Bag 30. Tanya Jawab
Dharmadesana mengenai abhiseka :
Abhiseka Bodhisattva Dewa Bumi, sebentar lagi saya akan menyentuhkan rupang Bodhisattva Dewa Bumi pada puncak kepala kalian. Dalam abhiseka yidam, Anda cukup memvisualisasikan yidam diri sendiri, bagi yang belum mengetahui siapa yidamnya, maka japa aksara “A”, visualisasikan aksara “A” di puncak kepala, sebab aksara “A” ini dapat digunakan untuk semua Adhinatha. Jika sampai saat ini Anda belum sampai pada penekunan sadhana yidam, maka visualisasikan aksara “A” di puncak kepala, apabila Anda tidak bisa memvisualisasikannya, saya tidak tahu lagi harus mengatakan apa ? Apabila Anda mengetahui yidam Anda, misalnya salah satu di antara Astamahadhinatha ( 8 Yidam ), maka visualisasikan yidam berada di puncak kepala, saat Mahaguru mengabhiseka Anda, visualisasikan yidam Anda sendiri, bagi yang tidak tahu, boleh memvisualisasikan aksara “A” di puncak kepala, bagaimana cara menuliskan aksara “A” ? Satu garis horizontal, kemudian satu kaitan, dan satu kaitan lagi, bagi yang tidak tahu, harap segera bertanya pada umat Sedharma.
Hari ini merupakan hari ke-6 dalam pengulasan lengkap tata cara Sadhana Tantra Zhenfo, lima hari sebelumnya telah mengulas tahap awal, tahap inti dan tahap akhir dengan sangat jelas dan mendetail, dan di sore hari ke-6 ini, diberikan kesempatan bagi semua untuk bertanya, pertanyaan seputar sadhana. Anda telah meletakkan kertas pertanyaan di sini, nanti akan saya bacakan, kemudian secara ringkas menjawab pertanyaan Anda. Sebelum menjawab pertanyaan Anda, terlebih dahulu akan saya bahas pentingnya Sadhana Tantra Zhenfo. Kita mengetahui bahwa Sadhana Tantra merupakan metode untuk mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini, asalkan Anda menekuni Sadhana Tantra yang lengkap, maka dapat memperoleh Pancajnana dari Tathagata, Pancajnana Tathagata adalah alam semesta, dengan kata lain Anda dapat memperoleh jnana alam semesta, memperolehnya berarti mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini. Saya yakin, asalkan Anda menekuni Sadhana Tantra Zhenfo, semua dapat mencapai Kebuddhaan, semua dapat mencapai keberhasilan.
Hari ini, saat saya makan siang, saya mengatakan pada beberapa Acarya, saya telah mengulas tata cara Sadhana Tantra secara lengkap, entah di mana lagi terdapat Sadhana yang lebih singkat, lebih baik dan lebih cepat daripada ini ? Saya sungguh tidak tahu. Gurudara mengatakan dia tahu, Mahasadhana yang lebih cepat mencapai Kebuddhaan, yaitu siapkan sebuah tongkat pemukul bisbol, kemudian dipukulkan sekali ke kepala, begitu dipukul, maka dengan cepat mencapai Kebuddhaan, ini hanya sebuah lelucon. Namun menurut saya, Sadhana Tantra yang saya ajarkan ini, merupakan perpaduan Sepuluh Aspirasi Agung dari Samantabhadra Bodhisattva, di dalamnya juga mencakupi Sadparamita Bodhisattvayana, Sepuluh Aspirasi Agung Samantabhadra juga telah tercakup dalam Sadhana Tantra Zhenfo, oleh karena itu, tentu saja sadhana ini tidak terpisah dari Sepuluh Aspirasi Agung, dan tidak terpisah dari Sadparamita, sadhana ini merupakan Buddhadharma sejati, apabila dapat menekuninya dengan sebaik-baiknya, maka pasti mencapai Kebuddhaan. Terakhir, masih perlu mengulang kalimat ini, saya harap semua harus menghargai Dharma, dan tekun melatih diri, terima kasih semuanya ( hadirin bertepuk tangan ) Sekarang menjawab pertanyaan siswa.
Tanya : Sekali melakukan perisai perlindungan diri, dapat bertahan sampai berapa lama ? Sekali simabandhana dapat bertahan sampai berapa lama ? Berapa lamakah khasiat Air Mahakaruna Dharani ?
Jawab : Oh ! Ini perlu diukur dengan penggaris ( hadirin tertawa ), dahulu juga ada yang menanyakan hal yang sama. Pada umumnya, perisai perlindungan diri dilakukan satu kali untuk suatu hal tertentu, oleh karena itu bukan persoalan panjang pendeknya waktu. Sebelum Anda berkunjung ke rumah sakit, lakukan perisai perlindungan diri, setelah itu baru masuk rumah sakit, tidak peduli berapa lama Anda berada di sana, masih tetap bermanfaat, apabila Anda masuk selama sepuluh menit, kemudian keluar, maka manfaatnya adalah selama sepuluh menit, Anda masuk selama lima belas menit, kemudian keluar, maka manfaatnya adalah selama lima belas menit, namun satu hal yang perlu diperhatikan, Anda harus ‘eling’, maksudnya adalah, Anda selalu ingat bahwa Vajra Dharmapala senantiasa bersama Anda, inilah yang dimaksud dengan ‘eling’.
Berapa lamakah daya perlindungan dari satu kali simabandhana ? Setiap kali bersadhana, saya melakukan satu kali simabandhana, sama artinya dengan saat bersadhana, Anda memohon perlindungan Drdha Prthivi, ini berarti simabandhana, apabila tiap hari saat bersadhana Anda selalu melakukan simabandhana, menurut saya ini sudah cukup.
Berapa lamakah khasiat Air Mahakaruna Dharani ? Setelah menjapa Mahakaruna Dharani, memasuki air, dan air itu belum pernah diminum oleh siapa pun, sekalipun disimpan selama setahun, sepuluh tahun, seratus tahun, maka khasiatnya juga akan bertahan selama itu, apabila Anda meminum Air Mahakaruna Dharani sampai habis, berarti khasiatnya hanya lima detik. Setelah Anda minum habis, tidak ada lagi Air Mahakaruna Dharani, tentu saja sudah tidak ada lagi. Saat Anda menyimpannya selama seratus tahun, maka selama itu pula khasiatnya akan bertahan, sebab Anda telah menjapa Mahakaruna Dharani, memancarkan sinar memasuki air, telah mengadhisthana Air Mahakaruna Dharani, khasiatnya akan terus bertahan selama disimpan.
Tanya : Saat melakukan visualisasi tulang belulang, memvisualisasikan api internal membakar tulang belulang diri, memasuki Mahasamadhi Nyala Api, mohon tanya, apakah terlebih dahulu harus berhasil dalam pembangkitan kundalini, baru boleh melakukan visualisasi membakar tulang belulang ?
Jawab : Yang terbaik adalah setelah benar-benar berhasil membangkitkan kundalini, baru melakukan visualisasi membakar tulang belulang, namun sebelum Anda berhasil membangkitkan kundalini, tetap boleh menekuni visualisasi membakar tulang belulang.
Tanya : Saat melakukan visualisasi pujana, setelah sarana puja menjadi ribuan dan memenuhi semesta, perlukah memvisualisasikan Buddha dan Bodhisattva, turun satu persatu, menjulurkan tangan untuk menerima pujana, atau memakan pujana tersebut ?
Jawab : Pertanyaan ini juga pernah ditanyakan oleh orang lain, apakah perlu memvisualisasikan Beliau menerima dengan tangan, atau memasukkan ke mulut, perlukah memvisualisasikan Beliau memakannya ? Cukup visualisasi kehadiran Beliau, sebab Beliau dapat mengambil sendiri apa yang dikehendaki, Anda tidak boleh memaksa Beliau untuk memakan yang tidak mereka kehendaki. Anda juga mempersembahkan pakaian, apakah Anda perlu membantu Beliau menanggalkan dan mengenakan pakaian ? Apakah Anda ingin meminta mereka untuk masuk ke dalam mobil dan mengendarainya ? Atau Anda juga mempersembahkan rumah yang paling Anda sukai untuk ditinggali oleh Buddha dan Bodhisattva, pujana tidak hanya berupa makanan, orang Tionghoa hanya teringat makanan, sesungguhnya pujana tidak hanya berupa makanan, sandang, pangan, papan dan hiburan dapat dipersembahkan, oleh karena itu tidak perlu visualisasi menjulurkan tangan menerima sarana puja, Beliau dapat mengambilnya sendiri.
