Tiga Lapis Persembahan, Satu Tujuan: Memohon Buddha Menetap di Dunia
Liputan: Tim Publikasi VVBSriwijaya
Upacara Agung Trimula Puja dan Persembahan kepada Mahadewi Yaochi untuk Memohon Berkah dan Keberlanjutan Dharma
Palembang, 7 Desember 2025 – Suasana Vihara Vajra Bumi Sriwijaya dipenuhi oleh nuansa khidmat dan semarak. Umat dari berbagai penjuru berkumpul untuk mengikuti Upacara Trimula Puja yang dipimpin secara langsung oleh Acarya Lian Yuan. Seruan “Bao Fu!” (Berkah!) yang penuh sukacita berkali-kali menggema, melambangkan kebahagiaan dan rasa syukur atas terselenggaranya ritual yang penuh makna ini.
Dalam ceramah Dharma yang lugas dan penuh semangat, Acarya Shi Lian Yuan mengajak umat menyelami esensi terdalam di balik kemegahan persembahan di altar. “Ini bukan semata tentang keindahan dekorasi atau kelimpahan sesaji,” tegas Acarya. “Ini adalah perwujudan nyata dari ‘Sadhana Memohon Berkah agar Cahaya Buddha Tetap Bersinar di Dunia’.”
Acarya menjelaskan bahwa segala kemegahan itu merupakan sebuah upaya “menggugah” atau “memohon perhatian” yang dilakukan dengan ketulusan hati. Tujuannya adalah untuk membangkitkan welas asih dan memohon pemberkatan dari semua Buddha, Bodhisattva, Mahadewi Yaochi, serta Para Dewa.
Lebih lanjut, Acarya memaparkan bahwa Upacara Trimula Puja Mahadewi Yaochi ini merupakan persembahan universal yang terdiri dari tiga lapisan:
1. Persembahan ke Atas: Dipersembahkan kepada Para Buddha, Bodhisatwa, dan Dewata.
2. Persembahan ke Tengah: Dipersembahkan kepada sesama manusia. Bahan persembahan seperti beras dan minyak akan didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan, mengubah ritual menjadi aksi kepedulian sosial yang nyata.
3. Persembahan ke Bawah: Dipersembahkan kepada semua makhluk, termasuk leluhur yang telah meninggal serta makhluk di alam yang menderita.
Dengan demikian, kita menggugah kesadaran dan welas asih seluruh semesta, dari alam tertinggi hingga yang terdalam, agar semua makhluk berbahagia dan turut mendukung tujuan luhur kita,” jelas Acarya.
Pesan yang paling menyentuh adalah penegasan tentang vitalnya keberadaan seorang Mahaguru dalam perjalanan spiritual. Acarya mengibaratkan Mahaguru bagaikan matahari yang menyinari dan menghangatkan kehidupan spiritual umat. “Mahaguru adalah perwujudan hidup dari Triratna. Tanpa bimbingan Beliau, bagaimanakah kita dapat sungguh-sungguh mengenal jalan Para Buddha dan Bodhisatwa? Ibarat sekolahan tanpa guru, ilmu takkan dapat diserap dengan benar,” ungkap Acarya dengan penuh keyakinan.
Upacara ditutup dengan ritual Apihoma Mahadewi Yaochi sebagai puncak permohonan, menegaskan komitmen sejati umat untuk secara tulus memohon berkah usia panjang, kesehatan, dan kehadiran terus-menerus Mahaguru di dunia, yang merupakan sumber cahaya Dharma yang tak henti menerangi jalan para siswa.