Wonogiri, 12 Juni 2024
Tantrayana Zhenfo Zong di Indonesia menorehkan sejarah baru dengan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Majelis Zhenfo Zong Kasogatan dengan Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Raden Wijaya. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan di Kantor Ketua STABN Raden Wijaya pada hari Rabu, 12 Juni 2024. Pandita Dharmaduta Suyamto mewakili DPP Majelis Zhenfo Zong Kasogatan dan Dr. Sulaiman, Ph.D. selaku ketua STABN Raden Wijaya bersama-sama menandatangani nota kesepahaman. Dengan penandatanganan MoU ini, kedua belah pihak sepakat untuk bermitra dalam upaya pengembangan kompetensi mahasiswa STABN Raden Wijaya, khususnya di Jurusan Kepanditaan.
STABN Raden Wijaya telah membuka Jurusan Kepanditaan Buddha. Dalam pelaksanaan perkuliahan, jurusan ini menjalin kerjasama dengan Majelis Agama Buddha dari tiga mazhab, yaitu Theravada, Mahayana, dan Tantrayana, untuk memberikan pelatihan kepada para mahasiswanya. STABN Raden Wijaya mengundang Majelis Zhenfo Zong Kasogatan untuk turut serta mengisi pelatihan tersebut. Tujuannya adalah agar para mahasiswa, calon pandita atau penyuluh Agama Buddha, dapat memahami ajaran Buddha dari berbagai mazhab, termasuk Tantrayana Zhenfo Zong.
Majelis Zhenfo Zong Kasogatan menyambut baik ajakan ini, melihatnya sebagai peluang untuk menyebarkan Dharma Tantrayana Zhenfo Zong melalui jalur akademik. STABN Raden Wijaya memilih Majelis Zhenfo Zong Kasogatan karena melihat kiprah majelis dalam membabarkan Dharma Tantra di Nusantara, hingga ke pelosok desa, terbukti dari banyaknya Vihara Zhenfo Zong yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari MoU ini, pada hari yang sama. Majelis Zhenfo Zong Kasogatan dan STABN Raden Wijaya melaksanakan Pelatihan Pandita Tantrayana kepada 21 mahasiswa. Kegiatan dilaksanakan selama satu hari, dari pukul 09.00 hingga pukul 16.00 dengan materi:
1. Pengenalan Mahamula Acarya Liansheng dan Tantrayana Zhenfo Zong, disampaikan oleh Pandita Dharmaduta Waliono.
2. Mengenal Dharmaduta, Struktur Organisasi, dan Sila Tantrayana Zhenfo Zong, disampaikan oleh Pandita Dharmaduta Tasimun.
3. Tantrayana dan Kearifan Lokal, disampaikan oleh Pandita Dharmaduta Suyamto.
4. Pengenalan Sadhana Tantrayana Zhenfo Zong, disampaikan oleh Acarya Shi Lianfei.
Dalam kesempatan berbincang dengan Acarya Shi Lianfei, Dr. Sulaiman, Ph.D. menyampaikan bahwa STABN Raden Wijaya telah membuka Program Pendidikan (Prodi) Kepanditaan. Dengan program ini, pemerintah berharap seluruh pandita Buddha di Indonesia dapat meningkatkan kompetensi kepanditaan secara akademik. Pihaknya akan memberikan kemudahan bagi Pandita Buddha yang mengikuti perkuliahan ini. Menanggapi hal tersebut, Acarya Shi Lianfei akan menghimbau kepada seluruh pandita Zhenfo Zong di Indonesia untuk mengambil kesempatan baik ini dengan mengikuti kuliah jurusan kepanditaan di STABN Raden Wijaya.
Pada sesi penutupan, Dr. Sulaiman (atas nama STAB) dan Pandita Tasimun (mewakili Zhenfo Zong Kasogatan) menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya pelatihan dan kontribusi para pihak. Acara diakhiri dengan doa penutup oleh Acarya Shi Lianfei dan penyerahan sertifikat kepada peserta.
Mengakhiri perjalanan ke STABN Raden Wijaya, pada hari berikutnya, Acarya Shi Lianfei beserta rombongan singgah ke Candi Ceto. Candi yang terletak di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah ini bercorak Hindu. Menurut sejarah, kawasan Candi Ceto adalah tempat Raja Majapahit terakhir, Prabhu Brawijaya V mencapai moksa.
Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit. Di bawah kepemimpinan Raden Wijaya, Kerajaan Majapahit menjelma menjadi kerajaan besar yang membawa Nusantara mencapai masa keemasannya. Kejayaan ini diwarnai dengan suasana gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, dan keharmonisan antar masyarakat. Agama Hindu dan Buddha mazhab Tantrayana menjadi dua agama utama yang dianut oleh rakyat Majapahit. Namun, kejayaan ini tak abadi. Pada masa kepimpinan Brawijaya V tahun 1478, Kerajaan Majapahit runtuh, dan menjadi awal dimulainya peradaban Islam di Nusantara.
Candi Ceto, petilasan Raja Brawijaya V, keturunan Raden Wijaya, menjadi saksi perjalanan spiritual Acarya Shi Lianfei dan rombongan. Kunjungan tak terduga ini merupakan jalinan jodoh karma, untuk tapak tilas 546 tahun setelah tenggelamnya Dharma Tantra bersama dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit. Perjalanan Acarya ke STABN Raden Wijaya seolah telah diatur oleh yang di Atas untuk sowan ke petilasan Raja Brawijaya V, Candi Ceto. Semoga panggilan spiritual ini menjadi pertanda kebangkitan kembali ajaran Tantra di Nusantara. Dharmayatra Acarya Shi Lianfei menjadi sempurna dengan pradaksina di altar Dewi Sarasvati.