Berita TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Sabtu, 11 April 2020, pada masa pandemi, segenap siswa di seluruh belahan dunia menantikan siaran langsung Dharmadesana akhir pekan secara daring untuk yang kedua kalinya, siaran langsung dimulai tepat pada pukul 8 malam waktu Seattle Amerika Serikat.
Acarya Shi Lianwang ( 釋蓮旺上師 ) bertanggung jawab menjadi pewara sekaligus mewakili Seattle Ling Shen Ching Tze Temple untuk mempersembahkan khata sebagai tanda penghormatan tertinggi.
Terlebih dahulu dilakukan prayoga singkat, dalam pelimpahan jasa, Mahaguru memanjatkan permohonan kepada Raja Dewa Resi Mahadewi Yaochi, Raja Buddha Amitabha Tathagata, dan Raja Bumi Ksitigarbha Bodhisattva, beserta para Buddha Bodhisattva Vajra dan Dharmapala untuk mengentaskan semua makhluk di enam alam terbebas dari penderitaan.
Usai prayoga singkat, Acarya Lianwang mewakili semua untuk memohon Mahaguru Berdharmadesana. Terlebih dahulu Mahaguru menyapa Gurudara, kedua Rinpoche, segenap Acarya, Dharmacarya, Biksulama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya dan segenap umat yang menyaksikan secara daring, kemudian menjawab setiap pertanyaan siswa yang disampaikan melalui internet.
Mahaguru mengatakan, ada tanya dan ada jawab inilah interaksi, dan interaksi adalah kekuatan. Mahaguru berwelas asih memenuhi permohonan TBSN untuk menjawab pertanyaan siswa di saat Dharmadesana.
Pertanyaan Siswa :
Saat mengulas Vajrajapa dan Pernapasan Botol, Mahaguru mengatakan bahwa bagi sadhaka perempuan prana ditahan hanya sampai cakra anahata, mohon tanya, apakah prana dihirup masuk cukup sampai cakra anahata atau hirup sampai dantian kemudian diangkat lagi ke cakra anahata baru ditahan ? Jika seorang perempuan telah mengalami menopause, bolehkah menghirup prana sampai ke dantian ?
Jawaban Mahaguru :
Tidak peduli apakah sedang datang bulan atau tidak, sadhaka perempuan hanya boleh menahan prana sampai di cakra anahata, cakra anahata juga tergolong sebagai dantian, yaitu dantian tengah. Sedangkan cakra manipura adalah dantian bawah, dan cakra ajna adalah dantian atas.
Melakukan Pernapasan Botol atau Vajrajapa di saat mengalami datang bulan dapat menyebabkan perdarahan.
Sadhaka perempuan yang telah mengalami menopause selama 1 atau 2 tahun, jika saat melakukan Pernapasan Botol atau Vajrajapa menghirup prana sampai dantian bawah, maka ia akan kembali mengalami menstruasi dan gampang terjadi perdarahan, oleh karena itu hal ini mesti diperhatikan oleh sadhaka perempuan. Jika mengalami hal ini, maka harus segera berhenti, setelah tubuh pulih baru boleh berlatih Pernapasan Botol atau Vajrajapa, dan prana cukup sampai pada dantian tengah.
Pertanyaan Siswa :
Ada yang tidak saya pahami dalam Sadhana Vajrajapa. Dalam buku "Kiat Jalan Moksa" artikel berjudul "Vajrajapa", terlebih dahulu visualisasi diri sendiri menjadi Vajrasattva berpasangan, memiliki tiga nadi dan lima cakra, apa sajakah lima cakra ini ?
Jawaban Mahaguru :
Lima cakra antara lain : Cakra ajna, cakra visuddha, cakra anahata, cakra manipura, dan cakra svadhisthana. Jika disebutkan tujuh cakra, maka lima cakra tersebut ditambah dengan cakra usnisa dan cakra muladhara.
Pertanyaan Siswa :
Di tengah cakra dan nadi di ulu hati, di atas padma berkelopak delapan, terdapat bindu merah dan putih ( seukuran kacang polong ). Atas bawah saling bertaut. Di bagian tengah terdapat cakra candra berukuran kecil, di tengah cakra terdapat aksara Hum berwarna biru ( terang dan tembus pandang ). Bagaimana cara visualisasinya ?
