25 April 2020 Liputan Dharmadesana Dharmaraja Liansheng di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple
Tanggal 25 April, musim semi yang sedikit sejuk, di kala bunga-bunga bermekaran, malam hari pukul 8, langit yang semula cerah perlahan semakin gelap.
Walau lampu telah menyala, Seattle Ling Shen Ching Tze Temple (西雅圖雷藏寺) menjadi semakin cerah berkat kedatangan Dharmaraja Liansheng dan Gurudara. Meskipun peraturan "Diam di Rumah" demi pencegahan penyebaran wabah membuat para umat tidak bisa masuk ke dalam vihara, namun semua mulai terbiasa berkumpul secara daring melalui rumah masing-masing, berpartisipasi dalam pujabakti dan menyimak Dharmadesana secara daring.
Mahaguru mengungkapkan bahwa hari ini, Mahadewi Yaochi, Dongshuangchengxiangu, Xufeiqiongxiangu, dan Tara Peredam Wabah hadir mengadhisthana. Mahaguru juga mengundang para Adinata untuk mengadhisthana segenap siswa Zhenfo Zong supaya segalanya sesuai harapan dan manggala.
Tbboyeh menayangkan video humor yang penuh makna sebagai persembahan, dan mengundang gelak tawa semua orang. Isinya merupakan cuplikan Dharmadesana Mahaguru yang mengatakan : "Mesti lebih segenap hati." ( Homofon dengan "Makan kudapan." ), di dalam video, Xiaoming malah makan kudapan. Tentu saja maksud Mahaguru bukan meminta semua untuk makan kudapan, melainkan sadhana mesti memusatkan perhatian, mesti dilakukan dengan segenap hati.
Beberapa siswa bertanya dengan segenap hati, dan Mahaguru menjawabnya satu-persatu dengan mendetail, berikut di bawah ini merupakan ringkasannya :
1. Kenapa dalam japa mantra dan pelafalan Nama Buddha tidak ada kontak batin ? Jika ada waktu siswa rela mempersembahkan tubuh, ucapan, dan pikiran kepada Dharmaraja Liansheng, para Buddha dan Bodhisattva. Siswa tinggal di asrama, jadi tidak bisa bersadhana.
Mahaguru balik bertanya, jika tidak ada waktu, maka tidak mempersembahkannya ? Kalau demikian, sangat sukar untuk kontak batin.
Sadhana bisa dilakukan dengan cara visualisasi, japa mantra juga bisa dilakukan tanpa bersuara, tidur bisa berlatih memasuki samadhi mengosongkan diri dari semua kerisauan. Sadhana tidak harus berwujud, meskipun di samping sedang ada orang, tetap bisa bersadhana. Mahaguru secara khusus memberikan adhisthana prana kepada siswa tersebut supaya dapat memperoleh kontak batin.
2. Mengenai Mantra Ksitigarbha untuk Melenyapkan Karma Tetap.
Jawaban Mahaguru : Mantra ini dapat melenyapkan karma tetap maupun karma tidak tetap, sama seperti Mantra Tujuh Buddha yang dapat melenyapkan pelanggaran. Melalui abhijna, Buddha dapat mengetahui kalpa lampau yang tak terhingga dan kalpa mendatang yang tak terhingga, di dalamnya telah mencakupi pengetahuan akan karma tetap semua makhluk, termasuk karma tetap yang sangat berat yang tidak dapat diubah. Karma tetap yang biasa masih bisa diubah, kebajikan besar atau kejahatan besar bisa mengubah nasib dan peruntungan.
3. Bagaimana mengintegrasikan antara sadhana dan pencerahan ?
Jawaban Mahaguru : Saat Anda berlatih memasuki samadhi, seperti yang disebutkan dalam Hrdaya Sutra : "Saat Arya Avalokitesvara memasuki Prajnaparamita nan mendalam, memperoleh Anuttarasamyaksambodhi." Inilah pencerahan.
4. Bagaimanapun saya bervisualisasi, tetap tidak bisa memunculkan wujud Istadevata dengan utuh.
Jawaban Mahaguru : Je Tsongkhapa pun memerlukan bhavana dalam waktu lama, setelah berbhavana selama banyak kehidupan baru bisa melihat separuh tubuh Istadevata, oleh karena itu, tidak bisa melihatnya adalah suatu hal yang wajar.
5. Ada yang bertanya, dia tidak bisa bervisualisasi aksara Hum berputar, namun bisa visualisasi Mahaguru berubah menjadi cahaya sebutir beras masuk nadi tengah sadhaka. Mahaguru memberikan kelonggaran baginya, visualisasi seperti yang disebutkan tadi juga boleh.
6. Apa perbedaan antara Satyakaya dengan Dharmakaya ? Mahaguru menjawab, Dharmakaya, Sambhogakaya, Nirmanakaya, ketiganya manunggal adalah Satyakaya. Sedangkan Dharmakaya tidak berwujud.
7. Apa perbedaan antara roh primer dan roh sekunder ? Bagaimana mengetahui bahwa roh telah mencapai alam Buddha atau alam lainnya ? Mahaguru menjawab, agama Buddha membahas perihal kesadaran. Sedangkan kelahiran di alam Buddha atau alam lainnya hanya bisa diketahui oleh seorang Acarya yang telah memiliki pencapaian sejati.
8. Mana yang lebih baik, pemakaman pohon atau laut ? Menurut Mahaguru yang baik adalah kremasi dan penguburan di tanah, sedangkan pemakaman laut lebih ramah lingkungan, sedangkan pemakaman pohon dikhawatirkan akan ada pengaruhnya.
9. Saat hewan peliharaan mati, apakah kita perlu menyelimutinya dengan selimut Dharani, melakukan bimbingan bardo, ditambah lafal Nama Buddha dalam 8 jam mulia, serta mendaftarkannya dalam upacara penyeberangan arwah dan upacara tujuh harian ? Mahaguru menjawab, menjalankan ritual delapan jam mulia atau ritual Dharma seperti kepada manusia, adalah wujud menyayangi semua makhluk, ini baik adanya.
10. Apakah seorang sadhaka dapat mengubah batang langit dan cabang bumi dari bazi diri sendiri ? Mahaguru menjawab, bazi kelahiran diri sendiri tidak bisa diubah, akan tetapi bhavana dapat mengubah nasib dan peruntungan, boleh lihat “Empat Nasihat Liaofan” dari Yuan Liaofan untuk mengetahui bagaimana cara mengubah nasib dan peruntungan.
Usai menjawab setiap pertanyaan dari umat pengguna internet, Mahaguru melanjutkan dengan pengulasan Lamdre : Tiris karena Vidyarajnisthana dapat dicegah menggunakan enam postur Sakya, bisa juga menggunakan kemenyan untuk mengasapi semua pintu indra, bisa juga menggunakan bubuk bunga dan buah yang dicampur dengan susu sapi kemudian diminum saat perut kosong, dapat melindungi supaya sadhaka tidak mengalami tiris.
Di penghujung acara Mahaguru berpesan kepada semua siswa untuk setulus hati menjapa Mantra Hati Tara Peredam Wabah, untuk menang atas pandemi kali ini.
◎ Judul Asli :
2020年4月25日西雅圖雷藏寺蓮生法王開示報導
◎ Sumber :
https://ch.tbsn.org/news/detail/951/2020年4月25日西雅圖雷藏寺蓮生法王開示報導.html