Tanya : Banyak umat saat menekuni Sadhana Guruyoga, membuat ikrar agung, “Dalam setiap kelahiran menuntun para insan.”, “Tidak akan menjadi Buddha sebelum neraka kosong.” dan lain sebagainya, pantaskah membuat ikrar yang demikian agung ? Pada tingkatan apakah baru boleh membuat ikrar agung semacam itu ?
Jawab : Boleh saja membuat ikrar agung, setiap orang boleh, seperti ikrar : “Dalam setiap kelahiran menuntun para insan.”, “Tidak akan menjadi Buddha sebelum neraka kosong.” Boleh saja berikrar seperti itu. Namun Anda harus selalu ingat tekad awal Anda dalam Berbodhicitta, melaksanakan dengan konsisten, inilah yang paling berharga. Setiap orang boleh berikrar, tidak peduli kapan pun, setiap saat dan di mana pun boleh saja, asalkan benar-benar berasal dari Bodhicitta Anda, semua boleh berikrar. Namun untuk menjaga ikrar tersebut, sangatlah sukar, Anda mesti menjaganya seperti halnya saat Anda menerima dan menjaga Bodhisattvasila.
Pada tingkatan apakah baru boleh membuat ikrar agung ? Sesungguhnya tidak perlu memedulikan tingkatan bhavana, cukup membangkitkan tekad, ini disebut sebagai tekad Bodhisattva, mengembangkan tekad Kebodhisattvaan, setiap orang boleh, tidak dibatasi oleh tingkatan bhavana, tidak ada batasan.
Tanya : Apakah Sadhana Caturprayoga memerlukan empat abhiseka ? Apakah Sadhana Vajracitta Bodhisattva memerlukan abhiseka khusus ?
Jawab : Dalam aliran kita, abhiseka Sadhana Caturprayoga diberikan sekaligus, oleh karena itu Sadhana Vajracitta Bodhisattva tidak memerlukan abhiseka khusus.
Tanya : Dalam Caturprayoga, Guruyoga, Yidamyoga, dan Sadhana Vajra, apakah setelah beryukta, baru boleh memohon abhiseka untuk sadhana selanjutnya ?
Jawab : Benar.
Tanya : Bagaimanakah yukta dalam Caturprayoga ? Bagaimanakah yukta dalam Guruyoga ?
Jawab : Mengenai yukta, saya banyak menulisnya dalam buku, selain itu saya juga telah sering membahasnya, apabila hendak diulas ulang, waktu yang dibutuhkan benar-benar panjang, namun sekarang akan saya ulas secara ringkas, yaitu saat dalam sadhana Anda menghasilkan tanda-tanda manggala, tanda-tanda manggala adalah, misalnya saat melakukan prayoga, Buddha dan Bodhisattva menyinari Anda, menjamah kepala Anda, memberikan vyakarana. Saat Anda memohon mimpi tanda yukta, Anda memperoleh mimpi manggala, misalnya Anda duduk di atas padmasana, terbang di angkasa, bersama dengan Para Buddha dan Bodhisattva, bersama dengan Para Suciwan, naik perahu sampai ke seberang. Ini merupakan contoh mimpi yang baik, seperti sampai ke puncak gunung, semua ini adalah mimpi yang sangat baik. Setelah memperoleh mimpi tanda yukta, atau memperoleh kontak batin secara langsung, kemudian memohon konfirmasi dari Mulacarya, mengutarakan bahwa Anda telah beryukta, dengan demikian dapat disebut sebagai yukta.
Tanya : Saat ini, yang paling banyak ditekuni adalah Sadhana Guruyoga, bolehkah memohon untuk menganugerahkan Abhiseka Sadhana Guruyoga bagi kita semua ?
Jawab : Apabila hari ini, setelah usai, masih ada waktu, maka akan diberikan abhiseka untuk kalian. Selain itu, ada yang memohon Abhiseka Sadhana Benang Panca Warna Mahasri Devi, nanti akan diberikan abhiseka untuk Anda semua, abhiseka apa yang dimohon, akan diberikan.
Tanya : Abhiseka sadhana apakah yang boleh diterima secara jarak jauh ? Dan sadhana apakah yang tidak boleh diberikan secara jarak jauh ? Mohon dijelaskan perkiraan ruang lingkupnya.
Jawab : Abhiseka Caturprayoga, Guruyoga, dan Sadhana Yidamyoga boleh secara jarak jauh, sedangkan abhiseka sadhana yang lain tidak boleh secara jarak jauh.
Tanya : Saat melakukan Sadhana Vajracitta Bodhisattva, perlu menjapa Mantra Amrtakundali Vidyaraja, bagaimanakah melafalkannya ?
Jawab : Ada di dalam buku, Mantra Amrtakundali Vidyaraja tidaklah sukar, seharusnya bisa melafalkannya.
Tanya : Bagaimanakah memvisualisasikan vajra dan ghanta saat tangan memegang japamala ?
Jawab : Sudah pernah diulas dengan sangat jelas, tangan kanan adalah vajra, setelah bervisualisasi, lupakan, kemudian tangan kiri adalah ghanta, visualisasikan sejenak, mengubah tangan Anda menjadi vajra dan ghanta, cukup demikian.
Tanya : Apakah bijaksara dari Vajracitta Bodhisattva adalah aksara “Hum” berwarna putih ?
Jawab : Boleh.
Tanya : Bagaimanakah cara berdana bagi preta, bagaimanakah mudra manifestasi makanan ?
Jawab : Wah ! Pertanyaannya makin hebat, Mudra Manifestasi Makanan ( Mahaguru memperagakan ), saya babarkan cara saya sendiri, menggunakan Mudra Trigiri, cangkir diletakkan di atas Mudra Trigiri, tangan sebelah membentuk Mudra Khadga, kemudian menjapa mantra, setelah menjapa, menuliskan aksara Hum di tengah air, aksara Hum berarti menghasilkan keberhasilan, kemudian menuangkan air di luar.
Tanya : Bagaimanakah mudra dan visualisasi “Zha. Hum. Ban. Huo” ?
Jawab : Ini juga sudah pernah diulas, bukankah Anda semua tahu mudra ini ? Untuk mudra dan visualisasi “Zha. Hum. Ban. Huo.” Bisa minta diajari oleh Acarya.
Tanya : Mohon kembali menerangkan perihal “Aku memasuki”
Jawab : Saat Anda telah menyatu dengan yidam, dalam Tantra, penyatuan dengan yidam disebut : “Memasuki aku”, caranya adalah terlebih dahulu visualisasi cakra candra, kemudian aksara mantra, muncul yidam, memasuki tubuh Anda, duduk di atas padmasana di cakra hati, kemudian membesar seukuran Anda, inilah “Memasuki aku”.
Sedangkan “Aku memasuki”, Anda yang telah menyatu dengan yidam menjadi semakin kecil, kembali ke cakra hati, saat kembali ke cakra hati, visualisasikan menjadi seukuran mutiara, sebutir mutiara, kemudian naik menelusuri nadi tengah, keluar melalui ubun-ubun, memasuki angkasa, kemudian yidam muncul lagi, di tengah angkasa, ini adalah : “Aku memasuki”. “Memasuki aku” dan “Aku memasuki”, “Aku memasuki” adalah visualisasi kebalikan dari “Memasuki aku”.
Tanya : Saat yidam menjadi butir cahaya masuk melalui ubun-ubun, cakra hati menjadi padmasana berkelopak delapan, di atas padmasana terdapat cakra candra, di atas cakra candra terdapat bijaksara mantra, apakah warna padmasana berkelopak delapan dan bijaksara, berbeda-beda sesuai dengan yidamnya ?
Jawab : Benar.
Tanya : Saat butir cahaya turun ke atas padmasana, menjadi yidam, bagaimana dengan aksara mantra dan cakra candra yang sebelumnya ada di atas padmasana ?
Jawab : Masih ada ! Yidam duduk di atas aksara mantra, sehingga tidak lagi terlihat oleh Anda, cakra candra masih ada, bukan setelah duduk maka cakra candra dan aksara mantra sirna, masih tetap ada. Seperti Dharmasana ini, merupakan pemberian dari Amchok Rinpoche, perhiasannya juga merupakan pemberian beliau. Di atasnya ada visvavajra, saat Mahaguru mendudukinya, visvavajra itu masih ada. Dia tidak akan lenyap hanya karena Mahaguru mendudukinya, sama halnya dengan ini. Saat Tathagata duduk di atas padmasana berkelopak delapan, duduk di atas aksara mantra dan cakra candra, apa yang terjadi dengan cakra candra dan aksara mantra itu ? Masih ada, hanya saja tertutupi karena diduduki. Pertanyaan Anda cukup aneh.
Tanya : Bagaimanakah mudra untuk Mantra Catursarana ?
Jawab : Untuk Mantra Catursarana cukup beranjali.
Tanya : Sembilan Tahap Pernapasan Buddha memvisualisasikan yidam atau Mulacarya memancarkan aksara Om memasuki lubang hidung sadhaka, perlukah memvisualisasikan aksara Om berwarna putih masuk ? Kemudian aksara A merah ke dantian, dan menjadi aksara Hum berwarna hitam memasuki hidung yidam ?
Jawab : Visualisasi ini lebih mendetail, boleh dilakukan.
Tanya : Bagaimanakah visualisasi untuk Mantra Sataksara ?
Jawab : Saat menjapa Mantra Sataksara kita cukup memvisualisasikan Vajrasattva, pada umumnya, saat menjapa mantra kita memisahkannya, saat kita menjapa mantra, dalam sadhana penjapaan mantra yidam ada visualisasi, setiap butir japamala divisualisasikan menjadi lingkaran dan ditengahnya terdapat yidam, sedangkan untuk Mantra Sataksara cukup visualisasikan Vajrasattva.
Tanya : Mohon peragakan Mudra Vajrasattva sekali lagi, dan lafalkan Mantra Sataksara sekali lagi.
Jawab : Semua pasti bisa melafalkan Mantra Sataksara. Saya tidak perlu mengulangnya, Mudra Vajrasattva ada banyak macam, namun pada umumnya, mudra yang dibentuk, satu tangan mengepal ke dalam, pada umumnya mengepal ke dalam adalah menghadap ke arah dalam, adakalanya kedua tangan demikian, adakalanya memudrai hati, yang satu di pinggang, yang satu memudrai hati, yang digenggam adalah vajra, sedangkan ghanta dipegang di pinggir pinggang. Selain itu, ada juga vajra dan ghanta disilangkan, bermakna perpaduan karuna dan Prajna.
Tanya : Di buku, Mahaguru menulis, saat menjapa mantra perlu visualisasi, suara mantra menggetarkan cakra hati, membuka cakra hati, sedangkan beberapa hari ini dijelaskan, tiap kali menjapa, tiap butir japamala menjadi yidam, bagaimanakah cara memadukan kedua metode ini ?
Jawab : Ini mesti dipadukan oleh diri sendiri, sebab maksud dari suara mantra adalah yang dilafalkan, dan didengarkan melalui telinga, kemudian terpatri dalam hati. Mantra dilafalkan, didengar oleh telinga, dan terpatri dalam hati, ini merupakan samadhi kasar. Sesungguhnya yang paling halus adalah penjapaan tanpa bersuara, sedangkan mengenai visualisasi kehadiran yidam dan menghitung butir mala, ketiganya dapat dipadukan, meskipun tidak bersuara, namun tetap terpatri dalam hati.
Tanya : Berapakah selisih pahala penjapaan mantra satu juta kali di dalam mobil dengan penjapaan di hadapan mandala ?
Jawab : Selisih pahala penjapaan saat berkendara dengan penjapaan di hadapan mandala hanya persoalan hati, apabila Anda dapat menjapa sepenuh hati, maka pahalanya akan sama, namun apabila daya konsentrasinya berbeda, maka pahalanya juga berbeda, apabila semua dilakukan dengan penuh konsentrasi, maka tidak ada perbedaan.
Tanya : Mohon Mahaguru memperkenalkan Cheda Sadhana dengan singkat.
Jawab : Cheda Sadhana pernah diulas, bukankah itu sudah sangat singkat. Gunung dan dataran merupakan transformasi dari kulit, tulang dan daging Anda, sedangkan sungai, perairan dan danau, merupakan transformasi dari darah Anda, segala pohon dan tumbuhan, merupakan transformasi bulu dan rambut sekujur tubuh Anda, matahari dan rembulan merupakan transformasi dari mata Anda. Perbintangan, matahari, bulan, gunung, sungai, dataran, semua merupakan transformasi tubuh Anda, dipersembahkan pada semua makhluk, inilah pengenalan Cheda Sadhana secara singkat.
Tanya : Bagaimanakah cara mempertahankan pikiran benar dan kemurnian pikiran dalam kehidupan sehari-hari ? Bagaimanakah cara menyingkirkan pengulangan delusi dan nafsu keinginan ?
Jawab : Ini sangat penting, sebab banyak yang merasa terharu saat mendengar Dharma di sini, namun sepulangnya tidak lagi terharu. Sepulangnya kembali lagi menjadi awam, kemudian saat Mahaguru membabarkan Dharma lagi, dia pun terharu lagi, namun sepulangnya, cara hidupnya sama persis dengan orang awam. Bagaimana cara mempertahankannya ? Dalam Tantra diajarkan, tiga waktu dalam sehari, mengenang Mulacarya dan Triratna, tiga waktu adalah di pagi hari bangun tidur, di tengah hari, dan saat matahari terbenam, inilah tiga waktu dalam sehari, sedangkan Sadhaka Zhenfo yang sejati dan bhiksu-bhiksuni, sehari melakukan empat kali sadhana. Umat perumah tangga sangat sibuk, untuk bersadhana sekali sehari saja sudah tidak ada waktu, namun siswa yang membiara tidaklah sama, setiap hari dia mesti bersadhana sebanyak empat kali, yaitu satu kali di pagi hari bangun tidur, satu kali di tengah hari, satu kali di saat matahari terbenam, dan satu kali saat menjelang tidur, sehari empat kali sadhana dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, supaya tidak melupakan pikiran benar. Untuk umat perumah tangga, biasanya sehari tiga kali mengenang, dan sehari satu kali sadhana, sisanya untuk menjalani kehidupan Anda, namun kemurnian tubuh dan batin harus dipertahankan, setiap saat ada Buddha, Bodhisattva, Vajra Dharmapala di atas kepala Anda, atau senantiasa bersama dengan Anda, setiap saat mengenang, dengan demikian dalam aktivitas sehari-hari Anda dapat mempertahankan pikiran benar yang murni, harus demikian.
Tanya : Apa bijaksara dari Vajrasattva ? Apa warnanya ? Saat melakukan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha dengan bijaksara, masuk berwarna putih, keluar berwarna hitam, atau tetap satu macam warna saja ?
Jawab : Vajrasattva memiliki beberapa bijaksara, seperti halnya Avalokitesvara Bodhisattva, juga memiliki beberapa bijaksara. Misalnya, bijaksara dari Avalokitesvara Merah, sama dengan Amitabha Buddha, seperti Sahasrabhujanetra Avalokitesvara juga sama dengan Amitabha Buddha, memiliki bijaksara yang sama. Apabila Anda membaca teks sansekerta mengenai bijaksara, Anda akan memahami bagaimana cara menuliskan bijaksara sansekerta dan Tibet, menurut sepengetahuan saya, Vajrasattva memiliki beberapa bijaksara.
Selain itu, Avalokitesvara Bodhisattva memiliki 30 sekian emanasi, ada Arya Avalokitesvara, sepertinya bijaksara Arya Avalokitesvara berbeda dengan Avalokitesvara Merah dan Sahasrabhujanetra. Selain itu masih ada lagi bijaksara dari beberapa Avalokitesvara Bodhisattva, semua berbeda, oleh karena itu perlu diperhatikan. Anda dapat mencari buku aksara sansekerta dan buku aksara Tibet, dapat mempelajari berbagai Adhinatha, ada warnanya masing-masing, dapat direpresentasikan dengan warna yidam tersebut. Seperti Mahavairocana Tathagata, lima bangunan di belakang juga dicat dengan lima warna, merepresentasikan Pancadhyani Buddha, Mahavairocana Tathagata berwarna putih, Amitabha Buddha berwarna merah, Ratnasambhava berwarna kuning, Amogasiddhi berwarna hijau, Aksobhya berwarna hitam. Pada umumnya dibagi menjadi lima warna, Manjusri juga berwarna kuning dan putih.
