Kutipan Dharmaraja Liansheng:
Hidup ini penuh dengan ketidakpastian, ketika hilang keseimbangan di depan banyak orang, apa reaksi Anda ?
Apa hikmah yang dapat Anda petik sesudah jatuh ?
Lewat sebuah pengalaman pribadi, Dharmaraja Liansheng menjelaskan makna hakiki dari pencerahan pada Anda.
Pascajatuh
Karya Tulis Dharmaraja Liansheng ke-254 【Pencerahan Termulia】
Pada suatu malam minggu, usai upacara homa, sehabis kami bersantap malam di Vihara Vajragarbha Taiwan.
Saya menjamah kepala siswa-siswa yang masih berada di vihara.
Usai jamah kepala.
Acarya Lianqin memberikan sebuah toya seukuran badan saya. Kebiasaan saya dari dulu, usai jamah kepala akan memainkan toya vajra.
Terlebih dahulu pasang kuda-kuda.
Memainkan toya.
Mengibas.
Menebas.
Menebang.
Memikul.
Menitik.
Mengangkat.
Memberi.
Sebatang toya saya mainkan dengan penuh energik dan gagah, beragam jurus tak terhadang oleh angin dan hujan. Saya memusatkan pikiran, tangan, kaki, badan, berputar dengan luwes, toya pun berputar mengikuti gerakan badan.
Namun, toya vajra tiba-tiba terpeleset, lepas dari tangan saya, sehingga toya pun melayang dari sebelah kiri, saya bergegas menangkap toya, meleset, hanya sedikit menyentuh badan toya, membuat toya melayang semakin jauh.
saya sempat panik, melangkah lebar untuk mengejar toya.
Tak disangka, permukaan lantai tidak rata, saya pun tersungkur.
Seluruh badan saya tersungkur ke depan, seketika hilang keseimbangan, kedua tangan dan kedua kaki tengkurap di lantai.
(bergaya mirip anjing makan kotoran)
Seketika terdengar jeritan di antara kerumuman umat.
Beberapa sekuriti bergegas lari menghampiri, memapah saya untuk berdiri.
Saya memeriksa badan sendiri. Saat itu badan saya langsung tengkurap, gravitasi ditambah kecepatan, apa lagi lantainya berbahan aspal, sangat keras, anehnya, kedua tangan tidak ada yang lecet.
Tangan tidak terkilir.
Lutut menekuk mengenai lantai.
Setelah periksa kedua lutut, tidak lecet, juga tidak cedera.
Pergelangan kaki, tidak keseleo.
Saya mengusap badan saya, baik-baik saja.
(Tidak ada sedikit pun luka lecet maupun luka dalam)
Saya berdiri kembali dan memegang toya.
Saya memainkan toya vajra sekali lagi, tetap penuh semangat.
Sekelebat.
Saya berkata, “Di mana saya terjatuh, di situlah saya terbangun!”
Kejadian baru berlalu semalam, berita sudah cepat sekali tersiar, lalu banyak ucapan salam datang dari berbagai pelosok:
Xinjiang.
Brunai.
New York.
Swedia, dan lain-lain …
Hampir semua umat Zhenfozong dan orang asing pun tahu ! Kejadian ini membuat saya sadar bahwa viral itu sangat menakutkan. Ada yang mengatakan saya sudah masuk rumah sakit, ada yang mengatakan saya sudah sekarat, ada yang mengatakan saya sudah kritis …
Ketahuilah:
Dalam realita kehidupan, ada kelahiran pasti ada kematian, ada kematian pasti ada kelahiran. Namun, sadhaka yang teragung, bebas dari kelahiran maupun kematian.
Jatuh, bangun, bangun jangan bergembira, jatuh jangan bersedih.
Segalanya alami, segalanya bebas leluasa.
Jika suatu hari kelak, Anda menemukan saya telah meninggal dunia, juga jangan bersedih ! Karena di dunia ini, sama sekali tidak pernah terjadi apa pun, adanya suka maupun duka, dikarenakan kemelekatan, paham ?
* Untuk membaca lebih lengkap “Karya Tulis Dharmaraja Liansheng”, silahkan klik tautan berikut: