[ Berita – TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple]
Pada hari Sabtu, 11 Januari 2020, pukul 8 malam, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺) menyelenggarakan puja bakti bersama Sadhana Istadevata Cundi Bhagavati.
Meskipun pada hari itu turun hujan dan angin dingin bertiup, semangat umat untuk memohon Dharma tetap tidak terbendung, para siswa berharap dapat mendengarkan Dharmadesana yang sangat berharga.
Terlebih dahulu Dharmaraja Liansheng memanjatkan sembah puja kepada para Guru Silsilah, sembah puja kepada Biksu Liaoming, sembah puja kepada Guru Sakya Zhengkong, sembah puja kepada Gyalwa Karmapa ke-16, sembah puja kepada Guru Thubten Dhargye, sembah puja kepada Triratna Mandala, sembah puja kepada Istadevata puja bakti hari ini : “Mahacundi Bhagavati”.
Kemudian Dharmaraja Liansheng menyapa Gurudara, Tenzin Gyatso Rinpoche, para Acarya, Dharmacarya, biksu, biksuni, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat yang hadir, dan para umat yang menyaksikan melalui internet.
Dharmaraja menyebutkan nama tamu agung yang hadir : Sdri. Judy, istri dari Dubes Liao Dongzhou dari Kedutaan Besar Taiwan di Swedia dan Norwegia. dr. Zhuang Junyao, pasangan suami istri dr. Olivia, dan artis Malaysia : sdri. Janelle Chin ( Qin Wenbin 秦雯彬 ). Dharmaraja juga menyapa semua hadirin menggunakan bahasa Mandarin dan bahasa Kanton.
Dharmaraja menanyai semua, siapakah yang mengetahui, Buddha yang mana yang ada di mahkota Cundi Bhagavati ? Ada yang mengatakan itu adalah Vairocana Buddha, ada yang mengatakan Amitabha Buddha, ada pula yang mengatakan Sakyamuni Buddha. Dharmaraja memberitahu, ada satu sumber yang menyebutkan bahwa Buddha pada mahkota Cundi Bhagavati merepresentasikan mulabhumi, yaitu Buddha asal Beliau. Cundi Bhagavati menjelma dari Istana Vijaya Dharmadhatu Mahavairocana Buddha, oleh karena itu Cundi Bhagavati memiliki sumber yang sama dengan Padmakumara.
Cundi Bhagavati sangat terkenal di Tantra Timur, Tantra Tiongkok, dan Tantra Tiantai. Selain itu, saat berada di India, Dharmaraja Liansheng pernah menyaksikan satu sekte yang memanggul rupang Cundi Bhagavati berlengan delapan belas.
Asal-usul Cundi Bhagavati sangat agung, Sakyamuni Buddha pernah memasuki Samadhi Abhijna Penjelmaan Samudra Angkasa dan menjelmakan Cundi Bhagavati, yang juga disebut sebagai Saptakoti Buddhamatr, atau Purusalokesvara, merupakan Ibunda dari para Adhinatha Padmakula. Ada dua Raja Naga yang memanggul Dharmasana Cundi Bhagavati, yaitu Raja Naga Nanada dan Raja Naga Upananda. Dharmaraja ingin menguji semua, meminta supaya semua mempelajari, sipakah Buddha yang ada di puncak kepala Cundi Bhagavati.
Dharmaraja memberitahu, yang tergambar di thangka, di puncak kepala Cundi Bhagavati adalah Amitabha Buddha, yaitu pemimpin Padmakula. Cundi Bhagavati memiliki Dharmabala yang sangat besar, dapat menjadi Istadevata, sekaligus Dharmapala.
Dharmaraja Liansheng melanjutkan pengulasan Lamdre :
Ada empat jenis ‘nilai’, antara lain : Nilai sabda Arya, yaitu sutra yang disabdakan oleh Sakyamuni Buddha ; Nilai transmisi sejarah : Semua karya tulis dari para Sangha Sesepuh ; Nilai kiat Guru, kiat yang diajarkan oleh Guru ; Nilai anubhava, yaitu anubhava setiap orang yang belum tentu sama, sebab semua anubhava muncul secara bertahap dari jalinan nidana. Contohnya, saat bersadhana dapat merasakan sel-sel bergerak, atau saat Bodhisattva hadir sadhaka akan merasakan arus Dharma mengaliri tubuh, atau saat meditasi kepala terasa memadat, kemudian leher, turun ke tubuh bagian atas, tubuh bagian bawah juga terasa padat, sampai sekujur tubuh terasa padat seperti sebuah batu, ada rasa seperti ini.
Kesadaran asali semula murni bersih, karena murni, maka tiada tumimbal lahir. Anda hanya perlu membersihkan debu yang menempel, maka tidak akan ada tumimbal lahir. Pada hakikatnya Buddhata tidak bertumimbal lahir, namun kenapa ada tumimbal lahir ? Roh Anda yang bertumimbal lahir, sunyata adalah nirvana, pada hakikatnya adalah Dao. Kotoran lah yang menyebabkan tumimbal lahir.
Mahabodhi yang murni adalah Buddhata. Maksud dari kata terkandung adalah pada hakikatnya di dalam diri telah ada Mahabodhi yang murni, namun kenapa bisa bertumimbal lahir ? Sebab terkotori, sehingga ada tumimbal lahir. Pada hakikatnya murni bersih, tidak mungkin ada tumimbal lahir. Tidak terkotori, tidak perlu bhavana pun telah moksa. Semua makhluk mengalami tumimbal lahir karena terkontaminasi kekotoran, oleh karena itu disebut pudgala.
Kita bersadhana untuk membersihkan diri, kita menjapa mantra untuk membersihkan ucapan, bervisualisasi untuk membersihkan pikiran, membentuk mudra merepresentasikan tubuh bersih. Inilah kemurnian tubuh, ucapan, dan pikiran dalam Tantra, menggunakan tata ritual tubuh, ucapan, dan pikiran dalam Tantra untuk membersihkan kotoran pada diri.
Dharmaraja mengisahkan cerita humor yang mengandung makna Dharma, mengingatkan supaya kita semua mematuhi sila yang sangat dijaga oleh Dharmaraja, yaitu : Tidak minta uang kepada orang. Dharmaraja Liansheng pernah membantu menyembuhkan banyak anak yang menderita ADHD ( Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ) dan anak penderita autisme, setelah kabar tersiar, banyak orangtua yang membawa anaknya untuk mohon adhisthana dari Dharmaraja, sekarang ruang konsultasi seolah-olah menjadi ‘taman kanak-kanak’.
Dharmaraja membabarkan bahwa para Buddha berasal dari Adi Buddha ( Buddha Asali ), oleh karena itu, benar jika mengatakan bahwa Buddha di puncak kepala Cundi Bhagavati adalah Mahavirocana Buddha, menyebutnya Amitabha Buddha juga benar, dan menyebutnya Sakyamuni Buddha juga benar, sebab semua saling terhubung, semua benar, karena semua adalah Buddha.
Usai Dharmadesana, Dharmaraja berwelas asih mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani dan mengabhiseka rupang Buddha, kemudian memberikan adhisthana jamah kepala kepada setiap umat yang hadir. Semua mengalami Dharmasukha setelah berpartisipasi dalam puja bakti malam hari ini, segalanya manggala dan sempurna.