11 Mei 2025 Upacara Agung Homa Arya Avalokitesvara di Rainbow Temple
Liputan TBSN Lianhua Yun Shuang (蓮花韻霜)
Pada tanggal 11 Mei 2025, Dharmaraja Lian Sheng hadir di Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺) untuk memimpin Upacara Homa Arya Avalokitesvara (Sheng Guanyin/聖觀音). Hari ini adalah Hari Ibu, sebelum Dharmadesana, Dharmaraja Lian Sheng mengucapkan semoga segenap ibu di dunia sehat sentosa.
Dharmaraja Lian Sheng memberitahu semua: Minggu depan, tanggal 18 Mei 2025, pukul 3 sore, akan diselenggarakan Upacara Homa Raga Vidyaraja (Airan Mingwang/愛染明王). Dalam Zhenfo Zong ada dua Istadewata Vasikarana, yaitu Raga Vidyaraja, dan Bhagavati Kurukulla (Gulugulie Fomu/咕嚕咕咧佛母). Raga Vidyaraja duduk di atas sebuah ratnakalasa, Mudra-Nya adalah Mudra Bersilang. Mantra Hati-Nya: “Hom. Zha Zhi Hom. Re.” ini adalah mantra yang paling pendek, mantra paling utama.
Menyaksikan “Mohon Buddha Menetap di Dunia”, Dharmaraja merasa terharu, dan menyadari sesuatu, Dharmaraja mengungkapkan, dalam hidup ini, segalanya alamiah saja, tidak perlu dipaksakan. Makna hidup ini, bukan pada panjang atau pendek, melainkan pada nilainya. Meskipun seseorang berumur pendek, tetapi jika dijalani dengan bermakna, berarti itu adalah panjang umur; Namun, jika umurnya panjang, tapi tidak bernilai, berarti ia berumur pendek. Semoga kita tiap orang yang berbhavana, bisa menjalani hidup dengan bernilai dan bermakna.
Pada hari Sabtu, kitat telah membahas perumpamaan dari Buddha Sakyamuni: “Tidak ada tangan dan mata, di mana kah pencerahan?” Banyak yang tidak paham. Dharmaraja Lian Sheng mengumpamakannya dengan emas dan batu, untuk menjelaskan perihal pencerahan:
Hari ini, kebetulan adalah Sadhana Arya Avalokitesvara Hartawan Nomor Satu, di sini ada sebongkah emas, beratnya 1 kilogram, nilainya mencapai 17,000 USD; Ada juga koin emas Ratu Elisabet ke-2, nilainya 3000 USD, keduanya dijumlahkan sekitar 11,000 USD. Emas berkilauan, merupakan lambang dari harta yang didambakan oleh insan dunia. Dharmaraja mengangkat sebuah batu, mengatakan bahwa batu ini tidak bernilai, bisa diperoleh di mana pun. Apa bedanya dua benda ini? Dari esensinya, keduanya adalah mineral, semua digali dari dalam tanah, oleh karena itu sama. Namun, dalam pandangan insan di dunia, mereka tidak sama. Emas berharga, sedangkan batu biasa saja dan tidak bernilai. Perbedaan ini berasal dari pandangan manusia dan nilai yang diputuskan.
Apa itu pencerahan sejati? Tiada suatu yang diperoleh. Baik itu emas atau batu, di dunia ini, kita hanya bisa memilikinya sesaat belaka, pada akhirnya, tidak ada satu pun yang bisa dibawa serta. Saat Anda memahami hal ini, mata Anda tidak akan diperdaya oleh kekotoran rupa, suka atau tidak suka, cinta atau tidak cinta, bernilai atau tidak, tidak akan diperdaya oleh dunia luar, yang menyebabkan tumimbal lahir tanpa henti, terus berkarma. Ketika batin Anda hening, tidak goyah terhadap benda atau hal apa pun, inilah pencerahan, batin Anda yang tidak tergoyahkan ini, disebut batin cerah.
Meskipun Sutra Surangama bergaya seolah sekte Ch’an, mengupas mencerahi batin menyaksikan Buddhata, tetapi Sutra ini mencakup ciri khas Tantra, sebab ada Dharani Surangama, tidak mirip sekte Ch’an.