Apa bijaksara dari Vajrasattva ? Seharusnya berwarna putih, lihatlah gambar Vajrasattva, berwarna putih terang, sebab Beliau merupakan Vajradhara, berasal dari Istana Putih dari Tathagata Mahasveta, oleh karena itu dilambangkan dengan warna putih. Vajradhara berwarna biru, saya lihat Vajradhara digambar dengan warna biru, digambar dengan warna semula. Tadi telah diulas mengenai Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, saat dihirup berwarna putih, saat dihembuskan berwarna hitam, saat berada di dalam berwarna merah.
Tanya : Dalam bersadhana muncul berbagai fenomena, anubhava dan kondisi, bagaimana menyelaraskannya dengan “Pancaskandha adalah sunya” dalam Sutra Hati, dan “Melihat semua atribut, sebagai bukan atribut, berarti melihat Tathagata.” dalam Sutra Vajracchedika ? Berapa lama setelah mulai bermeditasi, atau setelah melalui tahapan yang bagaimana, kondisi yang timbul dikatakan sebagai samadhi yang sejati dan bukan ilusi dari pancaskandha ?
Jawab : Pertanyaan yang baik, pertanyaannya sangat mendalam. … Dalam tahap pembangkitan, semua beratribut, hanya pada saat Tahap Kesempurnaan barulah tanpa atribut. Oleh karena itu saya katakan, Tahap Kesempurnaan berarti : “Acitta, adrsya, alaksana, dan apratisthita.”, semua tergantung sampai di mana tingkatan bhavana Anda. Apabila Anda telah melepaskan atribut, maka tiada lagi “Kapasitas pemahaman dan kualifikasi pemahaman.” Oleh karena itu, sesungguhnya di dalam ketidakberadaan juga mengandung keberadaan, dan akhir dari keberadaan adalah ketidakberadaan. Di antara keberadaan dan ketidakberadaan, di dalam ketidakberadaan terdapat keberadaan, di dalam keberadaan terdapat ketidakberadaan.
Bagaimana menyelaraskannya dengan “Pancaskandha adalah sunya” seperti dalam Sutra Hati ? Isi Sutra Hati merupakan tingkatan “Tiba di seberang”, dengan kata lain telah mencapai Kebodhisattvaan atau Kebuddhaan. Sebelum mencapai keberhasilan, maka aneka fenomena, anubhava dan kondisi masih berada dalam keberadaan. Namun saat Anda berada dalam kondisi semacam itu, Anda harus berpikiran : “Semua ini merupakan dorongan semangat dari Buddha dan Bodhisattva, semua adalah ilusi, tidak perlu dilekati.” Misalnya, saya harus mengalami kondisi tertentu, dengan demikian barulah saya merasa senang, hal itu tidaklah perlu. Banyak orang yang melekati kondisi tersebut, dan itu tidaklah baik, harus memandangnya sebagai ilusi, namun timbulnya kondisi tersebut juga baik adanya, merupakan dorongan semangat, sadhaka mesti memerhatikan hal ini, mesti mampu : “Tidak mengejar, tidak meraih, dan tidak melekati.” Yang terbaik adalah muncul secara alamiah, namun apabila Anda mengejarnya, berupaya meraihnya, melekatinya, justru menjadi tidak baik. Anda harus memerhatikan hal ini.
Tanya : Dalam tata ritual Sadhana Guruyoga, saat melafal Sutra Raja Agung Avalokitesvara, perlukah melafal Sutra Satyabuddha ?
Jawab : Apabila Anda memiliki banyak waktu, boleh saja, sangat baik. Silakan melafal sutra yang Anda inginkan, namun jika Anda melafal Doa Rosario, atau Alkitab, sepertinya tidak begitu sesuai. Sesungguhnya menurut saya juga baik adanya, sebenarnya di dalam Alkitab juga ada banyak ajaran, di dalamnya ada ajaran untuk menjadi dewa. Sesungguhnya Buddhadharma sangat penuh toleransi, namun, apabila Anda melafalkan berbagai macam sutra, semua Anda lafal, Anda tidak memilih yang lebih dekat dengan Buddhadharma, selisihnya akan terlampau jauh. Maksud saya adalah, hendak melafal apa pun boleh saja, tergantung waktu yang tersedia, dan apakah Anda dapat memahaminya dengan mendalam.
Oleh karena itu, dalam Dharmadesana, saya pernah mengulas Ritual Pertobatan, makna utama dalam Ritual Pertobatan adalah membuka hati Anda, bertobat sepenuhnya. Saat melafal sutra, Anda harus memahami, apa itu pelanggaran tubuh, pelanggaran ucapan, dan pelanggaran pikiran, kemudian Anda benar-benar bertobat, dengan demikian baru dapat mencapai tujuan pertobatan. Tidak hanya asal melafal sutra, saat melafal sutra, tentu saja saya juga dapat melafalnya dengan sangat cepat, jika demikian, tidak perlu melafal, nyalakan saja alat pemutar kaset. Sekarang ada banyak kaset pelafalan sutra, diputar terus-menerus, wah, setiap hari saya telah melafal banyak sutra, apakah Anda yang melafal ? Alat pemutar kaset yang melafalnya, apabila pelafalan Anda seperti alat tersebut, melafal tanpa mengetahui makna sutra, tidak ada pahala apa pun, tidak akan ada manfaat apa pun. Oleh karena itu dalam melaksanakan Ritual Pertobatan dan melafal sutra, harus ingat untuk memahami makna sutra, dan mengamalkannya.
Tanya : Saat membentuk mudra, tangan kanan di atas atau tangan kiri di atas, berhubungan dengan elemen air dan api, mohon dijelaskan.
Jawab : Baiklah, mengenai elemen air dan api. Tangan kanan merepresentasikan elemen api, sedangkan tangan kiri merepresentasikan elemen air. Sebab saya mengetahui kalian melakukannya begini. Namun dalam visualisasi tulang belulang, Shakyamuni Buddha melakukannya demikian. ( Mahaguru memperagakan ) Sebenarnya boleh juga demikian ( Mahaguru memperagakan ) Saya mengatakan boleh juga demikian, pada umumnya elemen air berada di bawah, sebab air mengalir ke bawah, dan api berkobar ke atas, pendapat umumnya demikian. Air mengalir ke bawah, dan api berkobar ke atas, kedua tangan ini melambangkan air dan api, cukup dibentuk sesuai dengan sifat alamiah. Bagaimana jika dibalik, air mengalir ke atas, dan api berkobar ke bawah, ada juga yang demikian, sesungguhnya air mengalir ke atas berarti mengangkat, dan api berkobar ke bawah berarti menurunkan, namun cara ini tidak selaras dengan alam, merupakan kebalikan. Yang satu adalah selaras, dan yang satu merupakan kebalikan. Yang selaras sesuai dengan prinsip alamiah, sedangkan yang satunya adalah kebalikan.
Ada juga sebuah pendapat yang menyatakan : “Dao nan agung terbalik, dan yang mampu memutarbalikkannya adalah Suciwan Agung.” Oleh karena itu, ada juga mudra yang terbalik. Makna dari mudra yang terbailk adalah air di atas dan api di bawah, dengan kata lain, terbalik.
Tanya : Dalam menekuni Sadhana Tantra Zhenfo, digunakan kesadaran mendalam dan kesadaran terdalam, mohon diterangkan.
Jawab : Wah ! Amituofo ! ( Tertawa ), kesadaran mendalam dan kesadaran terdalam, ini merupakan Vijnaptimatra, Anda bisa mempelajari Vijnaptimatra. Anda juga tahu, enam kesadaran kita yang paling jelas, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, tubuh dan pikiran, inilah enam kesadaran. Kesadaran ketujuh adalah manas, kesadaran kedelapan adalah alaya, kesadaran kesembilan adalah amala. Esoterik mengajarkan sembilan kesadaran, sedangkan eksoterik mengajarkan delapan kesadaran, mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran, setelah enam kesadaran tertutup, barulah mencapai kesadaran ketujuh. Bhavana ini dapat Anda pelajari dalam Mahayanasraddhotpadasastra, dan berbagai buku Vijnaptimatra. Dengan demikian Anda akan memahami apa itu kesadaran mendalam dan kesadaran terdalam.
