7 Agustus 2021 Pujabakti Sadhana Bhagavati Cundi di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

7 Agustus 2021 Pujabakti Sadhana Bhagavati Cundi di Seattle Ling Shen Ching Tze Temple

【Liputan TBS Seattle Ling Shen Ching Tze Temple】

Tanggal 7 Agustus 2021 tepat saat permulaan musim gugur, cuaca di Seattle terasa sangat nyaman. Diiringi Mantra Hati Padmakumara, segenap siswa menyapa Mahaguru, bersama Mahaguru bernamaskara kepada altar mandala, dan memulai pujabakti.

Usai pujabakti, Mahaguru memanjatkan permohonan kepada Bhagavati Maha Cundi, Vajra Terunggul, untuk menggunakan daya terunggul membersihkan semua virus. Mahaguru mengabarkan bahwa Akademisi Zhu Shiyi (Shih-i Chu/朱時宜) telah berpulang. Pada dini hari pukul 1 lebih, saat menyeberangkan arwah korban pandemi yang telah dilakukan secara rutin setiap malam selama masa pandemi, Mahaguru melihat kedatangan Akademisi Zhu Shiyi, selain itu juga terjadi dua fenomena istimewa.

Pertama, saat mempersilakan Akademisi Zhu Shiyi menempati tempat duduk pertama di atas bahtera Dharma yang pertama, pada saat yang sama, semua tempat duduk pertama ribuan bahtera Dharma, muncul Akademisi Zhu Shiyi, semua arwah melihat tubuh Akademisi Zhu Shiyi memancarkan sinar, ada sinar tak terhingga, ada sinar ratusan mestika, ada sinar suci, mereka berseru : "Hari ini, Bodhisattva datang mengemudikan bahtera !", ribuan bahtera Dharma dengan cepat mengangkasa, segenap arwah melafal Buddha, Dharma, dan Sangha. Bahtera Dharma dengan cepat mencapai Sukhavatiloka, mereka semua berlabuh di pantai seberang. Saat itu, muncul fenomena kedua, Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara, dan Bodhisattva Mahastamaprapta datang menyambut Akademisi Zhu Shiyi, kemudian Akademisi Zhu Shiyi melebur dalam tubuh Buddha Amitabha.

Mahaguru mengungkapkan, pengetahuan Akademisi Zhu Shiyi sangat luas, beliau adalah Sarjana dan Magister Kimia dari National Taiwan University, Ph.D. dari Departemen Fisika, Universitas Tsinghua,  Ph.D. dari Departemen Fisika Kimia, Universitas Harvard, Akademisi Academia Sinica, dan telah memperoleh sangat banyak gelar kehormatan. Seumur hidup, dalam hal religius, beliau belajar kepada Mahaguru, mendengar Dharma, belajar Dharma, dan bersadhana. Beliau telah mencapai keberhasilan bhavana yang sangat baik, semoga Beliau dapat menggunakan "Nyingtik" untuk membimbing insan.

Mahaguru menjelaskan bahwa Nyingtik dalam Tantra merupakan Bodhi tertinggi, dari satu Akademisi Zhu Shiyi bisa menjelma menjadi seribu, merupakan tubuh penjelmaan, apalagi beliau dapat memancarkan demikian banyak sinar, Beliau adalah Bodhisattva. Beliau melebur dalam tubuh Buddha Amitabha, ini adalah : "Sinar anak lebur manunggal dengan sinar induk."

Mahaguru mengisahkan cerita humor untuk menyampaikan pesan bahwa melafal Nama Buddha jangan hanya sebatas bibir tanpa hati.

◎ Interaksi Adalah Kekuatan – Anda Bertanya Saya Menjawab

Siswa bertanya :
Siswa semenjak kecil sudah kehilangan penglihatan, siswa kesulitan untuk memvisualisasikan wujud, bolehkah membayangkan suara Mulacarya untuk menggantikan visualisasi wujud Mulacarya ? Mohon petunjuk Mahaguru, bagi saya yang telah kehilangan penglihatan semenjak kecil, dalam hal visualisasi makanan sebagai persembahan dan dalam homa, bagaimanakah cara terbaik untuk melakukan persembahan kepada Mulacarya dan Buddha Bodhisattva ?

Mahaguru menjawab :
Nama Avalokitesvara berarti bahwa suara pun juga bisa divisualisasikan, Avalokitesvara adalah Bodhisattva yang memvisualisasikan suara, oleh karena itu, bisa menggunakan suara untuk memvisualisasikan Buddha Bodhisattva dan Mulacarya.

Anda gunakan suara untuk visualisasi, inilah Avalokitesvara. Sepenuh hati adalah persembahan terbaik. Bayangkan benda yang terbaik, benda terbaik yang pernah Anda raba, kemudian sepenuh hati mempersembahkannya. Walau kehilangan penglihatan, Anda bisa menggunakan makanan terlezat yang pernah Anda makan, visualisasikan untuk dipersembahkan. Kasur untuk tidur juga bisa dipersembahkan. Jika Anda memiliki anjing penuntun, atau sebuah tongkat, ini juga bisa dipersembahkan. Apa pun bisa dipersembahkan, gunakan hati Anda untuk memvisualisasikannya, inilah cara terbaik untuk mempersembahkan kepada Mulacarya dan Buddha Bodhisattva.

