Bab 1. Bag 6.2 ; Bag 7.1 ; Bag 8.1

Ulasan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana 
- Sngagsrim Chenmo -
Oleh Dharmaraja Lian-sheng Sheng-yen Lu 
28 Juli 1994
 
Bab 1. Bag 6.2 ; Bag 7.1 ; Bag 8.1
 
Bag 6.2. Pembahasan Pembagian Keduanya
Bag 7.1. Memahami Perbedaan Kedua Yana 
Bag 8.1. Memahami Makna Sejati 
 
Kita kembali mengulas ‘Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana’ ( Sngagsrim Chenmo / Mi-zong Dao Ci-di Guang-lun /密宗道次第廣論 ) :  Bag 6.2. Pembahasan Pembagian Keduanya ; Bag 7.1. Memahami Perbedaan Kedua Yana 
 ; Bag 8.1. Memahami Makna Sejati
 
Sebagian besar bagian ini membahas perihal : Antara Paramitayana dan Mantrayana tiada dibedakan yang mana lebih unggul dan yang mana lebih rendah. Mengapa dinyatakan demikian ? Sebab dalam kedua yana, sampai pada akhirnya, semua merealisasi Kebuddhaan paripurna.
 
Oleh karena itu kalimat pertamanya mengatakan : “Phalayana yang mengangkut ini, antara Mantrayana dan Paramitayana tiada perbedaan unggul dan rendah. Pencapaian kedua jalan ini adalah mengakhiri duskrta, merupakan Kebuddhaan yang menyempurnakan semua kualitas kebajikan.” Dulu saya kurang paham akan arti dari kalimat ini : “Pencapaian dari dua jalan ini adalah sama-sama mengakhiri semua duskrta ( perbuatan buruk ).” Mengapa disebut : “Mengakhiri semua duskrta ?” Apakah menggunakan semua kekeliruan sampai habis ? Sebenarnya tidak demikian ! Kata ‘berakhir’ ini bermakna ‘menyingkirkan’, yaitu menyingkirkan berbagai macam ‘duskrta’, menyempurnakan segala ‘punya’ ( kualitas baik ) dari Buddha-ksetra ( Negri Buddha ) . Mereka mempunyai titik tujuan yang sama. 
 
Dikarenakan sama, maka tidak ada pembedaan unggul dan rendah, sebab semua sedang berusaha memahami makna ‘Samyak-avavada’ ( Ajaran Kebenaran ),  inilah yang disebut sebagai ‘Memahami Makna Sejati’.
  
Dalam Mantrayana dan Paramitayana ada tiga hal utama yang sama yaitu : ‘ Samyak-drsti-jnana ( Pengetahuan Pandangan Benar )’ , ‘Bersukacita Dalam Bodhicitta’ dan ‘Menekuni Sad-paramita’.
 
Membahas perihal tiadanya perbedaan dalam hal ‘Samyak-drsti’ ( Pandangan Benar ) , sesungguhnya meskipun dalam Buddhisme terdapat banyak metode yang berbeda, kita tidak boleh mengatai bahwa metode tertentu tidak baik. Namun inilah fenomena yang sering terjadi di dunia Agama Buddha, masing-masing menyatakan  : “Metode-ku yang paling benar !” Sedangkan yang lain semuanya adalah sesat !  Banyak orang yang menyatakan demikian, bahwa Buddha Dharma dialah yang merupakan keyakinan benar, merupakan Buddhisme yang benar, sedangkan yang lainnya adalah Buddhisme sesat. 
 
Banyak orang mengatakan : “Aduh ! Jangan belajar Dharma dari Lu Sheng-yen, dia itu bermasalah.” Mereka mengatakan bahwa saya adalah aliran sesat, dulu saya pernah berkata bahwa sebenarnya bukan sesat atau menyimpang, tapi sedikit miring, maksudnya adalah saat tidur tentu sedikit miring, sedikit menekuk ( Mahaguru tertawa ) Karena Buddha mengajari kita supaya tidur dalam postur manggala, yaitu posisi jantung di bagian atas, postur berbaringnya mirip seperti udang yang telah direbus masak, sedikit melengkung, saya tidak bisa tidur sangat lurus seperti mayat, jadi mau tidak mau harus menirukan udang yang agak melengkung dan menghadap ke sisi kanan dalam postur manggala. 
 