Jawaban Mahaguru :
Di atas padma berkelopak delapan terdapat cakra surya, di tengah cakra surya terdapat cakra candra, di atas cakra candra terdapat bindu merah dan putih seukuran kacang polong yang saling bertaut, bindu putih di atas, bindu merah di bawah, di atas bindu merah dan putih terdapat satu aksara Hum berwarna biru dan bercahaya. Lakukan visualisasi tiga dimensi.
Pertanyaan Siswa :
Pada pengulasan Dzogchen, Mahaguru mengatakan, visualisasi Adharma Buddha di tengah angkasa memancarkan cahaya putih menjelma menjadi aksara “Om” yang berwarna putih. Aksara “Om” putih masuk, aksara “A” merah menetap, aksara “Hum” biru keluar, memberi manfaat kepada semua makhluk. Saat melakukan Vajrajapa, pada sesi prana menetap apakah perlu visualisasi aksara “A” berwarna merah memancarkan prana cahaya berwarna putih ?
Jawaban Mahaguru : Boleh melakukan visualisasi seperti itu.
Pertanyaan Siswa :
Dalam Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, saat prana dari sisi kiri dan kanan memasuki dantian, boleh menahan prana beberapa saat di dalam dantian, kemudian mengangkat prana sampai ke puncak kepala, turun lagi ke dantian dan keluar melalui kedua lubang hidung ?
Jawaban Mahaguru :
Prana mencapai dantian kemudian menahan napas, teknik ini digunakan dalam Pernapasan Botol, dan Pernapasan Botol menggunakan prana keras, ada risikonya. Sedangkan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha tidak berisiko.
Jika Anda melakukan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha berbarengan dengan Pernapasan Botol, maka pernapasan menjadi prana keras, bukan prana biasa, hal ini mesti diketahui, ini sangat penting, tidak boleh digabungkan.
Sembilan Tahap Pernapasan Buddha tidak menahan prana di dantian. Jika melakukan tahan prana di bagian dantian, maka sadhaka perempuan akan mengalami menstruasi, dan yang mengalami menstruasi bisa mengalami perdarahan.
Sembilan Tahap Pernapasan Buddha adalah Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, sedangkan Pernapasan Botol adalah Pernapasan Botol, dan Vajrajapa adalah Vajrajapa, tidak boleh digabungkan.
Pertanyaan Siswa :
Pada saat siswa melakukan Vajrajapa, saat prana atas menekan ke bawah, dan prana bawah naik ke atas, kemudian menahan napas, tanpa disadari tubuh ini bergoyang, apakah ini adalah gerakan prana ? Saat terjadi, kita mesti mengendalikannya supaya tidak bergoyang, atau biarkan saja dia bergoyang ?
Jawaban Mahaguru :
Benar, itu adalah gerakan prana. Mengenai perlukah dikendalikan goyangannya, terserah Anda.
Pertanyaan Siswa :
Jika baca sutra dan japa mantra dilakukan dengan kecepatan biasa, apakah bisa menyebabkan prana bocor ? Apakah harus menjapa dengan cepat ?
Jawaban Mahaguru :
Tidak selalu, perlahan saja, yang paling penting adalah setiap hal mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sepenuh hati, gunakan prana untuk menjapa. Jika menjapa tanpa fokus, itu namanya japa sambil melakukan hal lain.
Tidak perlu mempermasalahkan kecepatannya. Jika terlampau cepat, batin tidak bisa mengikutinya ; Terlalu lamban seperti siput yang merayap juga tidak boleh. Lakukan sesuai kebiasaan sendiri, dan mesti dilakukan dengan sepenuh hati.
Japa mantra abhicaruka mesti cepat, seperti sedang memotong, mantra dijapa dengan penuh kekuatan. Mantra santika mesti dijapa dengan perlahan dan lembut.
Pertanyaan Siswa :
Dalam Dharmadesana Mahaguru ada metode bunga putih untuk menyingkirkan rintangan, tapi di rumah tidak ada bunga putih, adakah benda lain yang bisa menggantikan bunga putih ?