Siswa bertanya :
Hati dan prana yang menyatu adalah samadhi. Mohon petunjuknya, apakah prana berjalan mengikuti hati ? Bagaimana hati dan prana tidak menyatu ? Bagaimana mengatasi hati dan prana yang tidak menyatu ?

Mahaguru menjawab :
Saat prana ada di luar, misalnya napas, Anda bisa merasakan prana. Saat sama sekali tidak merasakan prana, tidak merasakan napas, berarti kondisi hati sangat tenang. Saat napas tersengal, hati juga ikut kacau. Hati tidak berwujud, begitu prana gerak, hati pun gerak, oleh karena itu saat bersamadhi, hati dan prana menyatu, yaitu saat napas menjadi sangat halus, hati pun menjadi sangat hening.

Saat marah, prana pun gerak, prana gerak, suara gerak, wajah dan leher memerah dan membengkak, mata memerah, saat itu kondisi hati sangat tidak tenang. Sadhaka yang sejati, hatinya tidak goyah, prana tidak goyah. Fokus pada pengamatan hitung napas, saat tidak merasakan napas, prana sangat halus, pikiran pun tidak akan bangkit.

Pikiran tidak bangkit, memasuki amanasikara, inilah samadhi, hanya tersisa satu pikiran, pikiran napas juga merupakan samadhi. Dari satu pikiran masuk tiada pikiran, inilah samadhi. Hati berjalan mengikuti prana, saat napas terlampau kasar, hati tidak akan tenang, saat napas benar-benar sangat halus, barulah hati menjadi tenang, saat itu hati dan prana menyatu.

Saat hati dan prana tidak menyatu, bisa gunakan hitung napas, atau visualisasi ketidakmurnian, atau visualisasi paras Buddha untuk mengatasinya. Visualisasi Buddha dan Bodhisattva, visualisasikan paras-Nya, pikiran fokus pada wajah Buddha dan Bodhisattva, fokus pada mata ketiga Buddha Bodhisattva, menjadi satu, ini merupakan metode untuk mengatasinya.

Visualisasi adalah metode untuk mengatasi prana yang kacau, saat hati dan prana menyatu, fokus dan tak galau, di saat pikiran tidak muncul, inilah samadhi. Fokus juga samadhi, sebab fokus ada pada visualisasi.

◎ Mahaguru Melanjutkan Pengulasan Sutra Vajracchedika Prajnaparamita

Sutra Vajracchedika Prajnaparamita merupakan Sutra yang menggunakan kebijaksanaan yang tak lapuk untuk menghancurkan semua, memperoleh keberhasilan tiada tara dan tertinggi.

"Demikianlah yang aku dengar."

Sama seperti saya berada di lokasi mendengarkan pembabaran Dharma Buddha Sakyamuni. Kata "aku" terutama menunjuk kepada Y.A. Ananda beserta semua orang yang saat itu mendengar pembabaran Dharma dari Buddha Sakyamuni.

"Pada suatu waktu, Buddha sedang berdiam di Jetavana di kota Sravasti."

Buddha di kota Sravasti, Jetavana menunjuk pada Arama Anathapindada. Buddha pernah berdiam di tiga tempat, yang paling awal di sebuah gua di Grdhrakuta, kemudian di Vihara Venuvana, dan terakhir adalah Arama Anathapindada. Jetavana menunjuk pada Pangeran Jeta. Taman tersebut mulanya adalah milik Pangeran Jeta. Grhapati Anathapindada adalah seorang dermawan besar di kota Sravasti, beliau gemar berdana makanan dan tempat tinggal kepada anak yatim, janda, atau laki-laki sebatang kara yang miskin, sehingga beliau dijuluki Anathapindada (Ia yang dermawan kepada yatim dan janda). Beliau ingin mempersembahkan sebuah taman kepada Buddha Sakyamuni.

Y.A. Sariputra memeriksa topografi, mencari ke seantero Sravasti, dan memilih taman milik Pangeran Jeta. Pangeran Jeta memberitahu Anathapindada, "Asalkan bisa menggunakan emas untuk melapisi taman, maka saya akan jual kepada Anda." Anathapindada sungguh melapisinya dengan emas, dan Pangeran Jeta pun menjualnya kepadanya. Namun di dalam taman ada banyak pohon yang tidak dilapisi emas, Pangeran Jeta mengatakan, "Karena Anda hendak mempersembahkan tanah ini kepada Buddha Sakyamuni, maka saya persembahkan pohon saya kepada Buddha Sakyamuni." Maka disebut Jetavana-anathapindasyarama, disingkat menjadi Arama Anathapindada.

