30 Maret 2025 Upacara Homa Bodhisatwa Ksitigarbha di Rainbow Temple

30 Maret 2025 Upacara Homa Bodhisatwa Ksitigarbha di Rainbow Temple

Liputan Lianhua Yun Shen (蓮花云紳)

Pada tanggal 30 Maret 2025, mendekati hari raya Ceng Beng, saat-saat untuk mengenang jasa leluhur, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk memimpin Upacara Homa Namo Bodhisatwa Ksitigarbha (Dizangwang Pusa/地藏王菩薩). Sebelum Dharmadesana, terlebih dahulu diberitahukan, bahwa minggu depan adalah Upacara Homa Hevajra (Xi Jin’gang/喜金剛), yang merupakan Vajra yang paling dijunjung tinggi dalam Sakyapa.

Dharmaraja Lian Sheng memperkenalkan bahwa Bodhisatwa Ksitigarbha merupakan Istadewata daya ikrar Beliau, dan mengungkapkan bahwa Bodhisatwa Ksitigarbha adalah Padmakumara Emas, sekaligus merupakan Istadewata Penyeberangan dalam Zhenfo Zong. Dalam Sadhana Penyeberangan Ribuan Bahtera Dharma, sebagian besar arwah naik bahtera Dharma berkat panduan dari Bodhisatwa Ksitigarbha.

◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan

Siswa bertanya:
Bolehkah sisa tulang kremasi leluhur dibagi menjadi dua bagian, satu bagian disemayamkan di negara asal, satu lagi dibawa untuk disemayamkan di kolumbarium Double Lotus Realm (雙蓮境界)?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Saya sendiri, Mahaguru Lu sebagai contoh, dalam surat wasiat, saya tulis demikian, kelak setelah kremasi saya, tentu saja disemayamkan di kolumbarium Double Lotus Realm, sedangkan di kolumbarium vihara vajragarbha yang lain, jika mereka membutuhkan, bisa membagikan sedikit kepada mereka, semua boleh, tidak masalah, boleh saja.”

Pertanyaan kedua:
Pratima Buddha masa kini, banyak yang bergaya Tibet, India, dan Nepal. Menurut Sutra Ukuran Pratima Buddha, jika selisih dengan wujud aslinya, terasa kurang realistis, tidak menguntungkan untuk visualisasi. Mohon petunjuknya, bolehkah kita memproduksi pratima Buddha yang sesuai dengan gaya kita sendiri, supaya alis, mata, dan posturnya sangat dekat dengan manusia nyata, dengan demikian sangat bermanfaat bagi visualisasi dalam sadhana.

Karena Zhenfo Zong adalah aliran Tantrayana yang baru didirikan oleh Dharmaraja suku Han, oleh karena itu dalam hal busana, juga menggunakan unsur pakaian Han, menampilkan budaya Tionghoa. Mohon petunjuk Mahaguru, bolehkah demikian?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Lakukan saja sesuai dengan apa yang Anda suka, pratima Buddha hanya sebuah simbol, supaya Anda bisa memusatkan perhatian, supaya batin Anda bersukacita. Asalkan bisa membuat batin Anda fokus, bagaimanapun wujud pratima Buddha, boleh saja. Dewa Vajra memiliki atribut krodha, Bodhisatwa berwujud pandangan mata penuh welas asih, dan Buddha beratribut samadhi. Bagaimana Anda ingin memahatnya, asalkan bisa membuat Anda fokus, bagi Anda adalah baik, maka Anda boleh membuatnya, dan bukan karena makin persis manusia nyata akan makin baik.

Sedangkan pratima Guru Anda sendiri, boleh saja, seperti Empat Guru Leluhur Utama kita, Biksu Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa ke-16, dan Guru Thubten Dhargye, semua menggunakan atribut manusia asli. Beliau, Empat Guru, pratimanya menggunakan wujud manusia asli, boleh saja, tidak masalah.

◎ Pengulasan Sutra Surangama

“Ananda berkata kepada Buddha: ‘Begawan! Seperti yang telah dibabarkan oleh Buddha, karena tidak melihat bagian dalam, maka tidak berdiam di dalam tubuh; Tubuh dan batin saling mengetahui, tidak terpisah, bukan di luar tubuh. Kini Aku merenungkannya, mengetahui ada di satu tempat.’ Buddha menjawab: ‘Di mana kah kini tempatnya?’ Ananda menjawab: ‘Batin yang mengetahui ini, tidak mengetahui bagian dalam, tetapi dapat melihat luar; Seperti yang Aku renungkan, tersembunyi dalam indra. Ibarat seseorang, mengambil mangkuk lazuardi, selaras dengan sepasang mata. Meskipun benda berpadu, tidak saling merintangi, meskipun indra tersebut diikuti oleh penglihatan, diikuti berarti muncul pembedaan. Kini Aku menyadari batin yang dapat mengetahui, tidak melihat bagian dalam, sebab ada dalam indra; Terpisah terang memandang luar, tanpa rintangan, sebab ada di kedalaman indra.”