Sesungguhnya Dharma tiada sesat dan lurus. Seperti kemarin telah diulas bahwa metode dalam Tantrayana ada yang berupa ‘Tanpa memutus nafsu keinginan’.
 
Seperti Sadhana Dewa Rejeki dan Sadhana Raga Vidyaraja, mereka tidak memutus nafsu keinginan ; Namun Ia menggunakan nafsu keinginan ini sebagai faktor pendukung bhavana. Bisa saja dikarenakan Anda memiliki nafsu keinginan, maka Anda menjadi lebih tekun bersadhana, tekun dalam Buddha Dharma dikarenakan ada sebuah harapan, ini juga tergolong sebagai metode Dharma.
  
Saya berikan sebuah contoh sederhana : 
 
Saat kita hendak pergi ke Jepang, bisa ditempuh melalui rute dari Seattle terbang langsung ke Bandara Narita di Tokyo,  ini sebuah rute penerbangan ; Namun rute tidak hanya satu, tidak hanya ada berupa rute langsung. 
 
Bisa kita umpamakan penerbangan langsung adalah lurus, namun yang ini tidak, yang ini dari Seattle kemudian harus transit di sebuah tempat, misalnya sampai di Alaska, kemudian dari Alaska terbang menuju ke Jepang, dia perlu berputar.
 
Untuk mencapai Jepang sangat mudah, kita bisa terbang dari sini menuju San Fransisco, kemudian dari San Fransisco menuju ke Jepang, ada banyak rute penerbangan menuju Jepang, tidak hanya satu. 
 
Apakah itu ‘Samyak-drsti’ ? ! Sesungguhnya asalkan bertujuan untuk mencapai Kebuddhaan, maka semuanya adalah ‘Samyak-drsti’. Dulu Tantrayana sempat dikritik dan dicemooh oleh banyak pihak, padahal Tantrayana juga merupakan jalan untuk mencapai Kebuddhaan.
 
Dalam Tantrayana ada banyak metode yang sangat unik ; Bahkan seakan-akan ada sedikit bayangan non Dharma di dalamnya. Banyak guru-guru Sutrayana berpesan kepada siswanya : “Jangan belajar Tantrayana.” , “Jangan menerima abhiseka Tantrayana”, sebenarnya ucapan ini bermasalah , sebab Mantrayana dan Paramitayana sama, semua sama berusaha untuk ‘Mengakhiri segala duskrta, menyempurnakan Kebuddhaan’ inilah yang dikatakan oleh Mahaguru Tsongkapa.
 
Oleh karena itu dalam hal ‘Samyak-drsti’ , Mantrayana sepenuhnya sama dengan Paramitayana atau Mahayana, tiada perbedaan. Banyak orang mengkritik Lu Sheng-yen, namun saya tidak pernah mengetahui bhiksu yang mengkritik Sadhana Tantra Zhenfo. Bhiksu mana yang mencemooh Mahapujana, Catursarana, Caturapramanacitta, Mahanamaskara, Sadhana Vajracitta Bodhisattva, Sadhana Guruyoga, Sadhana Yidam, Anuttaratantra dan Sadhana Vajra hingga Maha Ati ? 
 
Tidak ada orang yang mencemooh Sadhana Tantra Zhenfo. Sebab Sadhana Zhenfo berpedoman pada  ‘Samyak-drsti’, merupakan ‘Samyak-dharma’ ; Yang mereka cemooh adalah Lu Sheng-yen. Namun apa yang patut dicemooh dari saya ini ? Hal apa yang tidak benar pada diri saya ini ? Saya mengajari kalian kebajikan. Saya tidak mengajarkan suatu yang tidak baik, semua yang saya babarkan adalah satya. Jadi , bagaimana menurut Anda ?
 
