
049 Catatan Akhir
Buku inisudah selesai ditulis, namun masih ada pesan yang perlu saya sampaikan padaartikel terakhir ini.
Pengalamandi buku ini sangat nyata, saya seperti sedang menulis sebuah buku harian yangmana setiap halamannya sarat dengan pengalaman aneh yang sangat nyata. Setiaphari ada saja kejadian aneh di sekitar saya, biar tidak dicatat pun tetapterjadi.
Sayaberusaha menggunakan nama sebenarnya untuk setiap lakon dan lokasi di buku ini.Kecuali beberapa orang yang karakternya lebih tertutup dan tidak ingin oranglain mengetahui lebih banyak tentang dirinya, maka saya terpaksa menyamarkannama aslinya termasuk tempat kejadian dan alur cerita agar tidak memberi efektak baik terhadap yang bersangkutan.
Sayakira cara penulisan begini sangat bermakna dan menyenangkan. Buku karya sayatidak menyuguhkan ceritera melulu, juga ada inti Buddhadharma yang mutlak bukancerita kahyangan, semuanya terjadi di tengah-tengah manusia, dan tidak sulituntuk menemukan tema inti yang metafisik namun bermanfaat.
Sayaselalu menggunakan cara saya tersendiri untuk menulis buku. Pola penulisan khassaya ini merangkaikan tema, cerita, dan sastra. Ada Dharma, juga ada sisimanusiawinya, sehingga mudah dicerna oleh pembaca.
Apakahbuku ini sebuah ‘Kisah 1001 Malam’?
Tentusaja tidak, namun terkesan di luar akal sehat? Betul.
Apakahyang di luar akal sehat ini sebuah permainan kesaktian?
Sayakatakan ini adalah sebuah permainan Tathagata.
Kalaubertanya, apakah saya ini Buddha?
Dengantanpa keraguan saya akan menjawab, ya, saya adalah Buddha.
Buddhaseperti saya ini selalu mengamati cerita disekitar saya yang bersifat yuktanamun tidak bual dan terbukti kenyataanya.
Kebiasaansaya menulis sangat rutin pada setiap hari, yakni pukul 09.00 hingga 11.00,begitu pula dengan jam kebaktian saya setiap hari. Ada yang mengatakan bahwasaya ini seperti sedang menjalani kehidupan kemiliteran, ya, memang begitu.Saya selalu tepat waktu dalam hal bangun tidur, sarapan, menulis buku,kebaktian, makan siang, melukis, makan malam, dan puja bakti malam. Bahkan sayamempertahankan ketentuan jumlah push up, seat up, dan pradaksina per hari.
Menurutsaya, kehidupan yang berjalan sesuai jadwal, meskipun terkesan hambar, namunpenuh Dharmasari.
Bagisaya, akan terus berkarya tulis, itu sudah menjadi bagian dari hidup saya yangtak terpisahkan. Apa lagi saya sudah memahami rahasia hidup, atau dalamBuddhisme disebut pencerahan. Saya boleh saja tidak usah lagi menulis, namun,alangkah baiknya tetap berkarya.
Sampaijilid buku yang ke-233 ini, ditambah dengan ceramah Dharma, saya kira tingginyasudah mencapai satu lantai bangunan. Dalam benak saya selalu ada bahan,selamanya tidak habis untuk dituangkan dalam tulisan. Saya tidak kuatir masihberapa banyak yang dapat saya tulis, karena hidup identik dengan berkarya.
Simaklahbuku saya ini, Anda akan mendapatkan sesuatu yang lain.
Duniaada di sini.
Kebenaranjuga ada di sini.
Tepatpada saat ini.
(Sheng-yenLu, Juni 2011, Seattle, USA)