Dharmaraja Lian Sheng kembali membuat perumpamaan, ada seorang biksu bernama Yizhi Chan, ada yang bertanya: “Apa itu mencerahi batin dan menyaksikan Buddhata?” Buddhata, ia tidak mengatakan apa pun, hanya mengacungkan satu hari. Jika Anda memahaminya, maka Anda paham, bagi yang tidak bisa memahaminya, berarti tidak paham. Ada orang yang bertanya, apa itu pencerahan atau mencerahi batin? Siswanya meniru Biksu Yizhi Chan, menjawabnya dengan mengacungkan satu jari. Melihatnya, Sang Guru pun marah, mengambil golok untuk menebas jarinya. Saat siswa itu kembali berpikir untuk mengacungkan jari mengungkapkan pikirannya, mendadak ia mendapati, sudah tidak ada jarinya, ia justru tercerahkan. Artinya adalah: Ada jari berarti pencerahan, tidak ada jari juga pencerahan, pencerahan bukan pada bentuk, melainkan ada pada batin saat itu.
Buddha Sakyamuni juga mengatakan: “Apakah Anda melihat kepalan tangan-Ku yang bercahaya? Jika tidak ada tangan, apa yang Anda lihat?” Ananda mengatakan: “Tidak terlihat apa pun.”
Sesungguhnya, yang ingin diungkapkan oleh Sang Buddha adalah: Ada tangan, atau tidak ada tangan, Anda punya mata, atau tidak punya mata, tidak memengaruhi Buddhata yang tak tergoyahkan. Oleh karena itu, Dharmaraja Lian Sheng menggunakan perumpamaan ini supaya semua paham, pencerahan yang diulas dalam Sutra Surangama, membimbing Anda supaya mencerahinya dari dalam hati, tidak melekati fenomena luar. Pencerahan yang sejati, berarti mencerahi batin yang tak tergoyahkan, inilah yang disebut dengan hati.
Hari ini kita menekuni Sadhana Arya Avalokitesvara Hartawan Nomor Satu, hartawan yang sejati adalah orang yang mencapai Kebuddhaan. Harta di dunia ini hanya sementara, dan justru bisa memperdaya kita. Namun, semasa hidup, jika kita punya harta, yang bisa digunakan untuk berbuat kebajikan, untuk beramal, atau untuk membantu sesama, ini adalah baik adanya. Di dunia ini, kita menjadi hartawan nomor satu, di Langit juga menjadi hartawan nomor satu. Hartawan di dunia hanya sesaat, sedangkan menjadi Buddha barulah hartawan yang abadi.
“Om. Ma Ni. Bei Mi. Hom” merepresentasikan Arya Avalokitesvara, “Dazhabuzhe” adalah nomor satu di dunia, merepresentasikan harta, “Guluya” adalah nomor satu, “Suoha” adalah sempurna. Menjapa mantra ini, berarti menekuni Sadhana Harta Arya Avalokitesvara, bukan hanya harta materi, melainkan Pintu Dharma yang menembus Sukhavatiloka, jalan menuju Kebuddhaan. Mudra Arya Avalokitesvara merepresentasikan Hartawan Nomor Satu.
Mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran kita, dikendalikan oleh nafsu keinginan, sehingga mengakibatkan tumimbal lahir tanpa henti. Pencerahan berarti memahami sifat mula batin sejati, terbebas dari jerat nafsu keinginan tersebut. Seperti yang dikatakan dalam Sutra Hati: “Karena tiada suatu yang diperoleh.” Artinya adalah melepas kemelekatan, baru bisa merealisasi kesucian Arahat atau Bodhisatwa.
Dewi Penabur Bunga menanyai Sariputra, bagaimana mencapai pencerahan, Sariputra menjawab: “Dengan tiada suatu yang diperoleh”. Inilah sebab Buddha dan Bodhisatwa mencapai Bodhi. Jika kita semua diperdaya oleh harta, rupa, nama, dan keuntungan, maka selamanya terpenjara dalam samsara; Hanya dengan melepas dan tidak diperdaya, mempertahankan batin sejati terang nan luhur, baru bisa benar-benar tercerahkan.
Hidup di dunia saha ibarat bertamu, tanpa henti berputar-putar, mengembara. Kita tidak bisa menemukan rumah yang sejati, sebab tidak mengenali tuan rumah diri sendiri, yaitu sifat kesucian. Pencerahan berarti menemukan diri sejati.