Tanya : Bolehkah melakukan penyeberangan arwah menggunakan vajra dan ghanta ? Bagaimana cara menyeberangkan arwah dengan menggunakan Caturprayoga ? Mohon Mahaguru memperagakan Mudra Astapujana. Sebelum menghirup napas, apakah warna dari nadi tengah ?
Jawab : Vajra dan ghanta dapat dipergunakan untuk penyeberangan arwah, saya pernah mengajarkan, menjapa Mantra Penyeberangan Manjusri dan membentuk Mudra Sagara dapat digunakan untuk menyeberangkan arwah. Saat mempergunakan vajra dan ghanta untuk penyeberangan arwah, diperlukan visualisasi, dan segala transformasi visualisasi, selain untuk melakukan empat karman, pada saat menggoyangkan ghanta, sambil membentuk mudra penyeberangan : “Kelahiran tingkat atas, tingkat pertengahan dan tingkat bawah.”, membentuk Mudra Varada, membentuk Mudra Abhaya, ini merupakan penyeberangan arwah menggunakan vajra ghanta dan Sadhana Caturprayoga. Tapi, dalam Sadhana Caturprayoga, setelah Anda bervisualisasi, setelah usai bersadhana, mesti menjapa Mantra Penyeberangan Manjusri dan membentuk Mudra Sagara, mentransformasikan Bahtera Dharma, visualisasikan semua arwah terseberangkan naik bahtera, ini boleh saja. Dahulu, saya hanya mengajarkan Mudra Pancapujana, tidak mengajarkan Mudra Astapujana. Dalam Tantra ada Mudra Astapujana, namun kita tidak perlu, mengapa demikian ? Sebab satu Mudra Pujana, telah mencakupi Mudra Astapujana, cukup membentuk satu mudra, yaitu Mudra Pujana, sama dengan telah membentuk Mudra Astapujana, semua tercakup di dalam Mudra Pujana. Apabila Anda hendak menambahkannya dengan Mudra Astapujana, maka akan sangat rumit, terlampau rumit. Apalagi masih harus melakukan visualisasi Astapujana, waktu yang dibutuhkan untuk bersadhana akan sangat panjang.
Sesungguhnya, Mandalapuja dalam Tantra Tibet berbeda dengan pujana yang kita lakukan saat ini, saat mereka melakukan Mandalapuja, mesti menggunakan nampan pujana, terlebih dahulu membentuk Mudra Pujana, beras ditaruh di sini, dan di sini, membentuk Mudra Pujana. Setelah usai menghaturkan pujana, tangan memegang nampan pujana, mengambil sedikit beras, ditebarkan, menebar beras sambil melakukan pelafalan. Menebarkan beras ke atas nampan Mandalapuja, setelah usai, beras dituangkan. Pada sesi puja yang kedua, melakukan hal yang sama, pujana yang dilakukan oleh orang Tibet sangat rumit.
Mereka mengetahui sebuah Sadhana Jambhala, Sadhana Raja Jambhala, beberapa sadhana dari Caturmaharajakayika, dalam melakukan Mahamandalapuja, ada yang menggunakan mandala segi empat, besarnya seperti meja ini,pinggirannya ditinggikan, setelah pujana usai, beras diambil dan ditebar, menebarkannya sambil menjapa mantra, setelah itu beras dituangkan, bagian yang kotor diusap dengan kain sampai bersih, tata cara mereka berbeda. Namun, saat ini kita tidak seperti itu, sebab hal itu akan sangat memakan banyak waktu. Mereka membuang berasnya keluar untuk diberikan pada burung, sedangkan kita merasa beras terlampau sayang untuk dibuang. Oleh karena itu, kita ubah dengan hanya membentuk Mudra Pujana. Namun Mudra Astapujana memang ada. Apabila hendak mempelajarinya, boleh belajar dari Acarya yang mengetahuinya. Mahaguru hanya melakukan Mudra Pancapujana, seperti saat melakukan tarian mudra, hanya membentuk mudra persembahan bunga, dupa, pelita, teh, dan buah. Untuk pertanyaan selanjutnya, sebelum menghirup napas, apakah warna dari nadi tengah ? Nadi tengah berwarna ungu dan biru, atau bagian luar biru dan bagian dalam berwarna putih.
Tanya : Sebelum mulai bersadhana, saat melakukan visualisasi Caturapramana, ayah divisualisasikan di sebelah kiri atau kanan ? Ibu di sebelah kiri atau kanan ?
Jawab : Visualisasi yang saya lakukan adalah ayah di sebelah kanan, ibu di sebelah kiri.
Tanya : Saat menjapa mantra pengundang : “Om. A. Hum”, bervisualisasi bijaksara di cakra hati, apakah bijaksara tersebut disesuaikan dengan yidamnya ? Bagaimanakah cara bijaksara di cakra hati berputar ? Datar atau berdiri ?
Jawab : Saat menjapa mantra pengundang : “Om. A. Hum”, saya selalu memvisualisasikan aksara Hum, aksara ini menempel pada cakra candra di hati, oleh karena itu saya memvisualisasikannya mendatar, saat berada di dalam cakra hati, saya visualisasikan mendatar. Namun saat di angkasa, ada aksara mantra yang divisualisasikan berdiri. Bagaimana berputarnya ? Saya sendiri memutarnya demikian ( Mahaguru memperagakan )
Tanya : Saat melakukan Mahanamaskara, bagaimana memvisualisasikan tubuh di angkasa dan bersama semua makhluk enam alam melakukan namaskara universal ? Dalam ruang lingkup Caturprayoga, berapa kalikah Mahanamaskara harus dilakukan ? Apakah saat bernamaskara pada Buddha mesti menjapa Mantra Namaskara pada Buddha ?
Jawab : Tubuh berada di angkasa, ini artinya pikiran Anda terpusat sepenuhnya, menjadi sunya, inilah makna menempatkan tubuh di angkasa, semua bangunan berada di belakang Anda, ini disebut sebagai tubuh berada di angkasa. Namaskara universal adalah alam semesta, yaitu mandala Anda sama dengan alam semesta, inilah namaskara universal.
Berapa kalikah Mahanamaskara harus dilakukan ? Kita ingat, Mantra Catursarana mesti dijapa genap satu juta kali. Berapa kali Mahanamaskara, dalam satu kali sesi, ada banyak orang yang melakukan mahanamaskara berulang kali, terus sampai berkeringat. Tapi kita tidak bisa melakukan sebanyak itu, Anda cukup menyesuaikannya dengan kondisi tubuh Anda sendiri. Jadi, harus genap berapa kali ? Sebenarnya tidak ada angka yang baku, ada yang mengatakan 250,000 kali, ada juga yang berpendapat harus satu juta kali, bahkan ada yang lebih banyak, singkat kata, cukup dilakukan sampai Anda dapat mencapai kontak yoga dalam Mahanamaskara.
Apakah saat bernamaskara pada Buddha mesti menjapa Mantra Namaskara pada Buddha ? Boleh saja jika ada waktu, dahulu, emanasi Manjusri Bodhisattva, Mahaguru Tsongkhapa, Beliau menekuni Mahanamaskara pada 35 Buddha. Tiap satu kali namaskara dilakukan dengan sangat khidmat, bahkan sampai telapak tangannya terluka, namaskara mereka tidak menekuk lutut, lututnya tetap lurus. “Bluk” menjatuhkan tubuhnya, saat rebah di lantai, kedua tangan dijulurkan, kemudian begitu menyentuh lantai, langsung bangkit kembali, sangat cepat. Mahanamaskara orang Tibet dilakukan tanpa menekuk lutut. Beliau melakukan namaskara di atas sebuah batu, sebuah lempengan batu yang sangat besar, sampai telapak tangannya terluka. Akhirnya 35 Buddha tersentuh, semua menampakkan diri. 35 Buddha hadir di angkasa, memperlihatkan diri pada Mahaguru Tsongkhapa. Namun 35 Buddha yang dilihat oleh Mahaguru Tsongkhapa, semuanya tidak berkepala. Beliau merasa heran, mengapa tidak berkepala ? Maka Beliau bertanya kepada Manjusri Bodhisattva, kemudian Manjusri Bodhisattva mengatakan : “Meskipun Anda telah bernamaskara pada 35 Buddha, dan melihat Anda demikian keras bernamaskara, maka 35 Buddha merasa sangat tersentuh. Oleh karena itu semua menampakkan diri, namun mengapa tidak berkepala ? Sebab Anda tidak melafal Sepuluh Gelar Tathagata. Apabila Anda melafalkan Sepuluh Gelar Tathagata, atau Anda melafalkan Nama Agung-Nya, semua menjadi lengkap, dengan demikian Mahanamaskara Anda menjadi sempurna.” Oleh karena itu, saat Mahaguru Tsongkhapa kembali bernamaskara pada 35 Buddha, Beliau menambahkan dengan Sepuluh Gelar Buddha, yaitu : Tathagata, Arahat, Samyaksambuddha, Vidyacaranasampanna, Sugata, Lokavid, Anuttara, Purusadamyasarathi, Sastadevamanusyanam, Buddhalokanatha ( Bhagavan ).” Setelah Beliau menambahkan pelafalan tersebut saat bernamaskara, 35 Buddha menampakkan diri secara lengkap, semua berkepala. Apakah kali ini perlu ditambahkan Mantra Namaskara pada Buddha, Anda sendiri yang menentukan, apakah tersedia banyak waktu.
