
009 Di Manakah Keberadaan Neraka Sesungguhnya?
Ada yang bertanya, “Artikelprakata Kitab Petunjuk Langit menyebutkan bahwa Guru Lu menemukan Sundari danCinca Manavika yang sedang terkurung di sebuah penjara, lalu Guru Lumembebaskan mereka. Jikalau semasa hidup mereka mencemarkan nama baik SangBuddha, mengapa mereka tidak disiksa di neraka dan dikurung saja?”
Terlebih dahulu saya akan berikan sebuah contoh kasus yang membahastentang ‘di manakah keberadaan hati sesungguhnya?’.
Pada Sutra Surangama terdapat sebuah percakapan menarik antara SangBuddha dan Ananda mengenai letak hati.
Sang Buddha bertanya, “Di manakah keberadaan mata dan hatisesungguhnya?”
Ananda menjawab, “Mata ada di wajah, dan hati ada di dalam tubuh.”
Sang Buddha berkata, “Jika hati ada di dalam tubuh, berarti akan duluanmerasakan kegiatan organ tubuh daripada yang di luar, namun, kenyataannya tidakbegitu.”
Ananda menjawab, “Kalau begitu, hati ada di luar tubuh.”
Sang Buddha berkata, “Jika hati ada di luar tubuh, berarti jasmani danbatin tidak berhubungan sama sekali. Yang diketahui hati tidak akan terasa olehtubuh; yang dirasakan oleh tubuh juga tidak akan diketahui oleh hati. Namun,kenyataannya tidak begitu.”
Ananda kembali berkata, “Hati mestinya ada di dalam mata.”
Sang Buddha berkata, “Jika hati ada di dalam mata, mengapa hanya tampakkeberadaan bumi, tetapi tidak sekaligus tampak mata?”
Ananda kembali berkata, “Saya membuka mata tampak terang; menutup matatampak gelap. Buka mata tampak luar, tutup mata tampak dalam.”
Sang Buddha berkata, “Tutup mata tampak dalam. Apakah kegelapanberhadapan dengan mata? Jika berhadapan, berarti kegelapan ada di depan mata,lalu mengapa dikatakan tampak dalam? Tetapi jika tidak berhadapan, bagaimanatampak luar?”
Ananda menjawab, “Konsep pemikiran saya sinkron dengan obyek di luar. Disitulah hati diiringi obyek yang sesuai.”
Sang Buddha berkata, “Hati tidak memiliki raga, sehingga segala kondisimuncul dari hati. Kalau memang tidak memiliki raga, berarti tidak berada didalam, tidak berada di luar, tidak pula berada di antaranya. Misalnya tubuhsedang sakit, apakah terasanya di luar? Terasanya di dalam? Atau terasanya diluar dan di dalam?”
Ananda berkata, “Hati tidak berada di dalam tubuh, juga tidak berada diluar tubuh, tetapi berada di antara mata dan obyek.”
Sang Buddha berkata, “Hati berada di antara mata dan obyek, jika hatimencakup mata dan obyek, mata mengetahui, obyek tidak mengetahui. Kalau begitu,bukankah sebagian diketahui, sebagian lagi tidak diketahui? Jika tidak mencakupmata dan obyek, bagaimana hati mengenal obyek?”
Ananda berkata, “Hati tidak ada di mana-mana, segalanya tidak ternoda,itulah hati.”
Sang Buddha berkata, “Hati tidak ada dimana-mana, berarti tidak nyata.Tidak nyata berarti tidak ternoda. Jika hati ada di sesuatu tempat, bukankahmelekat pada rupa?”
Akhirnya Ananda mengerti konsep ‘hati pada dasarnya kosong’.
Ketahuilah, percakapan di atas sangat mendalam, teranalisis secaralogika. Namun, ada kalanya seorang sadhaka menjadi bingung. Intinya adalah‘hati pada dasarnya kosong’. Sang Buddha dan Ananda berdiskusi tentangkeberadaan hati.
Saya dan umat yang bertanya berdiskusi tentang keberadaan neraka.
Bukankah neraka muncul dari hati? Jika hati tidak ada neraka, neraka punlenyap. Hati muncul maka timbul neraka, hati lenyap maka neraka juga lenyap.
Neraka yang disebut dalam Sutra Ksitigarbha terdapat Asta Sitanaraka danAsta Usananaraka, selain itu ada juga Neraka Pinggiran, banyaknya tak terkira.
Sundari dan Cinca Manavika dikurung dalam penjara, bukankah itu adalahneraka? Memangnya neraka yang Anda kira itu seperti apa?
Neraka:
Hati pada dasarnya kosong. Dari hati timbul Enam Alam Gati!