Sampai pada togal atau yang merupakan makna terunggul dan Bodhicitta melampaui dan meninggalkan segalanya. Sadhaka bukan meninggalkan Bodhicitta, melainkan memiliki Bodhicitta, memiliki Bodhi, inilah togal.

Meskipun pertanyaan ini sangat dalam, tapi semua laksana ingin menembus tanduk kerbau (membuang waktu untuk hal yang tidak penting). Sadhaka tidak perlu memikirkan bagaimana orang di sekitarnya menekuni samatha dan vipasyana, sesungguhnya dalam Sadhana Tantra yang paling penting adalah memahami hati sendiri, gelar Dharma dari Gyalwa Karmapa ke-16 adalah Vajra Memahami Hati Sendiri. Sampai tingkat mana diri sendiri, tidak perlu bertanya pada orang lain, diri sendiri sudah jelas memahami, inilah yang paling penting. Apa itu terang? Apa itu sunya? Terang adalah sinar terang, sekaligus kesucian, Anda telah suci, dengan sendirinya memancarkan sinar. Memancarkan sinar, Anda pun melebur dalam angkasa, inilah terang sunya. Memahami kebenaran utama sunyata, memahami apa itu terang sunya.

◎ Pengulasan Sutra Vimalakirti
Bagian 4, Varga Bodhisatwa:
"Buddha bersabda kepada Bodhisatwa Jagatimdhara: ‘Pergilah menjenguk Arya Vimalakirti. Bodhisatwa Jagatimdhara memberitahu Buddha: Begawan, saya tidak pantas pergi menjenguk Arya Vimalakirti. Mengapa? Teringat dahulu ketika saya berdiam di kuti, saat itu Mara Papiyas membawa 12000 dewi dan menjelma sebagai Dewa Indra, dengan membunyikan musik dan tarian datang ke tempat-Ku, bersama segenap pariwara bersujud di kaki-Ku, beranjali menghormati dan berdiri di satu sisi. Saya mengira ia adalah Dewa Indra, dan mengatakan: ‘Svagata wahai Kausika, meskipun memiliki berkah, tapi sungguh tidak patut, semestinya Anda mengamati bahwa lima nafsu indra tidak kekal, berupaya mencapai dasar kebajikan, gunakan tubuh, jiwa, dan harta untuk tekun dalam Dharma nan kukuh.’ Ia menjawab: ‘Wahai Satpurusa, terimalah 12000 dewi ini, dapat membantu Anda mengerjakan pekerjaan rumah.’ Saya menjawab: ‘Kausika, jangan gunakan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma ini untuk dipersembahkan kepadaku seorang Sramanera siswa Buddha, ini tidak bermanfaat bagiku.’ Sebelum saya selesai berucap, Arya Vimalakirti tiba dan berkata: ‘Ia bukan Dewa Indra! Melainkan adalah Mara yang datang mengganggu Anda.’ Arya Vimalakirti memberitahu Mara: ‘Semua dewi Anda dapat dipersembahkan kepada-Ku, Aku akan menerimanya.’ Mara pun gentar, ia merasa Arya Vimalakirti akan merintangi upayanya, sehingga ia pun ingin menyembunyikan diri dan pergi, tapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya, sekalipun telah mengerahkan daya gaib sepenuhnya, tetap tidak bisa pergi dari tempat tersebut. Kemudian terdengar suara dari angkasa: ‘Wahai Papiyas, persembahkan dulu para dewi itu baru Anda bisa pergi.’ Dengan gentar, Mara pun mempersembahkannya dengan tunduk."

"Buddha bersabda kepada Bodhisatwa Jagatimdhara: ‘Pergilah menjenguk Arya Vimalakirti. Bodhisatwa Jagatimdhara memberitahu Buddha: Begawan, saya tidak pantas pergi menjenguk Arya Vimalakirti. Mengapa?"

Nama ‘Jagatimdhara’ merepresentasikan Bodhisatwa ini lebih memperhatikan persoalan dunia. Ada Bodhisatwa yang lebih ke hal Lokuttara, sedangkan yang ini adalah Jagatimdhara. Buddha Sakyamuni memberitahu Bodhisatwa Jagatimdhara: "Pimpinlah para Arya untuk pergi menjenguk Arya Vimalakirti!" Namun Bodhisatwa menjawab Beliau merasa tidak pantas.

"Teringat dahulu ketika saya berdiam di vihara, saat itu Mara Papiyas membawa 2000 dewi dan menjelma sebagai Dewa Indra, dengan membunyikan musik dan tarian datang ke tempat-Ku, bersama segenap pariwara bersujud di kaki-Ku, beranjali menghormati dan berdiri di satu sisi."

Bodhisatwa Jagatimdhara mengenang dahulu saat berdiam di sebuah kuti yang tenang, Raja Mara Papiyas menyamar sebagai Dewa Indra, datang membawa 12000 dewi, kemudian bersujud kepada kaki Sang Bodhisatwa, dan beranjali menghormat, berdiri di samping.

"Saya mengira ia adalah Dewa Indra, dan mengatakan: ‘Svagata wahai Kausika.'"
Bodhisatwa Jagatimdhara tidak bisa mengenali bahwa Dewa Indra itu adalah jelmaan Mara Papiyas, mengiranya benar-benar Dewa Indra, sehingga memanggilnya dengan nama "Kausika", menyambut kedatangannya. Svagata berarti selamat datang.

"Meskipun memiliki berkah, tapi sungguh tidak patut, semestinya Anda mengamati bahwa lima nafsu indra tidak kekal, berupaya mencapai dasar kebajikan, gunakan tubuh, jiwa, dan harta untuk tekun dalam Dharma nan kukuh.'"