Dharmaraja Lian Sheng menjelaskan, Sutra Surangama merupakan percakapan antara Buddha Sakyamuni dengan Arya Ananda, yang terutama adalah hendak mengungkapkan di mana kah batin.

Batin ada di dalam tubuh, sudah disangkal oleh Buddha Sakyamuni; Batin di luar tubuh, juga ditolak. Sekarang Ananda merenungkannya kembali, batin tidak berdiam di dalam tubuh, tetapi tubuh dan batin, saling mengetahui. Mata melihat, batin juga memikirkannya, oleh karena itu “Tubuh dan batin saling mengetahui, tidak saling terpisah.” Antara tubuh dan batin tidak saling terpisah.

Ananda mengatakan: “Karena bukan berada di luar tubuh, Aku merenungkannya berulang kali, baru mengetahui bahwa mata dan batin ada bersama.” Buddha Sakyamuni bertanya lagi, “Karena Anda mengatakan batin dan mata menjadi satu, jadi di mana kah batin?”

Arya Ananda pun mengatakan, “Batin ini, bukan berada di dalam tubuh Anda, tetapi ia dapat melihat bagian luar. Maka saya berpikir demikian ‘tersembunyi dalam indra’, batin ada dalam indra penglihatan, sebab begitu mata saya melihat, langsung ada pembedaan, itulah yang dipikirkan oleh batin, oleh karena itu batin dan indra penglihatan tidak terpisahkan. Mata dan mangkuk lazuardi tidak saling merintangi.

Sama seperti kalian mengenakan kacamata, kacamata dan indra penglihatan tidak saling merintangi, tidak menghalangi, kacamata tidak merintangi mata, masih bisa melihat. “Meskipun indra tersebut diikuti oleh penglihatan, diikuti berarti muncul pembedaan.” Setelah mata melihat, langsung mengenali bendanya, langsung muncul pembedaan, batin telah merefleksikannya.


Kemudian, Ananda mengataka: “Kini Aku menyadari batin yang dapat mengetahui, tidak melihat bagian dalam, sebab ada dalam indra; Terpisah terang memandang luar, tanpa rintangan, sebab ada di kedalaman indra.” Batin itu, tidak bisa melihat isi tubuh Anda, maka semestinya batin itu ada pada indra penglihatan. Tidak ada rintangan bagi Anda untuk melihat ke luar, seperti kita mengenakan kacamata hitam, kita juga bisa memandang gunung, sungai, dan dataran. Sekalipun kacamata dilepas, tetap tampak gunung, sungai, dan dataran. Berarti batin ini, satu dengan mata.”

“Buddha memberitahu Ananda: Seperti yang Engkau katakan, tersembunyi di dalam indra, laksana lazuardi. Orang itu menggunakan lazuardi untuk menutupi mata, apakah bisa tampak gunung, sungai dan bisa tampak lazuardi tersebut? Benar wahai Begawan! Jika orang itu menggunakan lazuardi untuk menutupi mata, memang akan tampak lazuardi.”

Dharmaraja menjelaskan, “Buddha Sakyamuni memberitahu Ananda: ‘Batin dan indra penglihatan, batin diibaratkan lazuardi (kacamata), saat Anda mengenakan kacamata berwarna, Anda bisa melihat gunung, sungai, dan dataran, tetapi apakah Anda juga melihat kacamata tersebut?” Tentu saja juga bisa melihat kacamata, apakah Anda juga bisa melihat lazuardi tersebut? Arya Ananda menjawab: ‘Benar! Saya bisa melihat gunung, sungai, dan dataran, tetapi saya juga melihat lazuardi (kacamata).’”

“Buddha memberitahu Ananda: Jika batin Anda manunggal dengan lazuardi, mesti melihat gunung dan sungai, mengapa tidak bisa melihat mata? Jika mata terlihat, maka mata seperti kaca, tidak bisa mengikuti. Jika tidak terlihat, bagaimana mungkin memahami batin, ada dalam indra, manunggal seperti lazuardi? Oleh karena itu ketahuilah, Anda mengatakan telah menyadari batin yang mengetahui itu, tersembunyi dalam indra, menjadi satu seperti lazuardi, sungguh mustahil.”