Jawaban Mahaguru :
Bunga putih adalah bunga putih, tidak boleh diganti.
Pertanyaan Siswa :
Jika siswa belum punya Istadevata dan Dharmapala, bolehkah menggunakan Mantra Hati Guru, atau Mantra Hati Mahadewi Yaochi, atau Mantra Hati Marici, atau Mantra Hati Tara Peredam Wabah, atau Mahakaruna Dharani untuk mengadhisthana bunga untuk ritual mandi ?
Jawaban Mahaguru :
Mahakaruna Dharani, Mantra Hati Tara Peredam Wabah, semua bisa digunakan untuk adhisthana bunga putih. Mantra setiap Adinata mengandung daya dari setiap Adinata tersebut. Yang terutama adalah menjapa mantra sepenuh hati, baru bisa bermanfaat. Tanpa adhisthana Istadevata, hanya menjadi mandi biasa, tidak ada manfaat spiritualnya. Oleh karena itu, mesti dilakukan dengan sepenuh hati.
Pertanyaan Siswa :
Bolehkah sering-sering melakukan simabandhana diri untuk tangkal wabah ?
Jawaban Mahaguru :
Boleh ! Simabandhana diri adalah metode Vajrapani Bodhisattva, visualisasikan Vajrapani Bodhisattva muncul melindungi sadhaka.
Pertanyaan Siswa :
Dalam Sadhana Vajracitta Bodhisattva ( Vajrasattvayoga ), sebelum masuk samadhi, visualisasi Istadevata di tengah angkasa berpindah ke puncak kepala sadhaka. Akan tetapi, sebelum sadhana telah visualisasi Mahaguru menetap di puncak kepala, apakah saat itu mesti visualisasi Vajracitta Bodhisattva manunggal dengan Mahaguru, baru kemudian menjadi Vajracitta Bodhisattva yang menetap di puncak kepala sadhaka, dilanjutkan dengan visualisasi “Memasuki Aku”, baru kemudian memasuki samadhi ?
Jawaban Mahaguru :
Benar, memang demikian. Ada satu lagi yang utama, setiap sadhaka mesti tahu bahwa Mahaguru sendiri adalah Vajrasattva atau Vajracitta Bodhisattva, juga adalah Vajrapani Bodhisattva.
Dalam Tantra, saat visualisasi Mahaguru, boleh dilanjutkan dengan Mahaguru bertransformasi menjadi Vajrasattva, Vajrasattva atau Vajracitta menjadi satu dengan Mahaguru ; Vajrapani Bodhisattva juga manunggal dengan Mahaguru, ini adalah sebuah kiat, Mahaguru dan Vajrasattva tiada berbeda.
Vajradhara pertama adalah Adharma Buddha, Vajradhara kedua adalah Pancadhyani Buddha, Vajradhara ketiga adalah Vajrasattva, Vajradhara keempat adalah Mahaguru. Boleh menjadi satu, sebab Mahaguru sendiri adalah Vajrasattva, Vajracitta Bodhisattva, dan Vajrapani Bodhisattva. Vajrasattva memasuki Anda, masuk samadhi, Anda menjadi Vajrasattva, maka Anda adalah Vajrasattva yang ke-5.
Ini berarti visualisasi hati mula diri sendiri, hati adalah pikiran kita, pembawaan kita. Hati dan cittaprakrti tidak sama, cittaprakrti diperoleh dari bhavana, merupakan Buddhata yang semula.
Pertanyaan Siswa :
Saya mengagumi Zhenfo Zong, namun ada banyak rintangan, maka saya telah melakukan ritual mohon abhiseka sarana jarak jauh dari rumah sendiri. Mohon tanya, jika di rumah sendiri telah melakukan ritual mohon abhiseka sarana jarak jauh, namun tidak memungkinkan untuk mengirim surat permohonan, apakah dengan demikian saya telah menjadi siswa Zhenfo Zong dan boleh bersadhana ? Jika boleh bersadhana, bolehkah langsung mulai dari Sadhana Guruyoga ?
Jawaban Mahaguru :
Asalkan Anda sepenuh hati, maka Anda telah memperoleh abhiseka. Sebab Vajradhara menerangi semua, tidak ada yang luput, dengan sendirinya cahaya itu akan terpancar pada diri Anda, asalkan Anda sepenuh hati, maka Anda adalah siswa Zhenfo Zong.
