13 Juli 2025 Upacara Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung di Rainbow Temple

13 Juli 2025 Upacara Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung di Rainbow Temple

Liputan TBSN Lianhua Li Hua (蓮花麗樺)

Pada tanggal 13 Juli 2025, Rainbow Temple (Caihong Leizangsi/彩虹雷藏寺), Seattle, Amerika Serikat, dengan tulus mengundang Dharmaraja Lian Sheng untuk hadir secara langsung memimpin Upacara Agung Homa Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung. Upacara berjalan dengan sempurna, menghasilkan jasa kebajikan tak terhingga. Usai homa, Dharmaraja memberitahukan bahwa hari Minggu depan, tanggal 20 Juli 2025, pukul 3 sore, akan dilakukan Upacara Agung Homa Mahakala.

Mahakala Dharmapala Masyhur Tantrayana
Mahakala atau Daheitian (大黑天), Mantra Hati: “Om. Ma Ha Ga La Ya. Suo Ha.” Mudranya adalah mudra mengunci membelakangi. Dalam Tantra, Mahakala adalah Dharmapala Agung yang sangat termasyhur. Di Jepang, Beliau dihormati sebagai Daikokuten, salah satu dari Tujuh Dewa Berkah. Mahakala di Jepang sangat imut dan welas asih, sedangkan Mahakala yang ditekuni di Tantra Tibet sangat garang, wibawanya tanpa tanding.

Mahakala memiliki banyak lengan, wujudnya ada banyak, warnanya pun ada banyak, di antaranya ada Sita Mahakala, yang merupakan perwujudan dari Bodhisatwa Avalokitesvara. Dharmapala Agung ini sangat masyhur dalam Tantra Tibet.

Kebajikan Unggul Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung
Dharmaraja membabarkan Istadewata homa hari ini, Raja Agung berarti Raja Maha Tinggi, isi dari Sutra Raja Agung mencakup nama-nama Sarwa Buddha Bodhisatwa, dan Mantra Sapta Buddha Memadamkan Karma Buruk. Sutra Avalokitesvara Raja Agung adalah Sutra pertama yang Beliau baca sejak muda, sejak usia 20 sekian tahun sudah mulai membaca Sutra ini, hingga kini tidak pernah terputus. Dharmaraja menekankan, Mantra Sapta Buddha yang dimuat dalam Sutra tersebut, bisa memadamkan duka kelahiran dan kematian, menyingkirkan semua racun yang mencelakakan, sekalipun karma buruk yang paling berat, semua dapat dimurnikan olehnya.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, pernah melihat terjemahan Sutra Raja Agung dalam aksara Jepang, ketika Berdharmayatra ke 88 Wihara di Shikoku, dari sini kita bisa mengetahui bahwa Sutra ini sudah melampaui batas negara, dan telah tersebar luas sejak masa Dinasti Jin Timur, Dinasti Selatan dan Utara, Dinasti Sui dan Tang, bahkan pada masa Xia Barat (Kerajaan Agung Putih dan Mulia), tiap penduduknya membaca Sutra Raja Agung.

Dharmaraja Lian Sheng menunjukkan bukti sejarah, bala tantara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menaklukkan Asia dan Eropa, dan sudah beberapa kali mencoba dan sangat sukar untuk menaklukkan Dinasti Xia Barat, mungkin ini berkat perlindungan Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung. Dharmaraja memuji: “Bodhisatwa ini sungguh sangat mulia!”

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, dalam Sutra Raja Agung disebutkan: “Satu Triliun Bodhisatwa di Gunung Mestika nan Sejuk”, yang dimaksud adalah Gunung Wutai di Tiongkok. Dalam Sutra Raja Agung termuat nama-nama Buddha dan Bodhisatwa, merupakan Avalokitesvara Raja Agung yang sangat kuat dalam respon spiritual. Sejak muda diri sendiri sudah membacanya hingga sekarang, tidak pernah berhenti barang sehari pun.