Tanya : Benarkah saat menjapa Mantra Catursarana memvisualisasikan Guru, Buddha, Dharma dan Sangha menjadi seutas sinar putih ? Divisualisasikan berputar menjadi sinar putih ? Bagaimana cara memvisualisasikannya ? Visualisasi dilakukan sebelum atau sesudah menjapa mantra ?
Jawab : Dalam banyak hal, terlebih dahulu bervisualisasi, baru kemudian menjapa mantra, dalam urutan Sadhana Tantra, terlebih dahulu bervisualisasi, kemudian menjapa mantra. Dalam Tantra selalu diajarkan untuk terlebih dahulu bervisualisasi kemudian menjapa mantra, bagaimana cara memvisualisasikannya berputar dan menjadi sinar putih ? Bahkan berputar pun perlu saya ajari ? Saya akan minta Foqi untuk memperagakan gerakan berputar untuk Anda amati, dia bisa melakukan gerakan tubuh dalam posisi merangkak, kemudian berguling, inilah berputar, nanti kita minta Foqi untuk memperagakan sekali untuk Anda.
Tanya : Saat melakukan perisai perlindungan diri, mudra disentuhkan ke dahi, tenggorokan, bahu kanan dan bahu kiri, apa artinya ?
Jawab : Wah ! ( Mahaguru tertawa ), ini bermakna adhisthana ! Dahi, tenggorokan, ulu hati, bahu kiri dan bahu kanan, telah mencakupi bagian penting dari sekujur tubuh Anda. Semua diberikan perlindungan. Satu persatu disentuh. Artinya adalah tubuh, ucapan, pikiran dan sekujur tubuh.
Tanya : Saat melafalkan Mantra Tujuh Buddha dalam Sutra Raja Agung, apakah perlu visualisasi Buddha menyinari ? Bagaimana visualisasinya ?
Jawab : Ada pratima Tujuh Buddha, apabila hendak memvisualisasikannya, maka visualisasikan pratima Tujuh Buddha, apabila Anda sering melakukan ritual pertobatan, maka di dalamnya ada sembah puja pada Tujuh Buddha, Anda perlu mencari gambarnya dan belajar memvisualisasikannya. Apabila bersedia, kalian boleh memvisualisasikannya, wah, dengan demikian satu kali sadhana membutuhkan waktu seharian penuh. ( Hadirin tertawa )
Tanya : Saat menjapa Sukhavativyuha Dharani, apakah perlu bervisualisasi ? Bagaimana caranya ?
Jawab : Saat menjapa Sukhavativyuha Dharani visualisasikan Amitabha Buddha. Apabila Anda hendak sekaligus melakukan peneyeberangan arwah, membentuk Mudra Sagara, visualisasikan Bahtera Dharma.
Tanya : Saat menjapa Mantra Hati Padmakumara, tiap kali tiba penjapaan aksara Hum, apakah perlu memvisualisasikan aksara Hum di ulu hati memancarkan sinar, supaya cakra hati bersinar ?
Jawab : Apabila ada waktu, Anda boleh melakukannya, tidak masalah.
Tanya : Bagaimana detail dari visualisasi Tiga Sinar Memberkati ? Misalnya sinar putih menyinari cakra dahi, apakah cakra dahi ada di bagian tengah dari kepala ?
Jawab : Wah , ambil penggaris untuk mengukurnya, bagian tengah antara kedua telinga, ini adalah satu titik, silakan ambil penggaris untuk mengukur dan gambarkan satu titik untuknya. Mana ada yang demikian ? Cakra dahi di bagian tengah kepala, namun untuk cakra hati, bagian manakah yang benar-benar merupakan hati ? Sebab kita semua memiliki jantung yang berada di samping, pasti cakra hati ada di samping, mana ada bagian tengah. Sesungguhnya yang kita visualisasikan adalah bagian tengah, cakra hati ada di tengah. Cakra tenggorokan ada di tenggorokan, sedangkan untuk cakra dahi, kita tidak sama dengan Yiguandao, titik Xuanguan dari Yiguandao ada di tengah kedua mata, tepat di dasar puncak hidung, menurut mereka titik Xuanguan ada di situ. Di zaman dahulu, mereka tidak menitiknya, sekarang menitik di bagian ini ( Mahaguru memperagakan ), dahulu tidak dititik, hanya ditunjuk sejenak, namun tidak sampai tersentuh, sekarang lebih langsung, disentuh di titik Xuanguan. Kita tidak membahas Xuanguan, cakra dahi ada di sini ( Mahaguru memperagakan )
Tanya : Saat mengadhisthana dengan Mantra Hati Astamahadhinatha ( 8 Yidam ), apakah tiap mantra perlu memvisualisasikan Buddha atau Bodhisattvanya ?
Jawab : Yang terbaik, jika ada waktu boleh melakukannya.
Tanya : Saat melakukan adhisthana santika, paustika, vasikarana, abhicaruka usai menjapa Mantra Astamahadhinatha, dari manakah asalnya daya adhisthana ? Apakah berasal dari Astamahadhinatha ? Kenapa urutannya ada di belakang Mantra Hati Astamahadhinatha, apakah ada hubungannya ?
Jawab : Bukan demikian, adhisthana santika, paustika, vasikarana dan abhicaruka adalah karena Anda telah menekuni satu kali sadhana, dapat dikatakan, setelah tahap inti adalah adhisthana, setelah tahap awal dan tahap inti, satu kali sadhana yang Anda lakukan sudah hampir rampung, maka saat itu, saat Buddha dan Bodhisattva masih ada, sebelum membubarkan, maka melalui Dharmabala yang timbul dari sadhana Anda sendiri dan dari Dharmabala yidam dan Para Adhinatha, semua digunakan untuk melakukan santika, pasutika, vasikarana, dan abhicaruka, apakah Anda paham ?
Tanya : Mohon Mahaguru memberi petunjuk, saat berada di tempat umum, apabila ingin melakukan sadhana dan bersamadhi, namun tidak memungkinkan membentuk mudra dan menjapa mantra secara bersuara, apakah seluruh tahapan sadhana boleh dilakukan dengan mata tertutup dan memvisualisasikan pemebentukan mudra dan melakukan penjapaan tanpa bersuara ?
Jawab : Boleh.
Tanya : Apakah saat melafal “Namo Amitabha Buddhaya dalam nama agung berjumlah tiga ratus enam puluh triliun seratus sembilan belas ribu lima ratus” perlu bervisualisasi ?
Jawab : Boleh ( hadirin tertawa ), silakan memikirkannya tanpa henti, apabila Anda ingin memvisualisasikan tiga ratus enam puluh triliun seratus sembilan belas ribu lima ratus Amitabha Buddha, maka yang paling baik adalah tiap yidam dapat divisualisasikan dengan sangat jelas ( hadirin tertawa ), dan dijamin pasti dapat terlahir di Sukhavatiloka. ( Hadirin tertawa )
Tanya : Saat bersadhana bersama Mahaguru di Miyuan, saat tiba penjapaan Sukhavativyuha Dharani, Mahaguru selalu membunyikan ghanta, mohon Mahaguru menjelaskan artinya dan bagaimana caranya ?