Sadhana Tantra Zhenfo adalah  ‘Samyak-dharma dan Samyak-drsti’, bertujuan untuk merealisasi Kebuddhaan paripurna. Oleh karena itu tiada yang salah dan dapat ditekuni oleh semua.  
  
Berikutnya adalah kalimat : “Bersukacita Dalam Mengembangkan Bodhicitta”, Mahayana Paramitayana dan Mantrayana semuanya mengembangkan Bodhicitta. Anda perhatikan Caturapramanacitta dalam Tantrayana : ‘Maitri, karuna, mudita dan upeksha’ : Maitri yang tak terhingga, karuna yang tak terhingga, mudita yang tak terhingga dan upeksha yang tak terhingga. Masih ada lagi yaitu Sadhana Chod ( Mempersembahkan Tubuh ) , menjadi Bodhisattva yang secara total menyerahkan hidup dan waktu demi memberikan manfaat bagi semua makhluk. Inilah sebabnya mengapa Mantrayana digolongkan dalam Mahayana. 
 
Inilah yang dikatakan dalam ‘Abhisamayalajkara-sastra’ : “Membangkitkan Bodhicitta demi memberi manfaat pada semua makhluk dan merealisasi Samyaksambodhi.” Demikianlah antara Mantrayana dengan Paramitayana terdapat kesamaan dalam hal Bodhicitta. Sedangkan kalimat : “Buddha bermanifestasi demi memberi manfaat bagi semua makhluk.” , ini merupakan tujuan utama Mahayana, yaitu demi memberi manfaat pada semua makhluk. Pengembangan Bodhicitta ini adalah sepenuhnya membangkitkan maitri-karuna pada semua makhluk.
  
Seperti ikrar saya, “Menuntun insan walau tubuh harus hancur berkeping-keping”, ini bermakna tiada diri sendiri, berarti merelakan diri demi para insan.
 
‘Tubuh hancur berkeping-keping’ bermakna sekuat tenaga demi menuntun semua makhluk. Apakah yang demikian masih belum cukup ‘lurus’ ?! Harus bagaimana baru dapat disebut ‘lurus’ ? Mohon tanya, yang bagaimanakah ‘lurus’ itu ?
 
Mengembangkan Bodhicitta , sepenuhnya mempersembahkan hidup dan waktu diri sendiri , bukan demi diri sendiri, semuanya adalah demi semua makhluk, ini merupakan makna utama sebagai Bodhisattva Mahayana, oleh karena iu dikatakan sebagai ‘Bersukacita Dalam Mengembangkan Bodhicitta.’ Dalam hal ini Mantrayana dan Paramitayana sepenuhnya sama.
  
 Kemudian adalah menekuni Sad-paramita, tentu saja dalam Paramitayana ada penekunan Sad-paramita. Kita mengetahui kita perlu mempraktekkan dana, ksanti, sila, virya, dhyana dan Prajna, inilah bhavana Sad-paramita. Berbagai aktivitas yang dilakukan adalah demi memberi manfaat pada semua makhluk, inilah Sad-paramita dalam Paramitayana.
 
Demikian pula dalam Tantrayana juga terdapat Sad-paramita. Oleh karena itu ( Mantrayana dan Paramitayana ) sepenuhnya sama dalam tiga hal ini : ‘Samyak-drsti’, ‘Bersukacita Dalam Mengembangkan Bodhicitta’ dan ‘Penekunan Sad-paramita’. Mengusahakan kebahagiaan bagi semua makhluk, mencabut penderitaan mereka dan melaksanakannya sekuat tenaga dengan penuh sukacita, serta merelakan hidup dan waktu, inilah maitri-karuna-mudita-upeksha. Mahaguru sendiri menggunakan seumur hidup ini untuk mempraktekkan maitri-karuna-mudita-upeksha, inilah Caturapramanacitta.
 