Dharmaraja Lian Sheng menekankan, nama-nama Buddha dan Bodhisatwa yang disebutkan dalam Sutra Raja Agung bukan diurutkan secara acak, melainkan ada makna urutannya. Seperti yang disebutkan dalam Sutra: “Buddha Prabhutaratna, Buddha Sakyamuni, Buddha Maitreya, Buddha Aksobhya, Buddha Amitabha”, Sarwa Buddha yang tak terhingga banyaknya, urutan ini sesuai aturan. Dharmaraja Lian Sheng menjunjung tinggi Bodhisatwa Avalokitesvara Raja Agung, Bodhisatwa Raja Agung mengenakan Mahkota Mestika Sapta Buddha, merupakan Dharmarajaputra dari Sapta Buddha, jubah yang dikenakan juga terdapat Mantra Sapta Buddha dan aksara bija berwarna emas, merupakan Bodhisatwa yang sangat agung dan mulia.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, saat santap bersama, Acarya Lian Seng (蓮僧上師) memberitahukan bahwa ada berita besar mengenai seorang perempuan di Thailand yang punya hubungan dengan banyak anggota Sangha di Thailand, dan menghebohkan masyarakat. Terhadap hal-hal semacam ini, menurut Dharmaraja: “Memandangnya dengan biasa, sebab memang demikian.” Sebab seorang yang membina diri pun adalah manusia, hanya saja setelah menjadi biksu, penampilan mereka kelihatan berbeda. Asalkan manusia, pasti akan menghadapi beberapa sifat mendasar, yaitu makan, rupa, dan hasrat, hal ini sudah diungkapkan sejak awal oleh Konfusius dan Meng Zi.

Dharmaraja Lian Sheng menekankan, tidak ada seorang sadhaka yang bisa seratus persen bersih, oleh karena itu, wajib belajar mengendalikan hasrat diri sendiri, setiap saat melatihnya. Sadhana Yab Yum dalam Tantra, adalah untuk belajar bagaimana mentransformasikan hasrat, dan bukan untuk melampiaskannya. Sadhana Yab Yum dalam Tantra bukan dilakukan secara sembarangan, wajib terlebih dahulu sudah mencapai tingkat nontiris, baru bisa mencapai keberhasilan sempurna. Mencapai tidak tiris tubuh, masih belum cukup, kita masih perlu mencapai tingkatan batin tak tiris.

Jika tidak tergoyahkan oleh seks, harta, nama, makan, dan minum, lima jenis nafsu keinginan ini, maka Anda akan mencapai keberhasilan asravaksayajnana, dapat menampilkan apa yang dalam Sutra Surangama disebut sebagai Batin Sejati Terang nan Luhur.

Dharmaraja juga memberi contoh dari sejarah dan literatur, pada masa kehidupan Sang Buddha, Beliau pernah difitnah beberapa kali, seperti fitnahan dari Cinca dan Sundari. Ada pula contoh berbeda dalam novel Pendekar Negeri Tayli, ada kisah Biksu Hui-juk, ini menjelaskan bahwa meskipun pelanggaran sila sadhaka sungguh patut disesalkan, tetapi merupakan cerminan nyata akan ujian terhadap sifat dasar manusia.

Dengan welas asih Dharmaraja memberi semangat kepada semua: Terhadap orang yang melanggar sila, Dharmaraja berempati kepada mereka, sebab paling tidak, mereka pernah bertekad untuk berbhavana, pernah membangkitkan Bodhicitta. Bhavana memang tidak mudah, kita mesti memahami hal ini, juga jangan sembarang menghujat.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan - Anda Bertanya Saya Menjawab

Pertanyaan siswa dari Singapura, mengenai pelafalan Mantra Hati Syama Tara:

Siswa pernah melihat Dharmadesana Mulacarya Lian Sheng pada 8 April 2018, dalam transmisi sadhana, pelafalan Mantra Hati Syama Tara saat itu adalah: “Om. Da La. Du Da La. Du La. Suo Ha”, sedangkan Mantra Kolektif adalah “Om. Da La. Deng Mu. Suo Ha.” Kemudian siswa pun ikut melafalkannya demikian.