◎ Anda Bertanya Aku Menjawab - Interaksi Adalah Kekuatan
Siswa dari Malaysia bertanya:
Pada tanggal 19 Agustus 1995, Mahaguru Lu mentransmisikan Maha Sadhana Avenika Bhagavati Kurukulla. Berikut Dharmadesana Mulacarya:
Saat Anda berubah menjadi Bhagavati Kurukulla, saat ulu hati Anda memancarkan cahaya, mengundang sarwa Buddha dan Bodhisatwa beserta pariwara-Nya datang mengabhiseka, maka abhiseka ini bermanfaat bagi Anda, bermanfaat bagi semua insan, mantra abhiseka ini menggunakan ratnakalasa, kita tahu ada kalasa abhiseka, yang diisi air, untuk mengabhiseka, memberi abhiseka kepada diri sendiri, juga bisa digunakan untuk mandi, Mantra-Nya: “Om. Bie Zha Ba Wa. A Bi Ke Zha. Hom.” Ini merepresentasikan semua bersih.
Siswa mohon petunjuk Mahaguru, bolehkah bervisualisasi Vajrasattva memancarkan cahaya mengadhisthana kalasa abhiseka, kemudian menjapa Mantra Sataksara, baru kemudian menjapa Mantra Abhiseka ini, dan meminum atau menggunakan tirta amerta dari dalam kalasa tersebut untuk mandi. Siswa mohon petunjuk Mulacarya Lian Sheng, apakah ini sesuai kaidah Dharma? (Kalasa abhiseka dibeli sendiri oleh siswa, kemudian memasukkan air mineral ke dalam kalasa abhiseka)
Dharmaraja Lian Sheng menjawab:
Bhagavati Kurukulla adalah Istadewata Vasikarana, menekuni sadhana ini dapat menyeberangkan insan luas, lebih condong ke Pintu Dharma vasikarana atau memikat. Sedangkan Vajrasattva merepresentasikan Pangeran Dharma dari Panca Dhyani Buddha, lingkup Sadhana Vajrasattva sangat luas, Mantra Sataksara tergolong Pintu Dharma Sunyata, memiliki kebajikan untuk membersihkan karmavarana, mengabhiseka, dan mengadhisthana.
Dharmaraja Lian Sheng sendiri, saat bersadhana, bervisualisasi para makhluk suci Pohon Sarana, yaitu: Buddha, Bodhisatwa, Pratyekabuddha, Arahat, Vajra Dharmapala, yang tak terhingga banyaknya, melebur menjadi Satu Tubuh, memancarkan cahaya adhisthana. Saat menjapa Mantra Sataksara, bisa bervisualisasi kalasa abhiseka dan Vajrasattva memancarkan cahaya mengadhisthana; Mengadhisthana dengan Mantra Abhiseka, kemudian meminum tirta amerta, atau digunakan untuk mandi, ini sesuai kaidah Dharma. Sarwa Buddha dan Bodhisatwa bisa berubah menjadi cahaya terang, memasuki jiwa raga sadhaka, sekujur tubuh menjadi Buddha dan Bodhisatwa. Boleh juga bervisualisasi Istadewata tertentu mengadhisthana.
Seperti yang dikatakan dalam Sutra Surangama: “Cahaya-cahaya saling menerangi”, merepresentasikan cahaya Buddha menerangi ratusan ribu loka, saling lebur, terpancar ke sepuluh penjuru, kemudian kembali mengabhiseka sadhaka, ini sesuai kaidah Dharma.
◎ Pengulasan Sutra Surangama Bab 1
“Kemudian Begawan mengulurkan tangannya dan membuka tangannya yang berkilau, selembut kapas, berselaput halus, memperlihatkan garis-garis berbentuk roda di jari-jari-Nya, memberi petunjuk kepada Ananda dan yang lainnya dalam maha persamuhan, dan berkata: ‘Setelah pencerahan, Aku pergi ke Taman Rusa, di mana, demi Ajanta Kaundinya dan demi keempat biksu lainnya, dan juga demi kalian semua dalam keempat perkumpulan, aku berkata bahwa makhluk-makhluk dalam jumlah banyak belum menjadi Arahat, mereka juga belum sepenuhnya tergugah, karena mereka diperdaya oleh klesa ibarat tamu dan debu. Pada saat itu, apa yang menyebabkan kalian tercerahkan dan mencapai kesucian?’”
