Kutipan Dharmaraja Liansheng:
Dalam menekuni jalan pelatihan diri, sadhaka pasti menjumpai berbagai ujian dan rintangan, terutama perwujudan dari Buddha, Bodhisatva, yang dapat membuat sadhaka masuk ke dalam suatu alam, namun apakah alam tersebut itu nyata ?
Silahkan membaca artikel “Mara Menjelma Menjadi Buddha”.
Mara Menjelma Menjadi Buddha
Karya Tulis Dharmaraja Liansheng ke-167 【Dengarkanlah Suara Hatiku】
Banyak sekali orang bertanya pada saya, bila Mara menjelma menjadi Buddha, apa yang harus dilakukan oleh sadhaka ? Meski saya pernah menjawab pertanyaan ini, di sini saya akan mengulas kembali kasus ini dan memberikan jawaban penjelasan sekali lagi.
Ada seorang Guru Zen yang bernama Wu Guo yang tekun melakukan meditasi. Datang seorang ibu beserta putrinya yang ingin mempersembahkan sehelai jubah dan empat keping ingot perak kepada Guru Zen.
Pada malam itu, ketika Guru Zen melakukan meditasi hingga tengah malam, muncul penglihatan, ada sesosok Kumara berjubah hijau dengan tangan memegang teratai hijau yang diikuti beberapa Dewa, dengan diiringi alunan musik surgawi, membawa sebuah padmasana ke hadapan Guru Zen.
Kumara tersebut berkata:
“Guru Zen telah berhasil mencapai pencerahan, Buddha menganugerahkan padmasana untuk menjemput Anda, mohon Guru Zen menaiki padmasana.”
Guru Zen berpikir dalam hati:
“Saya melatih diri masih belum mencapai tingkat keberhasilan, daya samadhi juga masih belum cukup, jangan-jangan ini jelmaan Mara ?”
Kemudian Guru Zen Wu Guo menolak menaiki padmasana, hati Guru Zen tak tergoyahkan, ia mengambil sebuah ketingan untuk ditancapkan di bagian tengah padmasana, menghancurkan alam ilusi tersebut.
Keesokan hari, ibu beserta putrinya membawa sebuah ketingan datang bertanya kepada Guru Zen Wu Guo, “Semalam kuda betina di rumah kami yang sedang hamil mengalami keguguran, setelah diperiksa tidak ada janin, hanya ada sebuah ketingan, tidak tahu apakah ini milik Guru Zen, sehingga khusus mengembalikannya. Hanya saja yang sulit dimengerti mengapa ada sebuah ketingan di dalam kandungan kuda !”
Setelah mendengarnya, Guru Zen bercucuran keringat, mengatakan sebuah gatha:
Sehelai jubah selembar kulit.
Empat keping perak dan empat kaki.
Bila daya samadhiku tidak cukup.
Mungkin sudah menjadi kuda di rumah Anda.
Guru Zen Wu Guo tidak berani menerima persembahan, dan segera menghindar.
(Ini adalah contoh Mara yang menjelma menjadi Buddha)
Menurut saya:
Sadhaka Tantra yang menemui alam demikian, harus menjapa “Mantra Hati Mahaguru” atau “Mantra Muladinata” atau “Mantra Mulapala”.
Apabila benar adalah Buddha sejati yang menjemput, cahaya akan semakin bersinar terang. Apabila Mara yang menjelma menjadi Buddha, akan menghilang tanpa jejak, melarikan diri.
Bagi penganut aliran Sukhavati yang mengalami alam demikian, harus menyebut nama Buddha “Namo Amituofo”, apabila Buddha yang datang menjemput, padmasana akan bersinar terang. Apabila Mara yang menjelma menjadi Buddha, dengan menjapa nama Buddha, Mara dengan sendirinya akan lenyap.
Ingat:
Menekuni Dharma sejati, hati tidak galau.
Tidak serakah, tidak melekat, Mara pun tidak berdaya.
* Untuk membaca lebih lengkap “Karya Tulis Dharmaraja Liansheng”, silahkan klik tautan berikut: https://www.tbboyeh.org/ind#/index