Jawab : Sebenarnya saat menjapa mantra juga boleh sambil membunyikan ghanta. Menjapa mantra apa pun boleh sambil membunyikan ghanta. Melafal sutra juga boleh membunyikan ghanta, yang penting suara ghanta dapat berpadu dengan baik dengan suara sutra dan mantra. Membunyikan ghanta bermakna sukacita dan irama, sebab penjapaan sutra dan mantra merupakan suatu hal yang penuh sukacita, semua membantu konsentrasi terpusat, oleh karena itu membunyikan ghanta merupakan sebuah cara untuk membantu konsentrasi dan penekanan, serta bermakna sukacita, boleh dilakukan.
Tanya : Saat menjapa Mantra Dewa Bumi, bagaimanakah visualisasinya ?
Jawab : Saat menjapa Mantra Dewa Bumi berarti telah mengundang Mereka untuk hadir, daya mantra ini sanggup mengundang kehadiran Mereka, boleh juga jika Anda hendak menambahnya dengan visualisasi.
Tanya : Biasanya, saat berada di atas kendaraan, atau saat sedang beraktivitas, akan menjapa mantra sambil memegang alat penghitung, mohon tanya, apakah penjapaan yang demikian dapat mengurangi daya mantra ?
Jawab : Hal ini sepenuhnya tergantung pada konsentrasi, tadi telah dijelaskan.
Tanya : Di hari pertama siswa mendengar Mahaguru mengatakan, dalam bersadhana cara mengatur batin adalah menggunakan sukacita, langit cerah tanpa awan memasuki meditasi, pertama-tama batin sangat hening, hanya merasakan diri manunggal dengan angkasa, terus membesar, membesar sampai seakan-akan angkasa raya dapat dimasukkan ke dalam tubuh, kemudian berhenti, saat itu merasa ada aliran prana yang terus menekan, memasuki tubuh, seperti semen yang terus dituang sampai mengeras, mendadak tubuh membesar seperti gunung, tangan kiri dan kanan juga membesar dan mengeras seperti pilar, kemudian sepasang kaki dan sekujur tubuh menjadi seperti gunung, saat itu merasa sangat takut, dan segera keluar dari meditasi. Namun prana tersebut masih terus tercurah dan menekan, sampai lama dan akhirnya berhenti. Apakah ini karmavarana atau kesalahan dalam bersadhana ?
Jawab : Dalam hal ini, sadhana tiada kesalahan. Dia menanyakan apakah ini merupakan karmavarana atau kesalahan dalam bersadhana. Sadhana tiada kesalahan, sebab pembawaan Anda sendiri, elemen tanah tergolong lebih dominan, oleh karena itu saat timbul kontak batin dalam bersadhana, merasa keras bagaikan gunung.
Tanya : Mahaguru, mengenai memasuki samadhi, pada permulaan, di tengah-tengah proses sinar putih masuk dan hawa gelap dihembuskan, saat memasuki tenggorkan menjadi sinar merah, saat berada di cakra hati menjadi sinar biru, kemudian warna apakah saat berada di dantian ? Apakah kembali menjadi sinar putih seperti cakra candra ? Kemudian saat menghembuskan napas, dari dantian ke cakra hati, kemudian kembali ke cakra tenggorokan, apakah warna sinar juga menjadi biru kemerahan ? Dan setelah keluar dari lubang hidung menjadi hawa gelap ?
Jawab : Banyak sekali yang dibahas, penjelasan saya hanya demikian, sinar dari luar yang masuk adalah berwarna putih, di dalam tubuh menjadi berwarna merah, dan keluar menjadi warna hitam, tidak perlu ditambahkan warna lainnya. ( Hadirin tertawa ) Es krim tiga warna sudah cukup. ( Hadirin tertawa )
Tanya : Siswa memahami teori : Saat melatih pernapasan, ketika telah menjadi halus, pelan dan panjang, apabila tidak menjadi Buddha, maka pasti menjadi Rsi, namun pada permulaannya, sangat sukar untuk mengontrol napas, memerlukan upaya besar dan kesabaran ekstra, bagaimana supaya kecepatan visualisasi menjadi selaras dengan kecepatan napas ? Sebab, apabila tidak selaras, menurut siswa, bisa-bisa menjadi tersesat.
Jawab : Dalam hal napas yang halus, pelan dan panjang, setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengendalikan napas, panjang dan pendeknya waktu juga berbeda, mesti Anda sendiri yang bervisualisasi, bernapas, dan melakukan pengaturan panjang pendeknya napas. Diri sendiri yang mengaturnya, pikiran Anda yang mengendalikan peredaran prana, saat Anda melakukan Sembilan Tahap Pernapasan Buddha, kecepatan peredarannya dikendalikan oleh pikiran. Selain itu, napas yang halus, pelan dan panjang perlu dilatih dengan tekun, baru bisa berhasil, bukan dalam sekejap langsung berhasil, ini memerlukan pengaturan napas.
Tanya : Pembahasan Mahaguru perihal proses membersihkan pikiran sebelum bersadhana sangat abstrak. Siswa selalu menggunakan sukacita untuk melatih kondisi batin, sadhana memang demikian, memasuki samadhi lebih penting lagi, Buddha Bodhisattva juga akan bersukacita, apakah menurut Mahaguru juga demikian ?
Jawab : Hal ini saya kurang begitu jelas ( hadirin tertawa ), namun, yang penting adalah sepenuh hati.
Tanya : “Bila menginginkan hasil yang baik, maka terlebih dahulu alatnya perlu dipersiapkan dengan baik.” Dahulu siswa tidak bersadhana, Mahaguru mengetahuinya, tapi orang lain tidak tahu, sebab siswa ingin membina hati terlebih dahulu, terlebih dahulu menekuni Caturapramanacitta, sebab menurut siswa membina hati lebih penting daripada sadhana, apabila hati tidak benar, maka apa gunanya bersadhana ?! Mohon Mahaguru memaklumi.
Jawab : Ini memang harus dilakukan, saya tidak tahu Anda tidak bersadhana, oleh karena itu tidak seharusnya saya menyebutkan nama Anda, jadi tadi saya tidak menyebutkannya. Saya pernah mengatakan, setiap siswa Zhenfozong harus bersadhana, dan setiap siswa harus membina hati. Sebab sadhana dengan membina hati dapat mencapai Kebuddhaan. Hanya bersadhana tanpa membina hati, akan menjadi mara. Oleh karena itu, membina hati sangat penting, pemahaman ini sangat tepat, sadhana perlu bersamaan dengan membina hati, namun apabila hanya membina hati dan tidak bersadhana, maka tidak akan memahami hati. Di sinilah letak persoalannya. Sebab saat bersadhana, Anda bisa memahami hati, hati berada dalam Dharma, namun apabila Anda hanya bersadhana, dan melalaikan pembinaan hati yang sejati, maka Anda akan menjadi mara. Sadhana dengan pembinaan hati dapat mencapai Kebuddhaan, hal ini sangat penting.
Tanya : Dalam visualisasi pengundangan yidam, terdapat aksara dan sinar dari Astamahadhinatha yang berbeda warna, mohon Mahaguru mengulasnya dengan sangat jelas mulai dari Ksitigarbha Bodhisattva, sekaligus bagaimanakah cara visualisasi dan detail dari tahap inti pada sadhana tiap-tiap yidam Astamahadhinatha ?
Jawab : Sebenarnya semua telah ada di dalam buku. Cara visualisasi dan detail tiap sadhana Astamahadhinatha sudah tersedia. Saya babarkan warna dari Astamahadhinatha. Cundi Bhagavati adalah bijaksara Zhun berwarna putih. Bijaksara Jambhala Kuning adalah Zhen berwarna kuning, sebab tentu saja Jambhala Kuning berwarna kuning. Bijaksara Ksitigarbha Bodhisattva adalah aksara Qing berwarna kuning. Bijaksara Padmakumara adalah aksara Hum berwarna putih. Bijaksara Avalokitesvara adalah aksara Hrih berwarna putih. Aksara berwarna putih digunakan untuk memvisualisasikannya. Sedangkan untuk Avalokitesvara Merah, warnanya adalah merah. Bijaksara Amitabha Buddha adalah aksara Hrih berwarna merah. Tadi, untuk Avalokitesvara Bodhisattva, Avalokitesvara Merah berwarna merah, dan Avalokitesvara Putih berwarna putih.
Tanya : Saat menggunakan Mudra Vajrankusa, selain melafal Namo Vajrankusa Bodhisattva Mahasattva tiga kali, adakah mantra khusus yang dapat digunakan ?
