
032 Kesunyaan Eksternal dan Kesunyaan Internal
Banyak umat bertanya kepadasaya, “Guru Lu, saat saya bersadhana, pikiran acak tak henti bermunculan. Apayang harus saya lakukan?”
Ada lagi:
“Pikiran acak ini membuat saya susah memasuki samadhi, parah sekali.”
Ada lagi:
“Semakin acuh semakin bermunculan.”
Ada lagi:
“Tidak bisa dihentikan, mau dibenahi malah tambah tak keruan.”
Sebait syair asmara karya Dalai Lama VI berbunyi seperti berikut:
“Bervisualisasi wajah Mulacarya,
Mulacarya tidak hadir,
yang hadir malah wajah kekasih.”
Para umat bertanya kepada saya, “Mohon petunjuk Guru Lu, apa yang haruskami perbuat?”
Saya menjawab, “Apa boleh buat.”
Umat bertanya, “Maksudnya bagaimana, Guru Lu?”
Saya menjawab, “Normal.”
Saya berlanjut, “Pikiran acak itu normal adanya, saya, Guru Lu, punbegitu.”
●
Tentu saya tahu, pikiran manusia sepenuhnya dipengaruhi kondisieksternal terkait mata, telinga, hidung, lidah, tubuh jasmani, pikiran.
Tabiat semacam ini adalah akar realitas semu dalam tumimbal lahir.
Semua penderitaan berasal dari sini.
Guru Sesepuh zaman dahulu berujar seperti berikut:
Ngengat terbang ke arah api, lantaran ‘mata’ terpikat sinar api.
Rusa jantan mati di tangan pemburu, lantaran ‘telinga’ terpikat suararusa betina.
Lebah dimangsa jamur cordyceps, lantaran ‘hidung’ terpikat bebauan.
Ikan terpancing ke darat, lantaran ‘lidah’ menginginkan umpan lezat.
Gajah mati di rawa, lantaran ‘tubuh’ menyukai sentuhan lumpur.
Manusia gagal memasuki samadhi, lantaran ‘pikiran’ tertuju objek lain.
●
Satu-satunya cara bagi kita untuk memasuki samadhi adalah kesunyaaneksternal.
Jika ‘eksternal’ kosong, barulah ‘internal’ akan kosong.
Tertera dalam Sutra Intan:
Batin masa lalu tidak dapat diperoleh.
Batin masa kini tidak dapat diperoleh.
Batin masa datang tidak dapat diperoleh.
Renungkanlah batin yang tiada diperoleh, dengan demikian dapat mencapaikesunyaan eksternal.
Masa lalu telah berlalu!
Masa kini juga akan berubah menjadi masa lalu!
Masa akan datang masih belum tiba!
Saya sering merenung, kini usia telah uzur, adakah benda yang menjadimilik saya? Kelak, yang akan dialami adalah:
- kesunyaan diri,
- kesunyaan Dharma,
- kesunyaan eksternal.
Tubuh sendiri telah tiada, masih adakah urusan sepele yang lain? Segalapermasalahan di dunia ini tiada terusik sedikit pun, tiada yang diperoleh,tiada yang dimiliki, tiada masalah, dengan demikian barulah dapat melepaskansegalanya!
Seringkali tebersit dalam kontemplasi saya:
Sunya.
Sunya.
Sunya.
(apakah yang tidak sunya?)
Oleh sebab itu, sepanjang bersamadhi, saya tiada masalah dan tiadapikiran, ‘kulit’ saja sudah tiada, bulu mana bisa menempel lagi?
Hendaknya kita belajar, tidak melekat pada apa pun, kosongkan segalabeban pikiran!
Sumber: https://reader.tbboyeh.org/#/mybook?id=1000392&bookmark=c999&highlight=283