Belakangan, umat Sedharma mengatakan bahwa pelafalan saya keliru, sebab sekarang kita wajib ikuti yang dilafalkan oleh Mulacarya Lian Sheng dalam Upacara Agung Musim Semi: “Om. Da Lie. Du Da Lie. Du Lie. Suo Ha.” Semua punya pendapat masing-masing, sehingga saya mohon petunjuk Buddha Guru, apakah memang Mantra Syama Tara ada beberapa pelafalan? Apakah yang benar adalah saya ikuti saja pelafalan yang ditransmisikan oleh Mulacarya?

Dharmaraja Lian Sheng menjawab, di masa awal, Dharmaraja sendiri mendapatkan pengajaran dari Guru-Nya melafalkan: “Om. Da La. Du Da La. Du La. Suo Ha.”, kemudian mempelajari pelafalan orang Tibet, dan menggantinya: “Om. Da Lie. Du Da Lie. Du Lie. Suo Ha.”, kedua jenis pelafalan bisa dijapa, Syama Tara dengan sendirinya tahu maksud hati siswa.

Dharmaraja mengungkapkan, tiap daerah punya latar belakang kebudayaan yang berbeda, sehingga pelafalan pun akan berbeda. Seperti “Suo Ha” di Taiwan dilafal menjadi “Suo Bo He”. “Om. Pu Long” ditransmisikan sampai ke Taiwan menjadi: “Om. Bu Lin.”, bahkan beberapa Acarya dari Hong Kong akan membawa aksen Kanton yang kental. Yang lebih menarik adalah, seorang ibu tua melafalkan “Om. Ma Ni. Bei Mi. Hom” menjadi “Om. Ma Ni. Bei Mi. Niu”, tetapi dia menjapanya hingga batu pun bisa bergerak, kemudian dia membetulkan pelafalannya, dan justru tidak ada reaksi, sungguh membuat kita tersenyum.

Dengan welas asih Dharmaraja mengingatkan, meskipun pelafalan itu penting, tetapi yang benar-benar menyetuh Hati Buddha dan Bodhisatwa adalah tekad dan fokus. Sekalipun Anda melafalkan keliru, tetapi jika dijapa dengan hati, Buddha Bodhisatwa juga akan berempati kepada Anda. Titik berat ada pada keyakinan dan konsistensi, jangan terlalu melekati ketepatan pelafalan dan aksen.

◎ Pengulasan Sutra Surangama, Bab 2

“Apa itu pandangan delusi berdasarkan karma individu, wahai Ananda? Mari kita perhatikan contoh seseorang yang menderita penyakit mata. Di malam hari, ketika ia melihat lampu, ia merasa seolah-olah pita-pita cahaya melingkar mengelilingi lampu dengan lima spektrum warna. Bagaimana menurutmu? Apakah lingkaran cahaya berwarna yang muncul di sekitar lampu pada malam hari merupakan aspek dari cahaya lampu atau aspek dari kesadaran visualnya sendiri?”

“Wahai Ananda, Jika lingkaran cahaya berwarna itu merupakan aspek dari cahaya lampu, bukankah lingkaran itu akan terlihat oleh orang lain selain orang yang memiliki penyakit mata itu, alih-alih hanya terlihat olehnya sendiri? Di sisi lain, jika lingkaran cahaya berwarna itu merupakan aspek dari kesadaran visual seseorang, bukankah kesadarannya sendiri akan berwarna? Jika demikian, kesadaran berwarna itu akan menjadi seperti apakah?”

“Lebih lanjut, Ananda, jika lingkaran cahaya berwarna itu bukan merupakan aspek dari cahaya lampu, maka ketika orang dengan mata yang sakit melirik ke sekelilingnya, ke layar, tirai, meja, atau alas tidur, ia juga akan melihat lingkaran-lingkaran berwarna di sekelilingnya. Dan jika lingkaran cahaya berwarna itu bukan merupakan aspek dari kesadaran visualnya, ia tidak akan melihat lingkaran-lingkaran itu sama sekali. Lalu, mengapa ia justru melihatnya?”