"Bersama dengan 1250 biksu agung."

Berjumlah 1250 orang, bisa memuat orang sebanyak itu.

"Pada saat hampir tiba waktunya untuk bersantap, Bhagavan mengenakan jubah dan membawa patra untuk berpindapatika di kota Sravasti."

Tiba waktunya untuk bersantap, Buddha mengenakan jubah, membawa patra, masuk ke kota Sravasti untuk berpindapatika.

"Usai berpindapatika di dalam kota, Beliau kembali ke tempat semula. Usai bersantap, Beliau merapikan jubah dan patra, membasuh kaki, dan menata tempat duduk, kemudian duduk di atasnya."

Dalam hal makan, ada ilmunya, Mahakasyapa berpindapatika kepada orang miskin, sebab Beliau ingin memberi berkah kepada orang miskin, supaya kelak mereka hidup makmur. Y.A. Ananda berpindapatika kepada orang kaya, sebab Beliau ingin mengurangi beban orang miskin. Buddha mengatakan, pendapat kalian beralasan, namun juga tidak beralasan, kalian tidak punya pandangan kesetaraan ! Pergi untuk berpindapatika, bertemu siapa maka makan apa adanya, jangan memilih, karena memilih berarti menyimpang.

Dalam hal tempat tinggal juga ada ilmunya, dalam Sutra Vajra dibahas perihal makan, berpakaian, bertempat tinggal, dan beraktifitas. Mahakasyapa nomor satu dalam hal dhuta, dalam hal makan, berpakaian, bertempat tinggal dan beraktifitas, Beliau berbeda dengan orang lain. Makan, terlebih dahulu Beliau bervisualisasi, mempersembahkannya kepada para Buddha dan Bodhisattva, dipersembahkan kepada semua makhluk sadgati, kemudian memvisualisasikan makanan tersebut menjadi kotoran, dan kuah yang diminum menjadi air seni. Seorang sadhaka tidak hanya berpandangan setara, bahkan perlu memvisualisasikan makanan tersebut menjadi benda yang paling sukar ditelan.

Bertempat tinggal, Mahakasyapa tinggal di kuburan, bertempat tinggal di antara pusara, di gua, atau di bawah pohon. Mahakasyapa adalah seorang siswa Buddha yang sangat agung, Beliau tidak berdiam di arama, tidak tidur di atas tempat tidur, sudah pasti tidak berbaring, Beliau tidur dalam postur duduk.

Berikutnya adalah "berpakaian", saat itu jubah Buddha Sakyamuni adalah sehelai kain. Pada masa awal, Mahakasyapa yang nomor satu dalam hal dhuta menggunakan kain kafan sebagai jubah.

"Membawa patra untuk berpindapatika di kota Sravasti. Usai berpindapatika di dalam kota…"

Semua pergi berpindapatika, berjalan tanpa alas kaki, bahkan di musim panas, di India banyak turun hujan, sehingga ada masa varsa. Masa varsa artinya, karena di kala hujan, ulat pun muncul, supaya tidak menginjak ulat, maka selama kurun waktu tiga bulan semua berdiam.

Setelah berpindapatika di dalam kota, "kembali ke tempat semula", kembali ke Arama Anathapindada. Setelah bersantap, semua merapikan jubah, membersihkan semua. "merapikan jubah dan patra, membasuh kaki", karena telanjang kaki, telapak kaki kotor, maka perlu membasuh kaki.

Mahaguru membabarkan dengan sangat detail, seolah-olah menuturkan peristiwa yang pernah dilalui sendiri, membuat semua yang mendengar memusatkan perhatian, masuk ke dalam lorong waktu, hadir secara langsung di lokasi pembabaran Dharma Buddha 2600 tahun lampau.

Meskipun Mahaguru mengisahkan dua cerita humor untuk mengakhiri Dharmadesana hari ini, semua masih menyelam dalam kenangan zaman Buddha Sakyamuni di dunia, seakan langsung mendengar tuturan Dharma dari Hyang Bhagavan, hati dipenuhi Dharmasukha tak terhingga. Di penghujung acara, Mahaguru mengadhisthana semua, dan semua berjalan pulang dengan membawa berkah teragung berupa kebijaksanaan mahaluas.

-------------------------------------------------------
Artikel lengkap Dharmadesana dapat disimak melalui situs True Buddha News (Bahasa Mandarin):
www.tbsva.org/tbnw/epaper_detail1734.htm l

Marilah kita saksikan berbagai ceramah Dharma berharga yang disampaikan oleh Dharmaraja Liansheng di kanal YouTube:
https://youtube.com/c/TBSNTVIndonesia

「一生一咒」800萬遍上師心咒活動,從今年師尊的佛誕日正式啟動,請參加者到TBSN官網以下鏈接登記資料: 每持滿十萬遍上師心咒者,宗委會將把名單呈給師尊加持。每持滿一百萬遍者,將列名護摩法會功德主,資料請師尊主壇護摩法會時下護摩爐。