Akan tetapi, lebih baik Sadhana Tantra dimulai dari Sadhana Caturprayoga. Mulai dari mahanamaskara, mahapujana, Catursarana, Vajrasattvayoga, mengembangkan Caturapramanacitta. Dalam Tantra ada tiga hal yang penting, dibabarkan oleh Je Tsongkhapa, yaitu : Pertama adalah naiskramyacitta, yaitu tekad untuk terbebas dari tumimbal lahir, sehingga seseorang memutuskan untuk bersarana dan belajar Buddha, dan tekad ini mesti dimiliki oleh semua umat Buddha, baik itu yang hidup membiara maupun perumah tangga. Yang kedua adalah maitrikaruna, yaitu tekad hati untuk menyeberangkan semua makhluk ; Yang ketiga adalah pandangan benar jalan tengah, jangan menempuh jalan sesat, tidak boleh ada prasangka.
Naiskramyacitta dan maitrikaruna memerlukan pandangan benar, oleh karena itu, pandangan benar sangat penting.
Dharmaraja melanjutkan pengulasan Lamdre :
Dalam teks Lamdre disebutkan, gunakan homa, gunakan wijen hitam untuk menyingkirkan rintangan, gunakan Ucchusma Vajra untuk menelan semua rintangan. Saat homa, gunakan aksara “Hum” hitam, atau aksara “Gan” hitam masuk ke dalam wijen hitam, diri sendiri menjadi Ucchusma Vajra, visualisasi berlengan delapan, mulut terbuka menelan semua wijen hitam, semua sarana puja homa juga harus dimakan, ini dapat menyingkirkan rintangan.
Jika homa dilakukan demi mendiang, maka data nama mendiang mesti dibakar di dalam tungku. Jika mengetahui nama mendiang, kemunculan melalui aksara pertama dari nama mendiang. Jika nama mendiang tidak diketahui, kemunculan melalui aksara “Ni” ; Visualisasi aksara “Hum” di ulu hati mendiang, ucapkan pancaskandha, atau lima klesha, atau pancamahabhuta, kemudian papan nama mendiang dibakar bersama dengan wijen, sedangkan pakaian atau tulang mendiang dibakar di akhir, hal ini dapat membersihkan karma buruknya, kemudian visualisasi Ucchusma Vajra menelan semua benda. Daya adhisthana yang dihasilkan sangat besar. Di penghujung Dharmadesana, Mahaguru mengisahkan beberapa cerita humor.
Mahaguru juga memperkenalkan karya tulis terbaru, buku nomor : 278, di dalam buku tersebut ada metode untuk menyingkirkan wabah, yaitu Sadhana Tantra yang bersumber dari Lamdre. Mahaguru mengungkapkan bahwa Dewa Wabah kali ini membawa bendera titah. Mahadewi Yaochi menguasai semua bendera titah, sadhaka mesti berdoa kepada Mahadewi Yaochi untuk meringkus semua bendera titah tersebut, dengan demikian wabah dapat diatasi. Oleh karena itu, dalam hal spiritual, harap semua bantu perbanyak japa Mahadewi Yaochi, Vyaghravaktra Vajra, Tara Peredam Wabah, dan Ucchusma Vajra.
Kami para siswa sungguh berterima kasih yang setinggi-tingginya atas welas asih Mahaguru yang berkenan menghalau ketidaktahuan di hati siswa, membabarkan makna Dharma yang sangat berharga dalam Lamdre, mengingatkan kami untuk mematuhi aturan pencegahan wabah, serta pada sisi kehidupan spiritual, mengajarkan Sadhana Tantra untuk mengatasi bencana wabah. Terima kasih Mahaguru, semoga Buddha Guru senantiasa menetap di dunia, memutar Dharmacakra nan agung.
◎ Judul Asli
2020年4月11日西雅圖雷藏寺蓮生法王網路直播開示
◎ Sumber :
https://ch.tbsn.org/news/detail/780/2020年4月11日_西雅圖雷藏寺蓮生法王網路直播開示.html