Dharmaraja Lian Sheng mengulas:
Buddha Sakyamuni menjawab Ananda: Jika batin Anda sama dengan mangkuk lazuardi (kacamata), Anda melihat gunung dan sungai, tetapi mengapa tidak bisa melihat mata sendiri? Jika terlihat mata, berarti mata sama dengan kaca. Yang terlihat oleh mata, semestinya batin juga bisa melihatnya. Jika mata tidak bisa melihat mata, bagaimana mungkin mengatakan batin ada dalam indra mata, seolah mata dan kacamata adalah satu?

Saat itu, Buddha Sakyamuni kembali menyanggah Ananda, jika mata dan batin Anda menjadi satu, langsung ada pembedaan; Maka batin Anda juga bisa melihat mata Anda sendiri. Namun, Anda tidak bisa melihat mata Anda sendiri. Oleh karena itu, mengatakan bahwa batin ada dalam mata, sesungguhnya keliru. Anda mengenakan kacamata, juga tidak bisa melihat mata Anda, Anda hanya bisa melihat lingkungan luar, tidak bisa melihat mata Anda sendiri. Pendapat bahwa batin ada di indra penglihatan, ini juga disanggah oleh Buddha Sakyamuni.

Mengulas Sutra Surangama sampai di sini, Dharmaraja mengundang beberapa umat untuk berbagi pengalaman mengenai Dharmakaya dari Dharmaraja. Di antaranya ada umat dari Panama, Indonesia, dan Taiwan yang membagikan kesaksian mereka. Salah satu di antara mereka, diungkapkan oleh Dharmaraja Lian Sheng sebagai abdi Beliau dalam kehidupan lampau di Jepang, membuat semua menjadi takjub!

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, hal yang tidak bisa dilakukan oleh tubuh, dapat dilakukan oleh Dharmakaya, sebab Dharmakaya tidak memiliki wujud; Sedangkan tubuh jasmani badan wadak, pasti berpenyakit, organ dalam memang bisa rusak, sedangkan Dharmakaya tidak akan lapuk. Tubuh jasmani terbatas, setelah belajar sesuatu, ia pun bisa melakukannya, tetapi Dharmakaya bisa menjelma menjadi tak terhingga, ada di berbagai belahan dunia, tidak ada wujud yang tetap, juga tidak ada bahasa yang tetap. Dharmakaya tidak bisa letih, sedangkan tubuh jasmani bisa letih. Dharmaraja Lian Sheng menekankan, kelak jika Dharmaraja meninggalkan dunia saha ini, kondisinya sangat baik, merupakan tempat yang sangat indah, merupakan tempat di mana tiap orang mendambakannya, oleh karena itu, Dharmaraja tidak pernah merisaukan hidup dan mati.

Dharmaraja mengatakan, “Penderitaan kehidupan di dunia, merupakan penderitaan yang sesungguhnya. Dalam membabarkan Sutra, Buddha selalu terlebih dahulu membahas ketidakekalan, dunia saha ini lebih menderita; Sampai di alam surga, sudah sangat baik; Sampai di Mahapdaminiloka, ini jauh lebih baik! Asalkan Anda kembali pada Mahapadminiloka, inilah kondisi yang paling indah!”

Dharmaraja Lian Sheng menyatakan, kematian justru tidak menakutkan, yang lebih menakutkan adalah penderitaan sebelum mati. Tidak ada siapa pun yang menyukai penderitaan saat hendak meninggalkan dunia saha, ini adalah daya karma! Dharmaraja menyemangati semua supaya berbhavana sebaik-baiknya, tiap insan bisa berbhavana merealisasikan Dharmakaya.

Usai Dharmadesana, semua meluapkan rasa terima kasih melalui tepukan tangan. Berikutnya, Dharmaraja turun dari Dharmasana untuk menyapa siswa yang berpartisipasi secara daring, kemudian menganugerahkan Abhiseka Sadhana Bodhisatwa Ksitigarbha kepada segenap siswa yang hadir di lokasi. Upacara pun berakhir dengan sempurna.

------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate

Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊

Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB

Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw

Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature

Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaKsitigarbha
Istadewata Homa Minggu depan #Hevajra

2025真佛宗為世界祈福 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。