Dharmaraja Lian Sheng mengulas makna Surta Surangama:
Sang Buddha mengulurkan tangan yang bercahaya, berkilau dan lembut laksana kapas di India, membuka lima jari yang merepresentasikan panca maha bhuta: tanah, air, api, angin, dan angkasa, kemudian berkata kepada Arya Ananda. Beliau mengenang ketika baru saja menjadi Buddha, di Taman Rusa, kepada lima orang biksu (yang dikepalai oleh Kaundinya), memutar Dharmacakra untuk pertama kalinya, mengungkapkan bahwa para makhluk tidak bisa menjadi Buddha dikarenakan diperdaya oleh klesa tamu dan debu, melekat kepada atribut rupa. Beliau juga menanyakan, bagaimana saat itu kelima biksu tersebut mencapai pencerahan.
“Kemudian Ajanta Kaundinya berdiri dan berkata kepada Sang Buddha, ‘Dari semua sesepuh di sini dalam perkumpulan besar ini, akulah yang diberi nama ‘Ajanta’ yang berarti ‘orang yang mengerti,’ karena aku telah menyadari apa arti ‘tamu’ dan ‘debu’, sehingga aku mencapai kesucian. Begawan, diupamakan seorang tamu singgah untuk bermalam atau untuk bersantap. Setelah masa tinggalnya berakhir atau selesai bersantap, ia berkemas dan melanjutkan perjalanannya. Ia tidak punya waktu untuk tinggal. Namun, jika ia adalah tuan rumah, ia tidak akan pergi. Dengan perenungan demikian, bahwa orang yang tidak menetap disebut tamu, dan yang menetap disebut tuan rumah, aku memahami apa yang dimaksud dengan tamu, ia bermakna kefanaan yang tidak menetap. Ibarat langit pagi telah cerah usai hujan, seberkas cahaya fajar terpancar melalui celah pintu untuk menyingkapkan beberapa butir debu yang menutupi udara. Debu bergerak, tetapi udara tetap diam. Dengan merenungkan ini, yang bersih dan diam disebut sunya, yang bergerak disebut debu, demikianlah bergerak dan goyah adalah makna dari debu.’ Buddha berkata: ‘Demikianlah!’”
Kaundinya adalah siswa biksu pertama dari Buddha Sakyamuni, sekaligus yang pertama mencapai kesucian Arahat, oleh karena itu disebut sebagai Ayushmat dalam anggota Sangha. Ia mencapai pencerahan karena memahami makna tamu dan debu, memahami bahwa insan di dunia ibarat bertamu, tetapi diperdaya oleh faktor eksternal seperti nama, keuntungan, dan jalinan hasrat, tidak sanggup berdiam pada batin sejati, sehingga terjerumus ke dalam samsara. Buddha membuat perumpamaan dari pengembara yang menginap, menunjukkan bahwa insan awam seperti pengembara yang bertamu, terus mengembara, sedangkan mereka yang sadar, ibarat tuan rumah, berdiam dan tak goyah; Ibarat matahari yang tak goyah, tetapi sinarnya terpancar ke segala penjuru, dan angkasa semula memang sangat tenang; Sedangkan semua yang bisa bergerak dan berubah, benda yang seperti cahaya, sesungguhnya adalah tamu dan debu, dengan kata lain adalah gangguan eksternal. Inilah yang dicerahi oleh Kaundinya, sehingga batinnya benar-benar berdiam, tidak lagi tergoyahkan.
Sadripu adalah mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, enam indra ini sama seperti perampok, membuat kita diperdaya oleh suara dan rupa eksternal, sehingga batin ikut mengembara, tidak bisa tenteram. Bhavana berarti memotong sadripu, berhenti bergerak tanpa kendali.
Saat batin Anda telah tercerahkan, Anda telah melihat diri sendiri, Anda tahu jangan lagi bertumimbal lahir dalam sadgati, inilah batin sejati terang nan luhur yang tidak lahir dan tidak mati. Semua makhluk terjerumus ke dalam sadgati karena diperdaya oleh harta, nama, dan kedudukan, semua menjadi tamu, hanya Hati yang tidak bergerak. Anda mesti mencerahi tiada suatu yang diperoleh, sehingga menjadi tuan rumah sejati, terbebas dari samsara, merealisasi vimoksa.
Usai Dharmadesana yang sangat berharga dan sarat akan kebijaksanaan agung, Dharmaraja Lian Sheng berwelas asih menganugerahkan Abhiseka Sadhana Arya Avalokitesvara Hartawan Nomor Satu kepada segenap hadirin, upacara pun usai dengan sempurna.
------------------------
Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate
Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊
Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB
Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw
Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature
Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org
Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng
TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia
#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#AryaAvalokitesvara
Istadewata Homa Minggu depan #RagaVidyaraja