5 Oktober 2024 Pujabakti Sadhana Istadewata Bodhisatwa Avalokitesvara di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Berita Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (Xiyatu Leizangsi/西雅圖雷藏寺)
Oleh Lianhua Hanyu (蓮花涵予)
Pada hari Sabtu, tanggal 5 Oktober 2024, di tengah malam musim gugur yang sedikit dingin, keempat kelompok siswa berhimpun di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, dengan penuh sukacita berpartisipasi dalam pujabakti Sadhana Istadewata Bodhisatwa Avalokitesvara (Guanshiyin Pusa/觀世音菩薩) yang dipimpin oleh Dharmaraja Liansheng.
◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab
Seorang umat Sedharma bertanya:
1. Sebagian saudara berpendapat bahwa pada saat festival Qingming, jika tidak berziarah ke kuburan, atau kolumbarium, atau tepi pantai, untuk sembahyang leluhur, berarti mereka adalah anak dan cucu yang tidak berbakti. Meskipun setiap bersadhana telah melimpahkan jasa dan mendaftarkan leluhur dalam upacara penyeberangan, apakah kita juga harus pergi berziarah ke makam, atau kolumbarium, atau pantai tempat peristirahatan terakhir leluhur, untuk sembahyang leluhur, baru bisa disebut berbakti?
2. Setelah seseorang meninggal dunia, jika tidak memiliki papan persemayaman di Ksitigarbhasala, atau di rumah, atau bahkan tidak punya papan persemayaman di mana pun, apakah demikian dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap roh mendiang?
Menjawab pertanyaan di atas, Dharmaraja Liansheng membabarkan, semasa keluarga senior masih hidup kita harus berbakti, bukan malah setelah mereka meninggal dunia kita terus menyembahnya. Apakah diri sendiri telah berbakti? Tanyakan pada hati diri sendiri. Dharmaraja Liansheng mencontohkan diri sendiri, mendiang orang tua Beliau disemayamkan di dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Taiwan, sehingga tidak mungkin setiap festival Qingming harus pergi ke dua lokasi untuk sembahyang. Yang paling penting adalah membangkitkan rasa hormat dari lubuk hati terdalam kepada para leluhur. Mengenai berziarah ke kuburan, atau mempersembahkan dupa dan sarana puja, ini adalah hal nomor dua. ( Catatan: Keesokan harinya, tanggal 6 Oktober, dalam upacara homa, Dharmaraja Liansheng menambahkan: Tadi malam Arya Vimalakirti memberi petunjuk, jangan hanya berbakti pada ayah dan ibu sendiri, melainkan pandanglah semua makhluk secara setara sebagai orang tua kita di kehidupan lampau, semua mesti dihormati.)
Selain itu, mengenai mempersemayamkan papan arwah atau tidak, tidak ada pengaruhnya terhadap leluhur. Dalam agama Buddha senantiasa diajarkan, 49 hari setelah meninggal dunia, mendiang akan terlahir kembali mengikuti karmanya, bagi yang membawa karma baik dapat terlahir di alam surga, bahkan ada yang mencapai keberhasilan pembinaan diri semasa hidup, sedangkan bagi yang membawa karma buruk akan terlahir kembali ke tiga alam rendah. Sehingga bagi mereka, papan arwah sama sekali tidak ada gunanya. Mengenai mempersemayamkan papan arwah atau tidak, tergantung niat anak cucu. Semayamkan papan leluhur dalam hati, berarti Anda telah mempersemayamkan papan nama beliau.
◎ Pengulasan Sutra Vimalakirti
Bagian 10, Varga Buddha Sugandhakuta。
“Saat itu, Arya Vimalakirti bertanya kepada segenap Bodhisatwa. Wahai para Bijak, siapa yang dapat memperoleh nasi Buddha tersebut. Manjusri yang memilki daya agung, dan segenap hadirin terdiam.”
Arya Vimalakirti bertanya kepada segenap Bodhisatwa, siapa yang dapat mencapai Buddhaksetra Buddha Sugandhakuta untuk mengambil nasi tersebut, dan kembali untuk dibagikan kepada semua di sini? Bodhisatwa Manjusri memiliki daya gaib, Beliau datang membawa semua hadir, Beliau tidak berkata-kata, semua orang juga teriam membisu.