Segala aktivitas sepenuhnya berdasarkan maitri, karuna, mudita dan upeksha, bahkan merelakan jiwa dan raga diri sendiri, niat sepenuhnya bagi semua makhluk, sepenuhnya demi aktivitas Bodhi menuntun semua makhluk.
  
Kita tiap sadhaka tantra juga harus mengembangkan empat ikrar : ‘maitri-karuna-mudita-upeksha’, ini adalah Empat Jenis Batin Tak Terhingga atau Caturapramanacitta, dengan mengembangkan Catur-apramana-citta ini barulah batin kita akan beryukta dengan batin semesta, dengan demikian barulah dapat mencapai keberhasilan. Dengan tekad agung ini barulah kita dapat beryukta dengan Kesadaran Semesta.
 
Di sini juga dibahas mengenai upaya kausalya dan Prajna. Kemudian separuh bagian di belakangnya membahas perihal ‘Dua Jenis Tubuh’ : “Merealisasi Dharmakaya melalui penembusan Prajna mendalam ; Merealisasi rupakaya melalui upaya kausalya luas. Namun Prajna yang tanpa upaya kausalya dan upaya kausalya yang tanpa Prajna , tidak akan dapat merealisasi dua jenis ‘kaya’ (tubuh) tersebut. Oleh karena itu Prajna dan upaya tidak terpisahkan, inilah keseluruhan tujuan Mahayana.”
 
Apa itu upaya kausalya ? Apa itu Prajna ? Semua telah mengetahui Prajna. Sebelumnya saya telah menceritakan perihal anak yang berbakat dalam mental artimatika, saat diberikan soal gabungan penambahan, pembagian, pengurangan, bahkan sekaligus ratusan soal, anak berbakat itu selalu mampu menjawabnya. Sejujurnya saat guru memberi saya soal pertama kemudian yang kedua, demikian saja saya sudah tidak sanggup. Sedangkan mereka , berapapun banyaknya angka, tetap mampu menjawabnya.
 
Sebenarnya orang cukup memberi soal sembilan angka ditambah sembilan angka, saya sudah tidak sanggup menghitungnya. Mereka disebut ‘berbakat’ sedangkan kita adalah ‘idiot’, bagaimana menandingi mereka ? Mereka makan nasi, kita juga ikutan makan nasi. Mereka minum sup, kita juga ikutan minum sup. Tapi kenapa masih jauh berbeda ? Apakah ini tergolong sebagai kebijaksanaan ? Sebenarnya kebijaksanaan mencakup banyak hal, diantaranya adalah :  daya ingat dan daya pemahaman, namun kebijaksanaan yang dibahas di sini adalah Prajna Sunya dari Tathagata , yaitu Kebenaran, Tathata.
  
Prajna di sini berbeda dengan kebijaksanaan secara umum, di sini kita mengulas Prajna Sunya Tathagata, Kebenaran , Tathata.
  
Bhavana adalah untuk menembusi Prajna Sunya nan mendalam, demi merealisasikan Dharmakaya. Selanjutnya, apa itu upaya kausalya ? ‘ Upaya kausalya tak terhingga demi merealisasikan rupakaya.’ Dalam sutra Buddha dan Risalah Agung Tahapan Jalan Tantrayana sangat banyak dibahas perihal upaya kausalya, sebenarnya untuk mengulas makna upaya kausalya dan Prajna dapat menggunakan perumpamaan kecil , dengan demikian Anda semua dapat memahaminya dengan jelas.
 
Kita gunakan listrik dan bohlam sebagai perumpamaan, listrik tidak berwujud, saat Anda memegang kabel dan listrik mengalir di hadapan Anda, Anda tidak dapat melihatnya, Anda tidak mengetahui kabel tersebut dialiri listrik atau tidak. Sebab listrik tidak berwujud.
  
Listrik diumpamakan sebagai Prajna. Kemudian Anda memasang bohlam, tekan tombol dan listrik mengalir, bohlam-pun menyala, cahaya bohlam ini disebut sebagai upaya kausalya, listrik adalah Prajna.
 