“Oleh karena itu, ketahuilah bahwa, meskipun warna-warna tersebut sebenarnya intrinsik terhadap cahaya lampu, lingkaran ilusi cahaya berwarna muncul dari penyakit di matanya. Namun, meskipun lingkaran cahaya berwarna dan kesadaran terhadapnya disebabkan oleh penyakit, kesadarannya terhadap penyakit itu sendiri bukanlah penyakit. Singkatnya, Anda tidak dapat mengatakan bahwa lingkaran ilusi warna merupakan aspek dari cahaya lampu atau aspek dari kesadaran visualnya.”

“Namun, Anda juga tidak bisa mengatakan bahwa keduanya bukan aspek cahaya lampu atau kesadaran visualnya. Demikian pula, dalam analogi dua bulan, bulan kedua bukanlah bulan yang sebenarnya, juga bukan pantulan dari bulan yang sebenarnya.”

“Mengapa demikian? Ketika bola mata ditekan, seseorang akan melihat dua bulan. Mereka yang memahami hal ini tidak akan membantah bahwa bulan kedua, yang dihasilkan dari tekanan pada mata, adalah bulan yang sebenarnya atau bukan bulan yang sebenarnya, atau, lebih lanjut, bahwa itu merupakan aspek kesadaran visual atau bukan merupakan aspek kesadaran visual.”

“Hal yang sama berlaku untuk lingkaran cahaya ilusi di sekitar lampu: mereka muncul dari penyakit di mata. Bisakah Anda mengatakan sekarang bahwa mereka hanya merupakan aspek dari cahaya lampu atau hanya kesadaran visual? Anda tidak bisa. Terlebih lagi, Anda tidak dapat membedakannya sebagai bukan aspek dari cahaya lampu maupun aspek kesadaran visual. Apa yang dimaksud dengan pandangan delusi yang didasarkan pada karma bersama?”


Pengulasan Dharmaraja Lian Sheng:

Apa itu karma individu, dan apa itu karma bersama?

Terlebih dahulu Dharmaraja Lian Sheng menjelaskan, karma individu adalah pandangan dan pemahaman yang muncul dari pikiran delusif pribadi, sehingga berkembang diperbuat sebagai karma buruk. Sedangkan karma bersama, merupakan karma dan akibat yang diperbuat bersama-sama. Dharmaraja mencontohkan perbedaan cara hidup masyarakat berbagai negara yang berbeda, seseorang terlahir di negara mana, bukan sebuah kebetulan, melainkan diakibatkan oleh daya karma bersama yang diperbuat di masa lampau. Contoh: Kenapa ada orang yang lahir di Amerika, hidupnya sejahtera, tetapi ada orang yang lahir di Etiopia di Afrika, yang mengalami kemiskinan ekstrem? Ini dibentuk oleh karma bersama.

Dharmaraja Lian Sheng mengungkapkan, Gurudara dirawat oleh Abby, seorang perawat dari Etiopia, putrinya tumbuh di Amerika, dan baru-baru ini, ketika berkunjung ke kampung halaman untuk menjenguk keluarga, menyaksikan anak-anak di kampung halamannya tidak berpakaian, tidak punya toilet, kekurangan makan dan minum, sepulangnya, ia menangis setiap hari. Perbedaan drastis hidup dan kebudayaan ini, diakibatkan oleh akibat karma bersama dari masyarakat dua negara yang berbeda.

Apa yang dimaksud dengan pandangan delusi karma individu dalam Sutra Surangama?

Dharmaraja Lian Sheng mengupas contoh yang disebutkan dalam Sutra Surangama: “ada penyakit dalam mata.” Yaitu orang yang sakit mata, jika ia melihat pelita di malam hari, tidak hanya akan melihat lingkaran cahaya, di saat orang bermata sehat hanya melihat sebuah pelita, orang yang bermata sakit justru melihat banyak bayangan berlapis, ini seperti ilusi yang muncul dari pandangan dan pemahaman keliru seseorang. Fenomena ini bukan pelita sejati, pun bukan pandangan yang sejati, melainkan pandangan delusi yang diakibatkan oleh sakit mata, yaitu diakibatkan oleh karma individu pribadi.