“Arya Vimalakirti berkata, semua di sini, tidak ada yang sanggup, sungguh memalukan.”
Arya Vimalakirti mengatakan, ternyata di antara semua, tidak ada satu orang pun yang memiliki kemampuan untuk membawa nasi wangi dari Buddhaksetra Sarvagandhasugandha.
“Manjusri berkata: Seperti yang disabdakan Buddha, jangan merendahkan insan yang baru saja belajar.”
Manjusri mengatakan: Menurut Buddha Sakyamuni, semua makhluk setara, jangan meremehkan para Bodhisatwa dan Arahat, atau bahkan kepada insan yang baru saja belajar Buddha.
“Maka Arya Vimalakirti tidak bangkit dari tempat duduk, di hadapan persamuhan, menjelamakan Bodhisatwa Manifestasi, memancarkan cahaya terang dan tanda keagungan yang unggul, mengalahkan segenap hadirin.”
Saat itu, Arya Vimalakirti, tanpa beranjak dari dipan Beliau, memanifestasikan sesosok Bodhisatwa Manifestasi, di antara semua Bodhisatwa yang hadir, cahaya terang yang dipancarkan oleh Bodhisatwa jelmaan Arya Vimalakirti yang paling unggul.
“Kemudian berkata: Pergilah ke loka sebelah atas, melewati Buddhaksetra sebanyak butir pasir 42 Sungai Gangga.”
Arya Vimalakirti memberitahu Bodhisatwa Manifestasi, pergilah ke loka sebelah atas, melewati Buddhaksetra sebanyak butiran pasir 42 Sungai Gangga. Seberapa jauh Buddhaksetra sebanyak butiran pasir 42 Sungai Gangga? Tidak peduli seberapa jauh, hanya sekejap pikiran langsung tiba.
“Ada sebuah negeri disebut Sarvagandhasugandha, dengan Buddha bergelar Sugandhakuta, duduk bersama segenap Bodhisatwa untuk bersantap.”
Di sana ada sebuah negeri, yang disebut Sarvagandhasugandha, dengan Buddha bernama Sugandhakuta, di sana, Buddha Sugandhakuta beserta banyak Bodhisatwa sedang duduk untuk bersantap.
“Engkau pergilah ke sana, seperti yang Aku pesankan.”
Arya Vimalakirti memberitahu Bodhisatwa Manifestasi, sampai di sana, sampaikan perkataan saya ini kepada Buddha Sugandhakuta.
“Arya Vimalakirti menyampaikan sujud-Nya kepada Kaki Begawan, dengan penghormatan tak terhingga, menitipkan salam apakah sehat sentosa dan tenteram. Berharap memperoleh sisa nasi dari Begawan, untuk dibawa ke dunia saha demi aktivitas Buddha, supaya para penganut hinayanadhimukta memperoleh jalan agung, sehingga nama Tathagata dipermuliakan dan didengar semesta.”
Arya Vimalakirti menyampaikan sembah puja kepada Anda, Buddha Sugandhakuta, serta menitipkan salam, apakah Anda dalam kondisi baik, sehat, dan tidak kerisauan? Berharap dapat memperoleh makanan sisa dari Buddha Sugandhakuta dan para Bodhisatwa, untuk di bawah ke dunia saha demi menjalankan aktivitas Buddha, dipersembahkan kepada Buddha dan Bodhisatwa di dunia saha, supaya para Arahat dan Bodhisatwa di dunia saha dapat membabarkan Buddhadharma, supaya segenap insan dapat mendengarkan nama agung Buddha Sakyamuni dan Buddha Sugandhakuta.
“Kemudian, Bodhisatwa Manifestasi, di hadapan para hadirin, naik ke atas, semua dapat melihatnya tiba di Sarvagandhasugandha untuk bernamaskara kepada Kaki Buddha, dan demi mendengar pembabaran-Nya. Arya Vimalakirti bersembah sujud kepada Kaki Begawan, menyampaikan penghormatan tak terhingga, menitipkan salam apakah di sana sehat sentosa dan tenteram, dan harapan untuk memperoleh sisa nasi Begawan, untuk dibawa ke dunia saha demi aktivitas Buddha, supaya penganut hinayanadhimukta memperoleh jalan agung, sehingga nama Tathagata dipermuliakan dan didengar semesta.”