Saya membuat satu perumpamaan untuk Anda ( untuk menjelaskan bahwa ) Buddha tanpa upaya kausalya, sama halnya dengan tiada Buddha, hal ini akan dibahas pula dalam bagian berikutnya. Dalam bermanifestasi, Buddha sepenuhnya menggunakan upaya kausalya, oleh karena itu tanpa upaya kausalya tidak akan ada Buddha. Sebab meskipun Buddha itu ada, namun Ia tidak nampak, para insan tidak mengetahuinya, diumpamakan hanya ada listrik tanpa bohlam, tidak akan terlihat cahayanya, inilah perumpamaan yang saya pakai untuk mengulas Prajna dan upaya kausalya.   
 
Buddhata pada dasarnya sunya, Prajna sunya yang sangat agung, seluas angkasa. Sedangkan Sukhavatiloka adalah sebuah upaya kausalya, apabila Anda ingin mencapai Prajna Sunya Buddhata, maka Anda harus terlebih dahulu memahami cahaya terang Buddhata, diawali dengan mencapai Sukhavatiloka, menjadikan Ksetra-parisuddhi nan terang dan Ksetra-parisuddhi sukacita tak terhingga sebagai Buddha-ksetra, inilah fungsi dari upaya kausalya Buddha-ksetra, sebuah Buddha-ksetra yang dimanifestasikan.
 
Buddha Dharma yang kita tekuni ini juga bukan final, hanya Prajna Sunya Tathagata lah yang final. Saat Prajna Sunya Tathagata hadir secara eksternal, Ia menjadi Buddha Dharma, dan Buddha Dharma itu sendiri adalah upaya kausalya.
  
Berbagai upaya kausalya adalah supaya para insan dapat menekuninya, kemudian terus hingga melebur dalam Prajna Sunya Tathagata. 
  
Oleh karena itu, berbagai metode Buddha Dharma merupakan berbagai upaya kausalya. Melalui penjelasan sederhana ini , Anda dapat memahami apa itu Prajna dan apa itu upaya kausalya. 
 
Coba lihat, Prajna yang terpisah dari upaya, ataupun upaya yang terpisah dari Prajna, semua itu tidak dapat mensukseskan atau tidak dapat mencapai keberhasilan Dharmakaya dan rupakaya.
 
Sebab upaya yang tanpa Prajna menjadi tidak benar, akan menjadi kejahatan. Upaya yang mengandung Prajna adalah metode kebajikan, ialah Buddha Dharma.  Sedangkan Prajna tanpa upaya akan menjadi nirvana, tiada aktivitas, sepenuhnya merupakan Prajna Sunya yang tak bergerak, tidak menghasilkan fungsi apapun, Prajna ini adalah Tathata, apabila tidak menjadi upaya kausalya, ia akan sama dengan tiada.
 
Oleh karena itu Mahaguru Tsongkapa mengatakan bahwa upaya kausalya dan Prajna adalah tak terpisahkan, inilah keseluruhan tujuan Mahayana. Sekarang Anda sudah lumayan memahaminya.
  
Kehidupan di Amerika sungguh unik, ada beberapa hal yang tidak ditemukan di Taiwan. Misalnya Anda beli lampu hias di Handpark, membawanya pulang dan memasangnya. Aduh ! Ada lampu hias tapi tidak ada bohlamnya, saya sungguh heran, saya beli lampu hias tapi kenapa tidak ada bohlamnya ? Dia mengatakan bahwa bohlam harus dibeli secara terpisah, kemudian dipasang sendiri di rumah, antara lampu hias dan bohlam dijual secara terpisah.
   
Saya merasa kehidupan di Amerika sungguh tidak mudah, benda-benda yang diproduksi sungguh unik.  Saat saya membeli sebuah mesin cuci, hanya mendapatkan badan mesin cuci, bagaimana ini ?! Kemudian saya menelepon dan menanyakannya, mereka menjawab saya harus membeli selangnya di toko lain. Mesin cuci harus disambung dengan selang, tapi selang harus dibeli di toko lain. 
 