Jawab : Sebenarnya saat melakukan pengundangan, sudah ada mantranya. Saat menjapa Mantra Pengundang, itu artinya telah menjapa mantra. Oleh karena itu tidak perlu ditambahkan dengan mantra yang lain.
Tanya : Apakah kebenaran dibalik terbentuknya alam semesta ? Mengapa alam semesta ini terbentuk ? Apa yang ada di luar alam semesta ? Di alam semesta ini, selain daya Buddha dan Bodhisattva, ada berapa banyak daya yang lain lagi ? Daya apakah itu ? Setiap hari kita hidup bergantung pada dunia material, mohon Mahaguru berwelas asih menjelaskan, bagaimana cara menyadari keberadaan sunyata ?
Jawab : Wah ! Ini adalah pertanyaan besar ! ( Hadirin tertawa ) Apakah kebenaran dibalik terbentuknya alam semesta ? Ada berbagai macam pendapat mengenai masa awal pembentukan alam semesta. Pendapat-pendapat tersebut ada dalam teori alam semesta. Dalam filsafat juga dibahas teori alam semesta. Yiguandao paling banyak membahasnya. Ya, ibu dari Shaodong adalah seorang Dianchuanshi. ( tertawa ) Ibu dari Mingyi juga seorang Dianchuanshi. Mereka paling banyak membahasnya. Demikian menurut mereka, di masa hundun, hundun adalah saat bumi dan langit belum terbagi. Saat bumi dan langit belum terbagi disebut sebagai hundun. Bukan wonton ( nama makanan ) ( hadirin tertawa ), wonton bisa dimakan. Ini adalah hundun. Di masa itu, langit dan bumi belum terbagi. Kemudian saat mulai terbagi, qi murni naik, dan qi keruh turun. Yang murni menjadi langit, yang keruh menjadi bumi. Setelah melalui masa yang sangat lama, dia melewati penyaringan, qi murni naik menjadi langit dan qi keruh turun menjadi bumi. Bumi juga sangat indah, pada permulaan dunia saha ini sangat murni, sangat indah, ada banyak tanah. Terdapat Bunda Yang Tak Terlahirkan, dia adalah penguasa semesta. Di surga, Bunda Yang Tak Terlahirkan melihat tidak ada yang mengurusi bumi. Maka 96 roh asal disebar ke bumi. 96 roh asal adalah roh asal yang berjumlah 9,600,000,000. Mereka diutus kemari untuk mengurusi bumi. Sampai di bumi, roh itu terbentuk menjadi para makhluk di enam alam. Ini merupakan teori terbentuknya alam semesta menurut Yiguandao.
Sedangkan Kristiani mengatakan, di masa permulaan ada firman, firman ada bersama Allah, firman adalah Allah, inilah yang dikatakan dalam Alkitab. Kemudian dalam kejadian, Allah menciptakan langit dan bumi, serta manusia. Jadi terbentuknya alam semesta menurut Agama Kristen adalah karena diciptakan oleh Allah.
Sedangkan menurut Agama Buddha, Agama Buddha mengajarkan teori manusia awal, demikianlah manusia awal, pembentukan bumi ini mirip dengan versi Yiguandao, yin dan yang terpisah, yang di atas adalah langit dan yang di bawah adalah bumi, kemudian para dewata dari Surga Abhasvara, Surga Abhasvara terletak di surga rupadhatu di atas kamadhatu. Para dewata Surga Abhasvara menyaksikan keindahan bumi, mereka pun turun, kemudian memakan tanah di bumi, mereka merasakan tubuh semakin berat, dan tidak bisa kembali lagi, menjadi manusia di bumi. Ini menurut Agama Buddha. Baiklah ! Terjadinya alam semesta telah usai diulas. ( Hadirin tertawa )
Apa kebenaran yang dihasilkan ? Bukankah tadi Anda mengatakan sunyata ! Kita mengatakan sebagai kembali ke tempat asal. Tiba di seberang. Baiklah ! Akhir-akhir ini saya mengulas Dao, mengulasnya selama beberapa hari. Mengulasnya sangat lama. Anda dapat menyimaknya dengan baik, apakah kebenaran itu, mengapa alam semesta ini terbentuk ? Oh benar, tadi teori terbentuknya alam semesta masih kurang satu, yaitu menurut Laozi.
Dalam Daoisme, Laozi mengatakan, alam semesta ini dimuntahkan dari mulut-Nya. Mulut mengeluarkan langit dan bumi. Ini mirip dengan ajaran Tantra. Mengapa ? Menurut Tantra, mulut dari Dewa Mara Surga Mahesvara mencengkeram enam alam tumimbal lahir. Ini mirip dengan mulut memuntahkan langit dan bumi. Makna dari memuntahkan langit dan bumi yang dikatakan oleh Laozi adalah, langit dan bumi terbentuk dari suara, terbentuk dari suara yang dihasilkan oleh mulut. Kenapa suara bisa membentuk langit dan bumi ? Apa itu suara ? Suara adalah angin. Gelombang prana memisahkannya menjadi langit dan bumi. Dimulai dari cakra angin. Sedangkan kebenaranya adalah akasa. Tanah, air, api, angin dan kebenarannya adalah akasa, ini disebut sebagai lima cakra. Ada apakah di luar alam semesta ? Di luar alam semesta adalah cakra akasa. Tanah, air, api, angin dan akasa, di luar alam semesta masih merupakan cakra akasa. Selain daya dari Buddha, Bodhisattva dan dewata, masih ada daya apa lagi di alam semesta ini ? Dan siapakah mereka ? Sangat banyak ! Seperti halnya kita, lihatlah, saat ini di Rainbow Vila ada demikian banyak orang, bisa melakukan pull up beberapa kali, kekuatan saya sendiri . . . jangan membahas diri sendiri ! Saya ingin membicarakan sepasang tiang, hari itu saya melakukan olahraga dengan tiang ganda, saya melakukan 7x2, gerakan capung menyentuh air 7x2 , 1 set lima kali. 7x2 ditambah 5 adalah 19, oleh karena itu hari ini pundak terasa sedikit pegal. Kemarin berolahraga menggunakan tiang tunggal dan tiang ganda, asalkan Anda berolahraga menggunakan tiang, maka dijamin otot Anda akan terasa pegal. Inilah daya. Masih ada daya yang lain, tentu saja ! Seperti saat ini di Rainbow Vila, ada sangat banyak daya di sini. Di mana pun ada daya. Ada orang yang mengatakan, ada daya dewata, daya sinar, daya manusia, dan daya listrik.
Setiap hari kita perlu mengandalkan dunia material baru bisa hidup, mohon Mahaguru berwelas asih, secara mendetail menjelaskan bagaimanakah caranya menyadari keberadaan sunyata ? Luaskan hati Anda seperti alam semesta. Gunakan Caturapramanacitta untuk menyadari sunyata.
Tanya : Mahaguru yang berbudi jasa, sungguh mohon maaf, siswa sungguh sepenuh hati ingin belajar cara menggunakan vajra dan ghanta, kemarin Mahaguru telah memperagakan, siswa sedikit ingat, saya mohon, bisakah diulangi sekali lagi ? Sungguh maaf, sungguh tidak sopan, mohon Mahaguru memaklumi. ( hadirin tertawa )
Jawab : Menggoyangkannya dan menggoyangkannya lagi. Kali ini gerakan saya akan lebih lambat, supaya Anda semua bisa melihat lebih seksama. Baiklah ! Tapi saat Anda menggoyangkannya, perlu diingat, saat vajra dan ghanta diputar, itu disebut sebagai memutar Dharmacakra, disebut juga perpaduan karuna dan Prajna. Tiap kali menggoyangkannya, belum tentu sama. Anda juga tahu, saat kita menggoyangkan vajra dan ghanta sesungguhnya hanya untuk melakukan santika, paustika, vasikarana dan abhicaruka, kemudian simabandhana, adhisthana dan Sitatapatra, hanya beberapa hal ini saja. Silakan perhatikan sejenak, perhatikan detailnya. Anda dapat menggerakkanya dengan lebih indah. ( Mahaguru memperagakan ) Sebenarnya perlu sangat lambat, akhirnya malah semakin cepat. Sepertinya cepat lagi ! Yang terutama hanya beberapa, yaitu, santika, paustika, vasikarana, abhicaruka, simabandhana, dan Sitatapatra. Adhisthana seperti ini. Hanya adhisthana secara sederhana. Terima kasih semuanya.