Saat itu, Bodhisatwa Manifestasi langsung lenyap, melebur dalam angkasa, sangat cepat mencapai alam suci Sarvagandhasugandha. Buddha dan Bodhisatwa, serta Arahat di dunia saha, laksana menonton televisi, semua menyaksikan Bodhisatwa Manifestasi tiba di alam suci Sarvagandhasudgandha dan bernamaskara kepada Buddha Sugandhakuta. Bodhisatwa Manifestasi menjalankan pesan Arya Vimalakirti, menyampaikan salam dan niat kepada Buddha Sugandhakuta.
“Para Mahasattva, menyaksikan Bodhisatwa Manifestasi, memuji sebagai belum pernah tampak sebelumnya, dari mana kah datangnya orang ini? Di mana kah dunia saha? Mengapa disebut hinayanadhimukta? Sehingga bertanya kepada Buddha.”
Segenap Bodhisatwa alam suci Sarvagandhasugandha sangat terkejut melihat kehadiran Bodhisatwa Manifestasi, mereka memuji bahwa fenomena ini belum pernah terjadi, dari mana gerangan Bodhisatwa Manifestasi ini? Di mana gerangan dunia saha? Apa itu hinayanadhimukta ? Sehingga mereka bertanya kepada Buddha Sugandhakuta.
“Buddha memberitahu: Di sebelah bawah, melewati alam Buddha sebanyak butir pasir 42 Sungai Gangga, ada loka bernama saha, dengan Buddha bernama Sakyamuni, kini berada di dunia yang dipenuhi lima kekeruhan, membabarkan ajaran jalan kepada hinayanadhimukta. Di sana ada Bodhisatwa bernama Arya Vimalakirti, yang membabarkan Dharma kepada para Bodhisatwa, mengutus penjelmaan untuk kemari, memuliakan nama-Ku dan memuji loka ini. Supaya para Bodhisatwa di sana bertumbuh jasa kebajikannya.”
Buddha Sugandhakuta mengatakan: Dari sini, melewati Buddhaksetra sebanyak butiran pasir 42 Sungai Gangga, ada sebuah loka bernama dunia saha, di sana ada Buddha menetap di dunia, disebut Sakyamuni. Buddha Sakyamuni di dunia saha, tempat yang penuh kekotoran, membabarkan Buddhadharma kepada semua makhluk, membuka jalan pengajaran demi mengubah mereka. Di sana ada seorang Bodhisatwa bernama Vimalakirti, telah mencapai vimoksa, dan sedang membabarkan Dharma kepada segenap Bodhisatwa. Arya Vimalakirti menjelmakan sesosok Bodhisatwa, untuk datang mengambil makanan, memuliakan Buddhaksetra kita dan nama-Ku, supaya meningkatkan jasa kebajikan para Bodhisatwa di dunia saha.
“Para Bodhisatwa berkata: Mengapa insan tersebut menampilkan penjelmaan, daya moralitas, daya teleportasi tanpa gentar.”
Semua Bodhisatwa bertanya, siapa gerangan orang ini yang dapat menampilkan daya gaib teleportasi tanpa genar?
“Buddha berkata: Sungguh besar, mengutus jelmaan untuk mencapai sepuluh penjuru, melakukan aktivitas Buddha, memberi manfaat bagi semua makhluk.”
Buddha Sugandhakuta menjawab: Pada masa lampau, Arya Vimalakirti adalah Tathagata Gandum Emas, yang menampakkan diri di dunia demi membantu Buddha Sakyamuni. Jasa kebajikan dan abhijna Arya Vimalakirti sangat besar, dapat mencapai semua alam suci Buddha, Beliau senantiasa membantu Buddha, membantu Buddha Sakyamuni, juga membantu semua makhluk.
“Tathagata Sugandhakuta menggunakan patra Sarvagandhasugandha, dipenuhi dengan nasi wangi, diberikan kepada Bodhisatwa Manifestasi.”
Tathagata Sugandhakuta menggunakan patra untuk menaruh nasi wangi dan diberikan kepada Bodhisatwa Manifestasi.