Meskipun memiliki berkah, tapi tidak sepatutnya datang dengan tarian dan musik, bersama rombongan para dewi, mendadak menghamburkan berkah diri sendiri. Mesti senantiasa mengamati bahwa lima nafsu indra tidak kekal, yaitu: rupa, suara, wewangian, cita rasa, dan sentuhan, atau harta, seks, nama, makan, dan minum, semua hasrat ini sangat tidak kekal. Anda mesti segera mengupayakan tekad untuk meninggalkan keduniawian, Buddhadharma yang sesungguhnya, menggunakan tubuh, jiwa, berkah Anda untuk menekuni Dharma yang paling kukuh, yaitu Buddhadharma.

'"Wahai Satpurusa, terimalah 12000 dewi ini, dapat membantu Anda mengerjakan pekerjaan rumah.’ Saya menjawab: ‘Kausika, jangan gunakan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma ini untuk dipersembahkan kepadaku seorang Sramanera siswa Buddha, ini tidak bermanfaat bagiku.’ Sebelum saya selesai berucap, Arya Vimalakirti tiba dan berkata: ‘Ia bukan Dewa Indra! Melainkan adalah Mara yang datang mengganggu Anda.'"

Raja Mara Papiyas yang menyamar sebagai Dewa Indra berbicara kepada Bodhisatwa Jagatimdhara. Wahai Satpurusa, yaitu sebutan bagi sadhaka yang menekuni Buddhadharma. Raja Mara Papiyas memberitahu Bodhisatwa Jagatimdhara: "Saya bisa memberikan 12000 dewi ini kepada Anda, Anda bisa memiliki mereka untuk melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel." Namun, Bodhisatwa Jagatimdhara mengatakan: "Wahai Dewa Indra, jangan gunakan hal tersebut untuk dipersembahkan kepada saya, saya adalah siswa Buddha. Jika saya menerima 12000 dewi tersebut, berarti saya melanggar sila, ini tidak sesuai dengan saya." Bodhisatwa Jagatimdhara adalah siswa Sang Begawan, menjalani bhavana kebiksuan dan brahmacarya, Ia tidak boleh tamak akan perempuan. Namun sebelum Beliau selesai bicara, Arya Vimalakirti pun datang. Arya Vimalakirti bisa mengenali bahwa itu bukan Dewa Indra, melainkan Raja Mara Papiyas, dan memberitahu Bodhisatwa Jagatimdhara: "Ia bukan Dewa Indra, melainkan Raja Mara Papiyas yang datang mengganggu bhavana Anda."

"Arya Vimalakirti memberitahu Mara: ‘Semua dewi Anda dapat dipersembahkan kepada-Ku, Aku akan menerimanya.'"
Arya Vimalakirti memberitahu Raja Mara Papiyas: "Lebih baik Anda serahkan 12000 dewi kepada-Ku, Aku sanggup menerimanya." Bodhisatwa Jagatimdhara tidak dapat memandang perempuan, sebab itu merintangi bhavana, tapi sebanyak apa pun perempuan, Arya Vimalakirti tidak akan terintangi, inilah kebenaran utama dalam sunyata.

"Semua 12000 dewi itu bisa diberikan kepada-Ku.", yang berani mengucapkan ini barulah benar-benar memiliki tekad dan pengamalan Bodhi, jika tidak, sadhaka biasa saja harus pergi ke pedalaman untuk berbhavana, sebab dikhawatirkan begitu masuk ke masyarakat dunia, mereka akan teperdaya oleh rupa. Ini merupakan dua tingkat yang berbeda, yang satu benar-benar memiliki tekad dan pengamalan Bodhi, dan yang satu lagi menghindari godaan, bersembunyi di pedalaman gunung, untuk berbhavana di sebuah gubuk.

"Mara pun gentar, ia merasa Arya Vimalakirti akan merintangi upayanya, sehingga ia pun ingin menyembunyikan diri dan pergi, tapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya, sekalipun telah mengerahkan daya gaib sepenuhnya, tetap tidak bisa pergi dari tempat tersebut. Kemudian terdengar suara dari angkasa: ‘Wahai Papiyas, persembahkan dulu para dewi itu baru Anda bisa pergi.’ Dengan gentar, Mara pun mempersembahkannya dengan tunduk."

Arya Vimalakirti dapat mengenali Raja Mara, Raja Mara pun gentar, ia berpikir bahwa Arya Vimalakirti datang ingin merintangi upayanya, sehingga ia pun langsung menghilang dan melarikan diri. Namun, Arya Vimalakirti membuat Mara tidak sanggup menggunakan daya gaib untuk menghilangkan diri, juga tidak bisa terbang ke angkasa untuk melarikan diri. Saat itu, Raja Mara mendengar suara dari angkasa: "Papiyas, Anda mesti memberikan 12000 dewi kepada Arya Vimalakirti baru bisa pergi!" Oleh karena itu, Raja Mara Papiyas pun gentar, dan terpaksa menyerahkan 12000 dewi kepada Arya Vimalakirti.

Pengulasan Dharmaraja Liansheng laksana untaian mutiara keluhuran, membuat segenap siswa dapat memahami makna sejati, penuh sukacita Dharma. Usai Dharmadesana, Dharmaraja Liansheng berwelas asih mengadhisthana semua, sehingga pujabakti hari Sabtu pun telah usai dengan sempurna.

------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate

Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊

Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB

Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw

Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature

Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

TBSNTV bahasa Mandarin:
https://www.youtube.com/c/真佛宗網路電視台tbsnTV

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaAvalokitesvara
Upacara minggu depan #BodhisatwaKsitigarbha
#SutraVimalakirti

慶賀真佛宗根本傳承上師八十聖壽 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。