Ulambana 2025, Momentum Bakti Kepada Leluhur dan Doa untuk Kedamaian Bangsa
Liputan: Sekretariat Kasogatan
Tangerang, 31 Agustus 2025 — Vihara Vajra Bumi Nusantara melaksanakan upacara Ulambana yang diawali dengan perapalan Mantra Sataksara selama delapan jam tanpa jeda, dilanjutkan dengan upacara Api Homa Vajrasattva yang dipimpin oleh Acarya Shi Lian Fei. Pelaksanaan dimulai pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB, menekankan aspek disiplin spiritual dan kesungguhan dalam praktik devosi.
Dalam tradisi Buddhis, khususnya pada bulan ketujuh penanggalan lunar, Ulambana dipahami sebagai momen penting untuk mempersembahkan jasa kebajikan kepada leluhur. Bulan ini kerap disebut sebagai bulan bakti, yakni waktu bagi umat untuk menunjukkan penghormatan dan rasa terima kasih kepada orang tua maupun leluhur yang telah tiada. Pada ajaran Tantrayana Zhenfo Zong, Mahamulacarya Lian Sheng menghimbau umat untuk merapal Mantra Balas Budi Orang Tua “Nan Mo Mi Li Duo Duo Bo Yi Suo Ha” (南無密栗多哆婆曳娑訶), yang ditujukan bagi orang tua di kehidupan kini maupun kehidupan lampau, sebagai wujud bakti lintas kehidupan.
Selain penghormatan kepada leluhur, upacara ini juga diarahkan untuk kesejahteraan umat yang hadir serta keselamatan bangsa Indonesia. Doa kolektif bagi bangsa menjadi relevan mengingat situasi sosial politik yang dinamis, ditandai dengan munculnya berbagai aksi demokratis di sejumlah wilayah.
Upacara Api Homa menggunakan tungku ala Tibet yang disusun dari bata di area luar Dharmasala, memungkinkan penampungan sarana puja dalam jumlah besar. Hal ini memberi ruang partisipasi bagi umat untuk mempersembahkan sarana puja secara mandiri, yang kemudian dihias dengan penuh keindahan sebagai simbol ketulusan dan kesungguhan hati. Melalui persembahan ini, diyakini pahala dari Api Homa akan menjadi lebih agung dan sempurna.
Dalam dharmadesana, Acarya Shi Lian Fei menegaskan pentingnya keyakinan, tidak hanya kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, tetapi juga keyakinan penuh kepada Mulacarya. Dalam perspektif Tantrayana, Mulacarya dipandang sebagai representasi kesucian jasmani, ucapan, dan pikiran para Buddha dan Bodhisattva. Melalui hubungan dengan Mulacarya, seorang sadhaka memperoleh kebijaksanaan serta adhistana silsilah yang autentik, sehingga keyakinan ini dipandang mutlak bagi kemajuan spiritual.
Dharmadesana acarya diawali dengan pengukuhan tiga Dharmaduta, yakni Pandita Dharmaduta David dari Vihara Vajra Bumi Nusantara, Pandita Dharmaduta Lo Liana, serta Pandita Lokapalasraya Melinda Kosasi dari Vihara Pelangi Ksitigarbha Jakarta. Ketiganya telah lulus seleksi Dharmaduta Zhenfo Zong periode ke-8 yang diadakan oleh True Buddha Foundation pada 3–5 Juli 2025 di Tangerang. Prosesi penutupan diisi dengan penganugerahan abhiseka homa kepada para pandita dan umat, serta pemberkahan Vajrasattva kepada seluruh hadirin.
Kehadiran jajaran pengurus DPD Walubi Banten, termasuk Ketua Ricky Tansil beserta Sari Rahayu, Piyawadi Sadhamma, Andreas, Tho Jin Keng, Dede, dan Venky Suvendry, menambah kekhususan acara ini. Partisipasi mereka mencerminkan peran aktif Walubi dalam mendukung doa lintas umat bagi keselamatan bangsa, sejalan dengan arahan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Dengan demikian, upacara Ulambana di Vihara Vajra Bumi Nusantara tidak hanya berfungsi sebagai praktik spiritual untuk menghormati leluhur, tetapi juga memperkuat keyakinan umat, mengukuhkan kader Dharmaduta, serta menegaskan komitmen spiritual umat Buddha terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.