“Kemudian, Sembilan Juta Bodhisatwa berucap bersama: Kami ingin menuju dunia saha memberi persembahan kepada Buddha Sakyamuni, dan berjumpa dengan Arya Vimalakirti, beserta segenap Bodhisatwa.”
Saat itu, Sembilan Juta Bodhisatwa di bawah Tathagata Sugandhakuta berkata: Kami rela pergi ke dunia saha untuk memberikan persembahan kepada Buddha Sakyamuni, berjumpa dengan Arya Vimalakirti, dan segenap Bodhisatwa.
“Buddha bersabda, boleh ke sana. Serap kembali wangi tubuh kalian. Supaya insan di sana tidak termabukkan. Lepaskan wujud asli kalian, supaya para insan yang berupaya mencapai kesucian Bodhisatwa di sana tidak berkecil hati. Kalian juga jangan memandang rendah kepada mereka, jangan menimbulkan rintangan pikiran. Mengapa demikian? Sepuluh penjuru loka laksana angkasa, dan para Buddha membimbing hinayanadhimukta, sehingga tidak menampakkan keseluruhan kesucian alam sucinya.”
Buddha Sugandhakuta mengatakan: Kalian boleh pergi bersama-sama, tetapi, kalian mesti menyingkirkan wangi tubuh, jika tidak, wangi tersebut bisa membuat para insan di sana menjadi tidak sadar, bahkan, tubuh kalian tinggi dan besar, sedangkan dewa, Arahat, dan Bodhisatwa di sana berukuran kecil, kalian mesti merubah wujud menjadi sama ukuran dengan mereka, jangan membuat para insan yang berupaya mencapai kesucian Bodhisatwa di sana berkecil hati setelah melihat kalian, kalian juga tidak boleh memandang rendah kepada mereka, sebab semua Buddhaksetra merupakan manifestasi ilusi, sesungguhnya sama dengan angkasa, demi membimbing insan berakar rendah, para Buddha tampil dalam wujud mirip mereka, dan tidak menampilkan betapa bersihnya diri sendiri dan betapa kotornya mereka.
“Bodhisatwa Manifestasi menerima nasi dalam patra, bersama Sembilan Juta Bodhisatwa, mengandalkan daya agung Buddha dan daya Arya Vimalakirti, tiba-tiba lenyap dari loka tersebut, dalam sekejap tiba di kediaman Arya Vimalakirti.”
Setelah Bodhisatwa Manifestasi menerima nasi wangi, berhimpun bersama Sembilan Juta Bodhisatwa, mengandalkan daya agung dari Buddha Sugandhakuta dan daya kebajikan Arya Vimalakirti, dalam sekejap tiba di kediaman Arya Vimalakirti.
“Saat itu, Arya Vimalakirti, menjelmakan sembilan juta simhasana yang juga agung seperti sebelumnya, sebagai tempat duduk bagi para Bodhisatwa tersebut. Kemudian, Bodhisatwa Manifestasi mempersembahkan nasi wangi dalam patra kepada Arya Vimalakirti, wangi nasi memenuhi Vaisali dan trisahasra maha sahasra loka. Saat itu, para Brahmana dan upasaka/upasika di Vaisali mencium wangi tersebut, timbul sensasi menyenangkan pada jiwa dan raga, dan memujinya sebagai belum pernah terjadi."
Arya Vimalakirti mengubah ruangan menjadi lebih luas, dan menjelmakan Sembilan Juta simhasana, supaya para Bodhisatwa duduk di sana. Saat itu, Bodhisatwa Manifestasi menyerahkan nasi wangi kepada Arya Vimalakirti, seluruh kota Vaisali dan tiga ribu maha ribu loka dapat mencium wanginya. Para Brhamana dan upasaka/upasika di Vaisali mencium wanginya, merasa sangat nyaman, dan belum pernah mengalami hal tersebut.
Tutur Dharma Mulacarya mengalir laksana untaian mutiara terang, membuat segenap umat memperoleh pencerahan baru, bersukacita dan memuliakan Hyang Catur Ratna. Usai Dharmadesana, Mulacarya Liansheng berwelas asih mengadhisthana segenap hadirin. Serangkaian kegiatan pun usai dengan sempurna di tengah suasana sukacita.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaAvalokitesvara
Istadewata pujabakti Minggu depan #BodhisatwaKsitigarbha