Selain itu, mesin cuci masih harus dirakit, saya bertanya pada mereka : “Siapa yang akan merakitnya ?” , mereka menjawab : “Anda harus memanggil tukang rakit mesin cuci.” Toko penjual mesin cuci tidak memiliki tanggung jawab untuk merakitnya, mereka hanya menjualnya.
  
Badan mesin cuci yang terbuat dari logam dijual di satu tempat. Sedangkan selang plastiknya dijual di toko lain. Di Amerika terdapat pembagian kerja yang sangat mendetail.
  
Furniture di Taiwan semua dapat dibeli langsung jadi. Sedangkan di Amerika dikemas berkardus-kardus, bagaimana ini ? Saya mengatakan ingin membeli yang langsung jadi. Dia menjawab : “No ! Ini hanya sebuah model, hanya sebagai contoh.” Sampai di rumah Anda harus memakunya sendiri, menyusunnya berdasarkan gambar. Sungguh berbeda dengan kehidupan di Taiwan. Saat baru tiba di sini, wah ! furniture perlu dirakit sendiri, saya harus menjadi tukang kayu.
 
Membeli barang perlu secara terpisah, sangat merepotkan. Apabila orang Barat belajar Buddhisme, mereka akan mengetahui bahwa Prajna dan upaya kausalya tidak boleh dipisahkan. Mereka memisah-misahkan, sungguh merepotkan. Prajna dan upaya tidak boleh dipisahkan, sebab Prajna tidak bergerak, sedangkan upaya adalah mewujudkan.
  
Semua Buddha Dharma adalah demikian adanya, semuanya dimanifestasikan. Apabila Tathagata tidak memanfaatkan upaya kausalya, maka para insan tidak akan mempunyai Buddha Dharma untuk ditekuni hingga mencapai Kebuddhaan. Sebab Tathagata sendiri pada dasarnya merupakan Prajna bagai angkasa, tidak dapat didekati. Supaya Anda dapat mendekatinya, harus menggunakan Buddha Dharma untuk menuntun Anda semua. Sedangkan Buddha Dharma sendiri merupakan sebuah Upaya kausalya. 
  
Kita Tantrayana menggunakan banyak upaya kausalya untuk menuntun para insan, seperti Sadhana Raga Vidyaraja dan Sadhana Dewa Rejeki, semuanya merupakan upaya kausalya untuk menuntun semuanya menekuni Buddhisme, kemudian melampauinya, melebur dalam Prajna Sunya Tathagata. Itu semua adalah Samyak-dharma, oleh karena itu tidak boleh mengatakan bahwa metode tersebut merupakan metode adharma ( non Dharma ). 
  
Tidak peduli bagaimanapun, tujuan akhirnya adalah Kebuddhaan yang sama. Dalam hal ini kita semua harus memahaminya dengan sangat jelas.
  
Oleh karena itu , kalimat terakhir mengatakan  : “Tujuan pembabaran upaya kausalya adalah mensukseskan rupakaya. Merupakan bhavana yang disesuaikan dengan rupakaya untuk beryoga dengan Istadevata, ini merupakan upaya yang sangat unggul.” Dalam Tantrayana ada Sadhana  Istadevata-yoga, “Merupakan bhavana yang disesuaikan dengan rupakaya untuk beryoga dengan Istadevata”, ini merupakan upaya kausalya.
   
Kelak akan diulas untuk Anda semua. Pengulasan utama hari ini adalah : Di antara Mantrayana dan Paramitayana tiada perbedaan dalam hal unggul dan rendah. Selain itu kita juga telah mengulas apa itu upaya dan apa itu Prajna. Kemudian dari upaya dapat masuk dalam Prajna ; Kita harus menggunakan upaya yang mengandung Prajna untuk mensukseskan karya Buddha.
 
Om Mani Padme Hum.
 
 
28 Juli 1994
「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。