Dengan humoris Dharmaraja menyampaikan: “Bagian yang dibabarkan ini sangat panjang, sesungguhnya cukup hanya dengan beberapa patah kata, bahwa semua adalah delusi!” Lebih lanjut lagi Beliau menjelaskan, kadang manusia dipengaruhi oleh pandangan ilusi sehingga keliru persepsi. Ada orang berdiri di atas gedung tinggi melihat ke bawah indah seperti surga, sehingga ia pun melompat bunuh diri, ini adalah contoh dari pikiran delusi yang menciptakan karma. Sama seperti fata morgana, mata melihat seolah ada sebuah kota yag mengambang di atas samudra, sesungguhnya hanya belokan pancaran sinar, ini juga persepsi keliru.

Kesadaran visual dan bukan kesadaran visual, pelita dan bukan pelita, semua adalah delusi

Dalam Sutra Buddha dikatakan: “Penglihatan menjadi rupa”, “bukan bentuk bukan pula bayangan”, “terlepas dari kesadaran visual dan bukan kesadaran visual”, dengan jelas menunjukkan bahwa pandangan dan pemahaman keliru semacam itu adalah ilusi. Dharmaraja menekankan, bhavana yang sesungguhnya, adalah untuk menghancurkan delusi, dan kembali pada yang semula ada di dalam, Batin Sejati Terang nan Luhur. Batin Sejati ini, tidak tergolong kesadaran visual, pun juga tidak tergolong pada bukan pandangan visual; Bukan tergolong pada pelita, pun bukan pada bayangan pelita. Jika melekati apa yang dilihat oleh mata, Anda akan terjerumus pada delusi.

Dharmaraja Lian Sheng menunjukkan, saat itu Buddha Sakyamuni telah menjelaskan semuanya, persoalannya adalah apakah diri kita memahami dengan sepenuh hati, apakah kita benar-benar mengamalkannya. “Fata morgana terlihat seperti sebuah kota, sesungguhnya jika Anda berjalan mendekat, semuanya kosong.” Oleh sebab ini, Dharmaraja Lian Sheng menyemangati segenap siswa, jangan melekati apa yang dilihat oleh indra-indra, belajarlah dari hati menghancurkan delusi, sehingga tidak terikat oleh ilusi.

Usai Dharmadesana yang disampaikan dengan sangat istimewa, Dharmaraja Lian Sheng menganugerahkan Abhiseka Sadhana Avalokitesvara Raja Agung kepada segenap hadirin. Upacara pun usai dengan sempurna.

------------------------

Tautan pendaftaran upacara di Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/Donate

Zoom partisipasi Upacara Homa Rainbow Temple:
https://tbs-rainbow.org/雲端視訊

Siaran langsung pujabakti Seattle Ling Shen Ching Tze Temple, setiap hari Minggu, pukul 10:00 WIB
Siaran langsung upacara homa di Rainbow Temple, setiap hari Senin, pukul 05:00 WIB

Tautan Siaran Langsung (bahasa Mandarin):
https://www.youtube.com/channel/UCTQqhVgp94Vf7KTrANN8Xpw

Tautan Siaran Langsung (bahasa Inggris):
https://www.youtube.com/@tbsseattle.orgenglishstrea3035/feature

Alamat Tbboyeh:
https://www.tbboyeh.org

Kumpulan Video Pembabaran Dharma Dharmaraja Liansheng

TBSNTV bahasa Indonesia:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

#DharmadesanaDharmarajaLiansheng
#TrueBuddhaSchool
#BodhisatwaAvalokitesvaraRajaAgung
Istadewata Homa Minggu depan #Mahakala

請佛住世長壽佛心咒 「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。