Bedah Buku:
Pernahkah Anda mendengar tentang Tathagata Suprabha?
Tahukah Anda apa saja kiat yang diajarkan oleh Buddha Suprabha agar kita tidak melakukan pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berdusta, bergunjing, kata-kata kasar, omong kosong… dan kebiasaan buruk lainnya?
Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Tathagata Suprabha
Karya Tulis Dharmaraja Liansheng ke-272【Sentuhan Cahaya Suci】
Tidak banyak orang mengenal Tathagata Suprabha. Namun, saya pernah menyinggung-Nya sekilas di dalam buku saya. Ia memancarkan cahaya ratna yang cemerlang tiada tara, mengajarkan insan langkah pertama dalam menempuh jalan melatih diri.
Saya tahu bahwa Raja Prasenajit memiliki seorang putri, bernama Putri Suprabha.
Di dalam “Sutra Nama Para Buddha” terdapat sesosok Buddha yang bernama Suprabha.
Di dalam “Delapan Puluh Delapan Nama Buddha” terdapat sesosok Buddha yang bernama Buddha Suvarna Suprabha.
Namun, Tathagata Suprabha yang saya ceritakan ini adalah Nama Buddha dari Dewa Wenchang Dijun sesudah mencapai Kebuddhaan.
Saya pernah mengajukan pertanyaan kepada Tathagata Suprabha seputar kiat-kiat berbuat kebajikan, seperti berikut:
Saya bertanya, “Banyak siswa saya yang mengelola usaha restoran, mereka tidak dapat meninggalkan usaha ini. Mohon petunjuk Buddha, apa kiat agar tidak membunuh?”
Ia menjawab, “Mereka harus menjapa Mantra Penyeberangan, menjapa mantra atas tindak pembunuhan yang mereka lakukan sendiri, dengan demikian sama halnya menyeberangkan arwah dari makhluk hidup yang dibunuh, japalah sebanyak-banyaknya, makin banyak makin baik.”
(Buddha Suprabha berharap insan meninggalkan usaha berhubungan menghilangkan nyawa makhluk hidup, jika terpaksa baru menjapa Mantra Penyeberangan)
Selain itu, Ia berkata, “Di lain sisi harus melindungi makhluk hidup.” (Membebaskan dan melindungi makhluk hidup)
Saya berkata, “Di satu sisi membunuh, di sisi lain melindungi, bukankah ini kontradiksi?”
Ia menjawab, “Inilah satu-satunya cara manakala tiada cara lain lagi!”
Saya bertanya, “Apa kiat agar tidak mencuri?”
Ia menjawab, “Ini adalah masalah akhlak, harus dimulai dari pendidikan, kita harus menghormati barang milik orang lain, jangan sesekali mengambil barang milik orang lain. Kita harus berpikir demikian, jika orang lain mengambil barang milik kita, bagaimana perasaan kita?” (Ia menambahkan malah harus berdana)
Saya bertanya, “Apa kiat agar tidak berbuat asusila?”
Ia menjawab, “Berempati, apakah Anda sudi pasangan hidup Anda menemani orang lain? Maka, hormatilah pasangan hidup orang lain.”
(Buddha Suprabha melanjutkan, kecuali Anda memiliki kemampuan menuntun insan yang serakah mencapai keberhasilan dengan Sadhana Yabyum. Selain dari itu, tidak diperkenankan)
Saya bertanya, “Apa kiat agar tidak berdusta?”
Ia menjawab, “Hanya bicara jujur.” (Integritas)
Saya bertanya, “Apa kiat agar tidak bergunjing?”
Ia menjawab, “Jangan ucapkan kata-kata yang menyakiti kedua pihak, cukup lafalkan nama Buddha.”
Saya bertanya, “Apa kiat agar tidak berkata kasar?”
Ia menjawab, “Ucapan yang penuh kasih sayang adalah cara mencegah diri berkata kasar.” (Ucapan yang lemah lembut)
Saya bertanya, “Apa kiat agar tidak omong kosong?”
Ia menjawab, “Jangan mengobrol yang tidak penting, ucapkan kata-kata yang bermakna.” (Bersadhana saja!)
Saya bertanya, “Bagaimana dengan minum minuman keras atau mengonsumsi narkoba?”
Ia menjawab, “Kontrol diri dengan tekad yang kuat, jangan lakukan apa pun yang mencelakai jiwa dan raga sendiri.”
Saya bertanya, “… ?”
Ia menjawab, “Guru Lu! Sebenarnya Anda sendiri adalah orang yang waskita, Anda boleh mengajari insan supaya insan paham.”
* Untuk membaca lebih lengkap “Karya Tulis Dharmaraja Liansheng”, silahkan klik tautan berikut:
https://www.tbboyeh.org/ind#/index